Hari itu cukup melelahkan untuk Kara, ia harus mondar mandir dari kantor menuju kelas karna masalah kemarin sekaligus membantu Alvin untuk menyelesaikan tugas terakhir dari bu Vika.
"lo bisa kekelas dulu Ra, ini dikit lagi kok" titah Alvin,
"udah gue bantu aja biar tambah cepet selesai" timpal Kara,
Usai menyelesaikan tugas keduanya berjalan beriringan menuju kelas, kala itu lorong kelas cukup sepi bahkan Kara dan Alvin pun cukup terheran .
"brukk"
"aww" Kara mengerang sakit saat tubuhnya ditabrak cukup kuat hingga tersungkur keatas lantai, Alvin langsung menatap kearah laki laki yang baru saja menabrak nya,
"woyy.. Ati ati dong.. Punya mata kan? " umpat Alvin kesal,
"duh.. Sorry kak.. Soalnya tadi buru buru mau liat mading" ujar laki laki itu, Alvin langsung membantu Kara tuk bangkit.
"kenapa sama mading?" tanya Kara penasaran, laki laki itu tak langsung menjawab seakan ragu untuk mengatakannya.
"jawab! " bentak Alvin,
"ee.. Mm.. Pokoknya foto foto gitu kak, " jawabnya gugup,"jawab yang bener" tekan Alvin, Kara meraih lengan Alvin.
"udah sekarang lo boleh pergi" Kara yang tak ingin berhubungan terlalu lama dengan adik kelas pun akhirnya membiarkannya pergi.
"hhh.. Lagian foto apaan sihh.. Paling juga pengumuman pensi" oceh Alvin,
"tapi kok kayaknya heboh banget ya?" tanya Kara.
"udah ngga usah dipikirin, palingan juga ga jelas.. Ngabisin waktu doang" Kara mengangguk setuju dan kembali melangkah menuju kelas.
Bel masuk berbunyi semua siswa dan siswi kembali masuk kedalam kelas untuk melanjutkan pelajaran. Kara yang sedari tadi memperhatikan bangku Ahza pun mulai diselimuti rasa curiga, pasalnya laki laki itu belum juga hadir dijam pelajaran. Tak lama Desyca datang dengan nafas memburu, ia telat masuk kelas.
"Des,, lo dari mana? " tanya Kara begitu Desyca sudah mendarat dibangkunya.
"dari kantor, kenapa? "
"lo liat Ahza?" Desyca menggeleng pelan.
"terus Ahza mana? " tanya Kara lagi,yang ditanya mengangkat bahu tak tahu.
"maen basket kali ama Aldi, tuh bocahnya aja belum balik" Desyca menimpali.
Kara meraih ponselnya dan mencari kontak Ahza.Kara:
Za? Lo dimana?Kara menatap nanar layar ponselnya, jam pelajaran hampir usai tapi Ahza tak kunjung menjawab pesan Kara.
Kara:
Za! Jangan bolos!!Nafas Kara terdengar gusar, mungkin Ahza mematikan ponselnya. Dan 2 jam pelajaran berlalu tanpa Ahza, dua pesan pula yang tak terjawab, entah diabaikan atau memang basket membuatnya enggan.
Kara melangkahkan kaki cepat kearah lapangan basket, mencari sosok Ahza yang sudah membuatnya panik tak karuan. Saat tatapan Kara bertaut dengan Aldi tangannya langsung mengangkat tinggi seolah tengah memintanya mendekat.
"Ahza mana? " tanya Kara saat Aldi berjalan mendekat
"ya mana gue tahu,, justru hari ini dia absen jadwal latihan " jawab Aldi, Kara terdiam.
"absen? " Kara mengulang kata absen seakan tak percaya jika Ahza benar benar bolos sekolah hari ini.
Aldi mengangguk, "udah ya, gue mau lanjut latihan " ujar Adi sebelum akhirnya pamit pergi.
