Hari ini Kara harus kesepian karna Desyca izin tak masuk kelas, menemani mamanya ke Aceh katanya. Cukup menyenangkan pastinya berlibur ditengah penatnya sekolah, kini Kara tengah menghabiskan waktu istirahat nya hanya untuk memandang keluar jendela, matanya dapat menyaksikan betapa ramainya lapangan ditengah terik matahari. Kara hanya terheran pada banyaknya siswi yang memilih untuk menghabiskan waktu mereka diterpa matahari hanya untuk melihat pesona tim basket sekolah.
Kara seolah tak ingin kalah dengan fikirannya yang terus mmenghujamnya dengan pernyataan bahwa ia cemburu pada siswi siswi yang akhir akhir ini mendekati Ahza,
"gue.. Ga cemburu.. Cuma sebel aja,, mat gue gatel liat cewe centil " ia berusaha menjelaskan argumennya pada dirinya sendiri. Diraihnya ponsel ditas ranselnya, jarinya dengan lincah mencari kontak milik Desyca dan menelfonnya
" hallo" Desyca lebih dulu menyapa,
" hallo" balas Kara
" ada apa nih.. Tumben nelfon gue.. "
"bosennn.. Mau ikut ke Aceh.. " rengek Kara, terdengar gelak tawa dari Desyca,
"kenapa kali bosen? Kan ada Ahza.. "
Kara menghela nafas panjang, "heh.. Cowok aneh ga jelas itu makin hari makin nheselin.. Jadi botak gue kelamaan kenal dia.. " tutur Kara
"coba lah Raa.. Sekali kali lo tuh liat sisi baik Ahza, dia itu baik.. Buktinya baru berapa minggu udah jadi captai basket aja.. Most wanted lahh" Desyca ingin menyadarkan Kara yang lupa bagaimana sosok Ahza dikalangan SMA mereka. Kara terdiam tak langsung menjawab, mata Kara kembali menerawang keluar jendela. Sepertinya ujaran Desyca barusan perlu dibenarkan, mata Kara tak terlepas dari wajah Ahza yang dihiasi tawa lepas bersama tim basketnya. Kara bersyukur memiliki Ahza sejauh ini, meski ia sering berujar agar Ahza pergi namun tak lain adalah harapan agar Ahza berubah menjadi laki laki dewasa yang tak kan pernah beranjak meninggalkan Kara hingga akhir waktu.
"hallo..? Ra? " Desyca memecah lamunan Kara. "ee.. Iya"
"Ra.. Udahlah, mending sekarang lo nikmatin aja dulu masa masa bareng dia, sebelum lo nyesel ditinggal ama dia.. " pesan Desyca. Kara tersenyum, pasti Desyca adalah salah satu dari banyaknya siswi yang mengagumi Ahza.
Kara membatin dalam benaknya, "mengapa Ahza tetap mmemilih berada disisinya padahal ia tak pernah memedulikannya" .Ahza menenggak sebotol air mineral hingga kandas, disampingnya Aldi tengah sibuk berunding dengan Aidan dan kawan kawan untuk pertandingan bulan depan.
"Kak Ahza? " seseorang menyeru Ahza, membuatnya langsung menoleh.
"bisa ngomong bentar? " tanyanya pada Ahza yang masih memandanginya dengan tatapan bingung, "gue? " Ahza berusaha tuk meyakinkan. Wanita itu mengangguk membenarkan.
Ahza menatap wanita itu dengan seksama, "jangan gue.. Gue bukan orang baik kaya yang lo liat" ujar Ahza pada wanita dihadapannya.
"kak.. Aku mau nerima kakak apa adanya" elak wanita itu, seakan tetap bersikukuh dengan prinsip nya sampai Ahza mau menerima ungkapan cintanya. Ahza menghela nafas panjang, tatapannya mencoba melihat sisi wanita yang begitu nekat mendatanginya siang ini.
"gue gatau apa yang buat lo kaya gini, tapi gue ingetin aja.. Mending lo cari lain aja.. Gue minta maaf karna belum bisa nerima lo " Ahza kembali meminta maaf lalu pamit pergi dari hadapan wanita itu.
"kakak ga nolak aku cuma gara gara kak Kara kan?" tanya wanita itu, Ahza menyekat langkahnya lalu menoleh kearah belakang.
" mungkin dia salah satu dari sekian banyak alasan gue buat nolak lo hari ini, sekali lagi gue minta maaf ya" ujar Ahza dan kembali melanjutkan perjalanannya.Kara membiarkan lamunan menemaninya sejak 30 menit yang lalu, tatapannya kosong. Hatinya berdenyut nyeri saat mendengar berita jika Tania-adik kelas-baru saja mengajak Ahza untuk menjadi sepasanng kekasih. Meskipun Ahza menolak, Kara tetap merasa jika akan ada banyak wanita yanng melakukan hal serupa untuk kedepannya.
