Kara terus menghubungi nomor Ahza selama seharian, ia mendengus kesal. Jam sudah menunjukkan pukul 12 siang dan Kara masih berusaha untuk memastikan keadaan Ahza.
"Lagi nelfon siapa? Bete banget kayanya?" Tanya Jeffrey yang kini sudah duduk disamping Kara.
"Ehm...engga, bukan siapa-siapa" jawab Kara, "eh Jeff, gue lupa minta maaf ke lo gara-gara waktu itu ninggalin lo di perpustakaan" timpal Kara dengan raut wajah bersalah,
"Yaelah, kaya sama siapa aja. Lo juga biasanya ninggalin gue di kelas pak Suyatno." Kara tertawa kecil,
"Dendam kesumat lo sama gue? Lagian lo nya lama, pak Suyatno nya juga ngebolehin gue duluan kok" Kara menckba membela dirinya,
"Duh susah deh kalo begini, ya kan secara gue sama lo satu tim"
"Iya deh iyaa, gue minta maaf." Keduanya terkekeh, obrolan singkat antara keduanya semakin menjadi. Jeffrey tak pernah kehabisan kata jika harus berhadapan dengan Kara, lagipula siapa yang tak ingin dekat dengan wanita satu ini.
Disela percakapan yang hangat nyatanya tak mampu mengalihkan seluruh atensi Kara, wanita itu sesekali mengecek ponselnya berharap laki-laki yang tengah ia khawatirkan itu menjawab pesannya."Eh, minggu depan ada presentasi lagi lo mau buat materinya dimana?" Tanya Jeffrey berusaha mengalihkan atensi Kara,
"Kita sekelompok lagi?" Tanya Kara tak percaya, Jeffrey mengangguk antusias.
"Jangan-jangan lo nyogok dosen ya biar bisa sekelompok sama gue?" Sambung Kara yang berhasil mengundang gelak tawa Jeffrey. Jeffrey menggeleng heran dengan sikap Kara,"Hari ini pulang sama gue aja, gimana?" Tawar Jeffrey usai gelak keduanya habis.
"Ehm...gue harus izin dulu..." Kara berusaha agar tak melukai perasaan Jeffrey saat itu, laki-laki itu mengangguk faham.
"Iya bener juga sih, laki lo butuh tau keadaan lo. Yaudah kabarin gue aja ya kalo misalnya dia nggak bisa anter gue bisa anter lo pulang" ujar Jeffrey pamit, ia bangkit dari duduknya dan melambai pelan kepada Kara, dengan senang hati wanita itu membalas lambaian Jeffrey sebelum laki-laki itu benar-benar menghilang dari lensa pandangnya.
Kara menghela nafas dalam seraya sedikit mendongakkan wajahnya, bagaimana ia harus mengekspresikan perasaannya saat ini?.
Ting, sebuah pesan masuk, Kara membuka layar ponselnya.Ahza :
Ra, aku minta maaf banget.
Aku lagi ada urusan, aku minta maaf banget.
Nanti aku bilang ke Aldi ya?.Oh Ahza ayolah, sesulit itu rasanya memberitahu Kara urusannya. Apakah sepenting itu hingga wanitanya pun tak berhak tahu? Kara ingin rasanya berteriak, melampiaskan kekesalannya yang sudah memenuhi dadanya itu.
Kara :
Fine,
Aku ga mau repotin Aldi,
Aku pulang bareng temen aku, bukan aku yang minta tapi dia yang tawarin.Ahza :
Desyca?Kara :
Cepet selesai urusannya♥️,
I'm waiting for u.Kara mematikan layar ponselnya begitu pesan terkirim, apa dihubungan ini hanya Ahza yang boleh membuat aturan?.
Bagi Kara kepercayaan yang sudah keduanya bangun rasanya hampir roboh saat Ahza melibatkan ragu disetiap tindakan Kara, bukankah Ahza akan baik-baik saja jika memang mempercayainya?.