Kara merogoh sakunya dan meraih ponsel lalu kembali mengirimi Ahza pesan.Kara:
Za! Lo dimana sihh?!
Jangan bikin khawatir dong!
Ahza!!Kara mendengus kesal lalu mematikan daya ponselnya.
Sore itu terdengar gesekan sepatu diatas lantai lorong sekolah, labgkahnya pelan seakan tak ingin cepat cepat pulang. Namun langkahnya tetap tertuju pada parkiran sekolah, mungkin Aldi akan ada disana dan mengatakan jika Ahza memerintahkannya untuk mengantar pulang. Tapi tiba tiba langkah Kara tersekat, ia teringat akan mading sekolah yang sudah berhasil membuatnya penasaran selama jam pelajaran. Ia memutar balik langkahnya dan berlari kearah mading sekolah.
Mata Kara membulat sempurna, ia mencoba tuk memastikan bahwa kini yang ia saksikan taklah benar benar nyata, ditamparnya kedua pipinya. Sialnya semua adalah realita, airmatanya luluh. Kara merasa nafas yang ia hembuskan terasa begitu tajam, mencabik cabik tiap relung hatinya. Foto yang kini tengah ia saksikkan mungkin menjadi alasan Ahza untuk pulang tanpa memberi tahunya. Kara mengusap wajahnya kasar, ia bertanya dalam hatinya mengenai siapa yang melakukan semuanya. Ahza tak mungkin mencium kening, pipi bahkan bibir milik Tania bukan?
"Ra, " sebuah seruan membuat Kara menoleh pelan, ia dapati Aldi disana.
"Al.. Kenapa? Kenapa sama foto ini? " tanya Kara dengan mata yang mulai berkaca kaca. Aldi berjalan mendekat,
Lalu merobek paksa foto foto yang sudah tertempel dimading sekolah.
"Ra,, lo ga bisa percaya sama foto kaya gini.. "
"tapi siapa yang udah ngelakuin ini Al? " tanya Kara.
"lo tenang aja, gue sama Aidan udah ngurus masalah ini, ini udah sore... Mending kita pulang"Kara memicingkan mata kearah jarum jam, jam menunjukkan pukul 8 malam. Kini rasa bosan benar benar menyelimutinya, tubuhnya tenggelam dalam kasur dan beberapa bantal miliknya. Tangan kanannya melepas ikat rambutnya lalu menggeraikan rambutnya diatas kasur. Helaan nafas terdengar, manik mata Kara menatap nanar langit-langit kamar . Hari ini Kara harus pulang tanpa Ahza, bahkan Ahza seolah olah pergi kesekolah hanya untuk mengantarnya lalu menghilang tanpa aba aba.
Kara menghidupkan layar ponselnya dan mulai mencari kontak Ahza. Hatinya bimbang, jauh dilubuk hatinya ingin menghubungi Ahza dan menanyakan sikapnya hari ini, tapi fikirannya benar benar meracau. Kara memejamkan matanya cukup lama, hingga akhirnya ia menghempaskan ponsel dari genggamannya lalu memutuskan untuk menyusuri lorong bawah alam sadarnya.Kara mengerjapkan matanya beberapa kali, kedua tangannya mengusap pelan matanya. Kara bangkit dari tidurnya dan bergegas menuju kamar mandi.
Dengan kaus hitam kesukaannya Kara menghampiri Rina yang tengah menyiapkan sarapan, Kara memeluk pinggang Rina dari arah belakang.
"kamu mau ikut mama? " tanya Rina
"ini hari libur maa,, so.. Today is Kara's time to sleep " jawab Kara dengan tingkah manjanya.
"bener kamu ga mmau ikut mama? " Rina kembali meyakinkan Kara,
"no" jawab Kara singkat
"tapi mama sama tante Linda mau pergi,, nanti Ahza ga ada yang jagain"
Kara terdiam, "ngapain juga Ahza dijagain? Kan dia udah gede" ujar Kara ketus,
"Ahza demam tinggi,"
Mata Kara membulat sempurna, "mama serius? "
"memang Ahza ga bilang?"