Selam keduanya saling mengenal, Kara ataupun Ahza tak pernah menjalin hubungan dengan siapapun. Mungkin karna keduanya merasa saling melengkapi dengan tanda kutip Kara kesal dengan Ahza namun tak ingin melepasnya. Berulang kali Kara menitahkan pada Ahza agar menerima cinta dari banyaknya wanita yang mendatanginya sejak masa SMP, namun Ahza tetap menolak.
Sore ini Kara menghabiskan waktunya di rooftop dengan fikiran yang entah melayang kemana, masih ada 30 menit untuk menunggu sampai Ahza selesai latihan. Kara memutar musik di ponselnya dan menikmatinya dengan tatapan yang menatap lembut hamparan langit cerah.
" Ra, yuk pulang" Kara terkejut dan melihat siapa yang baru saja berbicara dengannya,
"waktu lo masih 30 menit lagi kenapa ga lanjut aja? " tanya Kara heran, Ahza menggeleng pelan.
"gue udah bilang sama yang laen" jawab Ahza yang langsung dibalas anggukan Kara.
Saat menuruni anak tangga, Kara membiarkan Ahza memimpin perjalanan. Kara ingin menikmati perjalanan menuju parkiran dengan musik kesukaannya, dipasangnya earphone miliknya. Sangking fokusnya ia tak menyadari Ahza yang tiba tiba menghentikan langkahnya, membuatnya menabrak punggung tegap Ahza.
"duhh Za.. Lo ngapa ngerem mendadak sih? Sakit tau nggak? " Kara menggerutu kesal, Ahza diam.
Kara melirik kearah Ahza, tatapannya tajam dan Kara baru menyadari jika tatapannya ditujukan untuk Tania yang kini sudah berdiri dihadapan keduanya.
" kak.. Please.. Terima aku yaa... Aku siap nerima kakak apa adanya" ujar Tania, Ahza merasa muak dengan kedatangan Tania. Jujur saja, Ahza tak ingin berubah menjadi laki laki yang dibenci wanita manapun.
"gue udah bilang berkali kali.. Gue nolak.. Lo bisa cari laki laki lain.. Ga harus gue" Ahza mengingatkan Tania yang sepertinya lupa dengan ucapan Ahza. Kara mengusap pelan lengan Ahza,
"inget Za.. Gaboleh kasar" bisik Kara.
" Tan.. Udahlah.. Gausah ngemis depan gue lagi.. Ga enak diliat banyak orang, reputasi lo bisa turun cuma gara gara kaya gini.. " Ucap Ahza. Tania diam seraya menghela nagas panjang.
" Asal kakak tau.. Cuma kakak yang nolak aku" Ahza mengerutkann dahi dalam,
"nih cewek sinting apa gimana sihh.. Udahlah.. Terserah lo mau ngomong apa, puyeng gue denger lo ngerayu terus.. Inget! Cewe yang suka duluan sama cowo bakal kalah sama cewe yang cowo itu suka" timpal Ahza sebelum akhirnya menarik tangan Kara untuk pergi dari Tania.
Diparkiran motor Kara tak langsung naik, ia menatap kearah Ahza dengan tatapan menyelidik. "lo ngapa sih ngeliatin gue kaya gitu amat?" tanya Ahza yang masih kesal dengan sikap Tania.
" Za.. Lo ngapa ga terima aja sih si Tania tadi.. Dia udah nerima lo apa ada nya loh.. Lo masih ga mau? " tanya Kara,
"heh Ra... Gue kasih tau ya.. Udah bejibun cewe bilang ke pacarnya aku nerima kamu apa adanya.. Tapi ujung ujung nya juga break.. " jawab Ahza,
"dan ya gue kasih tau, cowo sama cewe itu sama aja.. Jadi yang bisa jadi buaya ga cuma cowo.. Itu tuh modelan Tania juga bisa dibilang buaya kali.. Mulut nya enak banget ngomongnya" sambung Ahza panjang lebar.
"kalo gitu kenapa lo ga cari pacar aja? Siapa tau dengan gitu ga ada lagi yang gangguin lo" Kara mencoba tuk memberi saran, Ahza tersenyum kecil.
"lo yakin bilang kaya gitu? " Ahza meyakinkan, Kara mengangkat bahu.
"menurut lo? " tanya Kara balik.
"oke.. Besok gue bakal tembak cewe yang gue suka" jawab Ahza,Kara menelan ludah kasar. Jawaban Ahza membuat Kara merutuki dirinya.
KAMU SEDANG MEMBACA
On Your Smile
Teen Fiction"Tidak Ra, ini bukan hanya perihal aku bersedia disampingmu bahkan lebih dalam dari itu aku akan selalu siap" Batin Ahza tak pernah hening, selalu berisik jika harus berhadapan dengan wanita indah satu ini. Jika suatu hari ia harus jatuh hati, Ahza...