Tepat dua minggu Ahza dirawat ia diperbolehkan pulang, hari itu Aldi dan Aidan yang akan mengantarnya pulang dan Linda akan menunggu kedatangan Ahza dirumah.
"Za,itu amplop lo bukan?" Tanya Aldi pada Ahza yang hampir meninggalkan secarik surat diatas nakas, Ahza menyipitkan matanya kearah nakas dan baru menyadarinya. Diraihnya surat itu,tertera diatasnya nama Ahza yang ditulis dengan font familiar untuk Ahza mengenalinya.
" Especially for Ahza "
Ahza terhenyak ,tulisan sederhana namun mampu membawanya pada lamunan.
"Za jadi cabut ngga? " Aidan menghamburkan lamunan Ahza,Ahza mengangguk lalu segera menyusul kedua temannya yang sudah lebih dulu berjalan kearah ambang pintu.Ahza duduk ditepi ranjang dengan amplop coklat ditangannya,dengan kehati hatian ia perlahan membuka amplop dan menemukan secarik kertas yang sudah dipenuhi tinta hitam dengan tulisan yang rapi.
Especially for Ahza...
Get well soon ,Za.
We wait for you and I love you.
I'm sorry can't wait for you every time, butuh banyak penjelasan untuk menjabarkan keadaan kita sekarang.
So one last Time, I'm afraid with the world. Semuanya mengerikan,selangkah yang bayangkan nyatanya cuma buat ketakutan itu hadir terus terusan. Aku terlalu benci sama realita,aku benci mereka yang ramai, aku benci mereka yang terus liat aku dengan tatapan ga biasa, dan aku takut sama semuanya.
"Agoraphobia" ga ada satupun yang mau menjelaskan tentang kondisi aku seutuhnya, rasa takut itu terus terusan dateng dan buat aku keliatan bodoh .
No one wanna tell me about AGORAPHOBIA. Dan sejak aku pulang, aku semakin takut, semakin pengecut buat cari tau kegilaanku yang sebenarnya.
Hhhhh, ngga seharusnya gue cerita ini ke Lo, bodoh banget ya gue.. berbagi masalah pribadi ke orang lain.
Sorry have told you my problem,Za .
Get well soon, I wait your smile..
I love you from now and on..Wednesday, 15th 2020
Kara Maudya.Ahza terdiam beberapa saat,lalu sepersekian detik kemudian ia meraih laptop di atas nakas dan mulai mengetikkan kalimat "agoraphobia" . Tak menunggu waktu lama layar laptop Ahza sudah dipenuhi berbagai artikel mengenai penyakit tersebut.
"Agoraphobia adalah kondisi suatu pasien yang mudah cemas atau gelisah ketika berada dalam keramaian atau ketika pasien berhadapan dengan banyak orang".
Ahza bungkam seribu bahasa, memikirkan betapa sulitnya Kara melalui "agoraphobia" . Tanpa menunggu lama disambarnya kunci mobil diatas nakas dan pergi.Ahza mengetuk pintu kamar Kara pelan, namun jawaban dari dalam tak kunjung terdengar. Ahza mencoba untuk menelpon Kara berharap ia akan mengangkatnya, namun lagi lagi kenihilan melanda. Cukup lama Ahza mengetuk pintu dan memanggil nama Kara, hingga akhirnya daun pintu kamar Kara sedikit terbuka.
"Ra....." Seru Ahza lembut
"Lo denger gue kan?" Hening, sunyi tanpa jawaban.
"Ra, gue Ahza.. tolong buka pintunya sekarang ya" sambung Ahza yang masih berakhir kenihilan.
" Za,, sorry ya kalo surat gue udah bawa lo kesini," Kara memberanikan diri untuk angkat bicara.
" Lo ngga salah , Lo ngga perlu nyalahin diri ko cuma gara gara gue kenapa kenapa" Ahza berusaha untuk menenangkan. Cukup lama mereka tenggelam dalam keheningan, Ahza terdiam dengan detak jantung yang abnormal melaju cepat bersamaan dengan kekhawatiran dan Kara mencoba untuk menutup mulutnya rapat dengan menahan nafas agar suara isaknya tak terdengar oleh siapapun. Hingga akhirnya Kara mundur beberapa langkah, membiarkan pintu kamarnya perlahan terbuka. Sontak sorot mata Ahza langsung mengunci bolamata Kara yang berkaca kaca, kini Ahza dapat menyaksikan Isak tangis Kara yang ia sembunyikan.
" Ra.." seru Ahza lirih, tangan kanannya mencoba tuk merapikan rambutnya yang hampir menutupi sebagian wajahnya kemudian menyelipkannya dibalik daun telinga.
" Sorry for making afraid in that accident" tutur Ahza dengan tatapan sendu.
" I never knew the ending of our story, but I think I've made bad stories" Ahza terdiam beberapa saat, " It's cuz I've made you worries and leave you alone...sorry for my bad" sambung Ahza, Kara menundukkan kepalanya dalam bahkan semakin dalam seolah Isak tangisnya akan semakin menjadi jika memandang wajah laki laki yang kini tengah mengkhawatirkannya. Tanpa menunggu lama Ahza merengkuh tubuh Kara kedalam pelukannya, menyisakan keheningan dan memberikan banyak ruang tuk Kara mencurahkan air matanya. Kara yang sempat diserang traumanya pun mencoba tuk mengepalkan kedua telapak tangannya sampai akhirnya ketakutan itu benar benar hilang.
Entah berapa lama mereka dalam posisi tersebut, tapi Kara mencoba untuk mengakhirinya dan masih dengan tundukkan dalamnya ia memandang ujung kakinya. Ahza menghela nafas panjang, ditangkupnya wajah Kara dengan kedua telapak tangannya, "sorry for lating" bisik Ahza, kini Kara berusaha membalas ulasan senyum laki laki dihadapannya, tiga detik yang mampu meminimalisir detak jantung keduanya lalu Kara menggeleng pelan.
"You never late to understand me" balas Kara yang langsung dibalas tawa kecil oleh Ahza.
"But, I'm lating to find your letter,Ra" kini Kara terdiam dengan wajah datarnya.
"Jangan bahas surat itu Za,gue malu" Kara sedikit merajuk, " oke, It's easy to understand the situation" ujar Ahza dengan nada meledek. Kara memanyunkan bibirnya kesal,ujung hidungnya masih terlihat merah akibat menangis sesenggukan menjadikan Ahza tak kuasa menahan rasa gemasnya. Didekatkannya wajah Kara membuat hidung keduanya menyatu.
"You have loved me from 1 week ago and I have loved you at first time I saw you" ucap Ahza yang tak disangka mengundang rona merah dikedua pipi Kara dan Kara mampu merasakannya, ia merasa jika leher dan wajahnya memanas seakan terbakar rasa malu. Kara menenggelamkan wajahnya di dada bidang Ahza, berusaha untuk menyembunyikan blushing dan shying di wajahnya.
KAMU SEDANG MEMBACA
On Your Smile
Teen Fiction"Tidak Ra, ini bukan hanya perihal aku bersedia disampingmu bahkan lebih dalam dari itu aku akan selalu siap" Batin Ahza tak pernah hening, selalu berisik jika harus berhadapan dengan wanita indah satu ini. Jika suatu hari ia harus jatuh hati, Ahza...