Kara menggeleng pelan,
"yaudah sekarang kamu sarapan, nanti kita kesana"Kara merutuki diri Ahza yang tak memberitahunya jika dirinya sakit, ia sudah membiarkan dirinya meracau semalaman. Sesampainya didepan pintu kamar Ahza, ia memutar knok pintu pelan, berusaha agar suara decitan tak terlalu menggema diseisi ruangan. Begitu ia masuk kedalam kamar, ia menutup kembali pintu dan mendekat keranjang Ahza. Kara dapat menyaksikan mata Ahza yanng nampak sayu, bibirnya pucat, dan sesekali ia mengigau. Kara duduk dipinggir ranjang, meraih tangan Ahza dan mengusap punggung tangannya pelan. Kara bisa merasakan suhu tubuh Ahza yang tinggi, Kara mencari handuk kecil dilemari Ahza, begitu mendapatkannya ia segera mencari air untuk mengkompres.
Kara penuh kehati hatian saat meletakkan handuk kecil diatas kening Ahza, tangan kanannya menyentuh leher Ahza dan perlahan kelopak mata Ahza terbuka. Kara menghela nafas dalam, dadanya sesak saat Ahza mencoba tuk membuka matanya.
"Za.. "seru Kara lirih
"udah minum obat? " tanya Kara, Ahza menggeleng pelan,
"gue ambilin minum dulu ya " ujar Kara seraya beranjak dari kasur hendak turun kelantai bawah untuk mencari air minum.
Beberapa saat kemudian Kara kembali kekamar Ahza dan meletakkan segelas air putih diatas nakasnya. Demam tinggi yang menyerang Ahza membuatnya kembali terlelap, diusapnya pelan pipi Ahza membuatnya kembali membuka mata.
"minum obat dulu Za" ujar Kara lirih
Ahza mencoba tuk mendudukkan posisi tubuhnya, dibantu oleh Kara. Ahza menyodorkan gelas berisi air kepada Kara, tanda ia sudah selesai.
"kenapa lo ngga bilang sih kalo lo sakit? " tanya Kara dengan nada kesal
"gue pikir lo masih sibuk sama Alvin, jadi gue langsung pulang" jawab Ahza dengan suara paraunya,
"tapi kan seenggaknya lo bales chatt guee" Kara mendengus kesal, Ahza justru tertawa kecil.
"kok ketawa?" tanya Kara kesal
"ngga papa" jawab Ahza singkat dengan senyum andalannya.
"oiya dua minggu lagi mau ada tanding basket, bisa hadir? " imbuh Ahza, Kara terdiam seraya menimbang pertanyaan Ahza.
"boleh" Kara menyetujuinya.
"ehm.. Oiya Za,, tadi disekolah.. Ehm... " Kara terdiam, Ahza mengernyitkan dahi dalam,
"kenapa? Ada masalah?" tanya Ahza
" gue ga bisa ngasih tau sekarang, tapi janji ya.. Apapun yang lo liat nanti lo ga boleh marah sama siapapun.. "ujar Kara. Ahza tersenyum dan mengangguk, "okeyy"
Kara mendekat kearah Ahza seakan hendak membisikkan sesuatu pada nya.
"get well soon Ahza" bisik Kara yang berhasil membuncah pertahanan Ahza.
KAMU SEDANG MEMBACA
On Your Smile
Teen Fiction"Tidak Ra, ini bukan hanya perihal aku bersedia disampingmu bahkan lebih dalam dari itu aku akan selalu siap" Batin Ahza tak pernah hening, selalu berisik jika harus berhadapan dengan wanita indah satu ini. Jika suatu hari ia harus jatuh hati, Ahza...