Kara memasukkan ponselnya kedalam saku celananya, ia harus segera bersiap karena kelas akan segera dimulai dan ia tak boleh terlambat.Jam menunjukkan pukul 7malam, Kara sudah sampai dengan selamat bersama Jeffrey dan mobil hitamnya. Usai membersihkan diri Kara merebahkan tubuhnya keatas kasur, memainkan ponselnya yang sejak tadi siang tak ia tilik.
Setidaknya ada 5 panggilan tak terjawab dari kontak bernama Ahza, Kara tak tahu harus ia apakan rasanya terlalu malas untuk membahas suatu hal malam ini bersama Ahza.Ahza :
Kamu udah sampe?Kara :
Aku bukan anak kecil Za,
Urusan kamu gimana? Masih panjang? Selesaiin dulu.Ahza :
Maaf ya belum bisa ngasih tau kamu, aku usahakan kedepannya ngga bakal ganggu. Oke?Kara :
Za,
Kepercayaan kamu ke aku masih ada?Ahza :
Maksud kamu?Kara :
Lupain, aku mau istirahat.
Urusan aku juga banyak ternyata, haha.Ahza :
Aku telfon ya?Kara :
Buat apa?
Aku terima panggilan kamu kalo kamu mau explain ke aku urusan kamu.
Aku kepercayaan kamu kan?Ahza :
Ra,Kara :
Ngga mau jelasin kan?
Yaudah kita sama-sama istirahat aja.Ahza :
Angkat telfon aku ya,Lalu sedetik kemudian panggilan masuk tertanda Ahza, Kara mendengus kesal hingga dilemparnya ponsel miliknya kesudut ruangan. Masa bodo jika nanti mati atau retak, amarahnya sudah terlanjur menjadi.
Hari ini Ahza datang kekelas Kara setelah jemputannya tadi pagi diabaikan mentah-mentah, laki-laki itu dengan setia menunggu didepan kelas dengan bersandar ditemboknya. Persetan jika ia akan dimarahi Aldi karena bolos latihan basket, ia lebih memilih menunggu Kara disini.
Kara :
Ngapain berdiri disitu?
Aku kan udah bilang, hari ini aku pulang bareng Desyca.Ahza mengusap wajahnya pelan usai mendapat pesan dari Kara,
Ahza :
Keluar sebentar oke?
Aku mau ngomong sama kamu.Kara :
Pulang.Ahza tidak bisa memaksa, ia tak ingin mengganggu Kara jika sudah seperti ini. Laki-laki itu berjalan pelan dengan tatapan yang tak beralih sedikitpun dari layar ponselnya, harapannya tidak besar setidaknya ada panggilan masuk dari Kara.
"Ahza ya?" Tangan Ahza yang hampir menyentuh mobil terhenti seketika, ia menoleh pelan kesumber suara.
"Ya" jawab Ahza singkat dengan tatapan tajam, seolah siap menghunus laki-laki yang kini berhadapan dengannya.
"Kenalin gue Jeffrey" Ahza masih diam dengan rahang yang mengeras tanpa keinginan untuk membalas uluran tangan Jeffrey.
"Ups" Jeffrey menarik kembali tangannya seraya tertawa kecil.
"Ehm.. gue cuma kenalan, barangkali kan lo butuh sesuatu atau nyari seseorang di fakultas gue," Ahza masih terdiam tanpa tahu pasti tujuan Jeffrey. "Yaudah gue duluan ya, keliatannya lo ada urusan, oiya... Gue minta maaf bang kemaren Kara pulang sama gue" Jeffrey melambaikan tangan kearah Ahza sebelum akhirnya pergi dari hadapan Ahza.
KAMU SEDANG MEMBACA
On Your Smile
Teen Fiction"Tidak Ra, ini bukan hanya perihal aku bersedia disampingmu bahkan lebih dalam dari itu aku akan selalu siap" Batin Ahza tak pernah hening, selalu berisik jika harus berhadapan dengan wanita indah satu ini. Jika suatu hari ia harus jatuh hati, Ahza...