Setelah 2 hari tak masuk kelas, hari ini Ahza memutuskan untuk kembali kesekolah. Karna tak sempat memberitahu Kara ia harus berangkat sendiri dengan mobilnya dan siapa sangka jika ternyata Aldi dan Kara menunggunya diparkiran.
" lu pada ngapain?" tanya Ahza
" ya Menurut lo, apalagi kalau bukan nurutin kemauan sahabat lo." Jawab Aldi,
Ahza tersenyum kearah Kara dan seketika membuat pipi Kara merah merona. Aldi yang menyadarinya pun berdehem pelan,
"aduh ganggu nih gue,, gue duluan ya.. Bye" Aldi mengangkat tinggi sebagai perpisahan. Ahza dan Kara terkekeh kecil, mungkin kehidupan dewasa mereka barusaja dimulai.
"lo udah sembuh?" tanya Kara,
"ya kaya yang lo liat sekarang " jawab Ahza
"kita mau langsung ke kelas kan? " tanya Ahza balik, Kara bergumam seakan tengah menimbang jawaban. "maybe, tapi gausah lewat mading ya.. " tawar Kara, Ahza mengernyitkan dahi dalam,
"kenapa? " Kara terdiam beberapa saat
"mm... Za,, lo ingetkan kalo udah janji ga bakal marah? " tanya Kara memastikan, Ahza mengangguk iya.
"nanti kalo dikelas ada apa apa gausah didengerin ya" imbuh Kara, bukannya menjawab Ahza malah tertawa kecil.
"gue udah tau Ra,, foto palsu yang ditempel dimading.. Tania juga udah minta maaf kok.. Lo ngga usah khawatir " Kara menatap Ahza tak percaya,
"lo udah tau? " Kara kembali meyakinkan. Ahza meraih telapak tangan Kara dan menariknya untuk berjalan berdampingan bersamanya,
"sekarang ga ada yang perlu dikhawatirin lagi" ujar Ahza membuat Kara menghembuskan nafas lega.Kelas XII IPA B
Desyca:
Ada tugas dari pak KaryoAidan:
Tugas apaan?Desyca:
Buat makalah fisika, dikumpul lusaAldi:
Buset yang bener aja lo ngumpulnya lusa?Lyrea:
Ya Allah banyak amat kerjaan gue, udah mana makalah biologi ke reset 🤧Desyca:
Kata pak Karyo kumpul ke Alvin kalo enggak AhzaKara membaca satu persatu pesan yang teman temannya kirimkan lewat roomchatt, nafas gusar keluar dari mulutnya.
"kenapa? " tanya Ahza yang kini sudah berdiri disampingnya dengan baju basketnya.
"makalah fisika lusa kumpul ke lo" jawab Kara dengan tatapan yang tetap terpaku pada layar ponselnya.
"oke.. Kita buat sekarang " ujar Ahza sontak membuat Kara menoleh kearahnya.
"yakin mau buat sekarang? " tanya Kara meyakinkan, Ahza mengangguk seraya tersenyum, "oke, let's make it"Jari jemari Kara menari lincah diatas keyboard laptopnya, kata perkata mulai diketiknya, beberapa buku fisika cukup membantunya sebagai referensi makalah. Tak lama Ahza datang dengan seragam sekolah.
"udah selesai? " tanya Ahza tenang
"agak susah kalo harus selesai hari ini" jawab Kara frustasi .
Ahza memperhatikan jari jemari Kara, layar laptop dan wajah Kara secara bergantian. Kemudian tanpa aba aba telapak tangan Ahza diletakkan diatas punggung tangan Kara yang tengah mengoperasikan mouse miliknya, Ahza yang saat itu berdiri dibelakang Kara pun mencondongkan tubuhnya kearah Kara menjadi lebih dekat, ya.. Dekat tanpa jarak. Kara membeku, terpaku dan sadar bahwa nafasnya kian memburu, sentuhan kulit Ahza bagai setrum yang mengalir kuat dalam tubuhnya.
"okay, done"ujar Ahza sambil menarik posisi tubuhnya ke posisi semula, Kara menghela nafas lega setidaknya ia masih dapat merasakan detak jantungnya yang berdetak meski detakkannya lebih kencang dari biasanya. Ahza melipat kedua tangannya didepan dada dan tersenyum kecil.
"lo tinggal tambahin penutup" ujar Ahza, Kara menelan ludah kasar.
"lo ga perlu segitunya, Za.. Lo cukup duduk disamping gue dan kasih arahan"timpal Kara sedikit gugup. Ahza menganggukkan kepala tanda setuju lalu dengan sigap ia duduk disamping Kara dan menatap wajah Kara dengan senyum yang merekah.
"jadi gue harus gimana? " tanya Ahza, Kara menghela nafas dalam.
"--" sebuah ciuman gugup mendarat dipipi kanan Ahza, sontak Ahza membulatkan matanya sempurna. Ahza mematung, dunianya seakan berhenti dan Kara menutupi wajahnya dengan buku catatan miliknya, wajahnya merona dan terasa panas.
"Ahza!! Jangan diliatin gue nya! Malu tau nggak!! " Kara tersipu malu, ia tak tahu harus bagaimana lagi tuk menyembunyikan rasa malunya. Ahza tertawa puas, lalu menarik paksa buku catatan Kara dari genggamannua sehingga nampaklah wajah merona Kara.
"iiihh, Ahza jangan kayak gitu dong!! Guenya malu! " kini Kara menutupi wajahnya dengan telapak tangannya, Ahza yang mulai gemas pun memutuskan untuk menarik kedua telapak tangan Kara dan membalas pemberian Kara, sebuah sentuhan hangat menyentuh pipi Kara. Kara terpejam, matanya seolah enggan untuk terbuka, ia tahu bahwa detak jantungnya takkan normal bila Ahza tetap duduk disampingnya dengan tatapan yang membuatnya menggigil habis habisan.
"kok mejem matanya? " ledek Ahza.
"gapapa"
"Ra? Lo marah ya? "
"bukan marah Za!! Tapi guenya malu" tukas Kara sebelum akhirnya bangkit dari duduknya dan berlari meninggalkan perpustakaan dan Ahza. Ahza tertawa kecil melihat sosok Kara yang berlari menjauh dengan rona merah dan gurat malu yang tak kunjung hilang.Ahza menyandarkan badannya dimobil, tangan kirinya dimasukkan kedalam saku celana dan tangan kanannya menggenggam ponsel miliknya. Bibirnya perlahan mengulas senyum saat Desyca mengirimkan foto Kara yang sedang memandang Ahza dari balik jendela kelas bahkan saat Kara diam diam mengambil foto Ahza. Sepertinya Kara harus tahu jika tak hanya dia yang degup jantungnya unsafe tapi Ahza pun turut merasakannya.
Desyca:
Ahza! Lo apain temen gue? Seharian dia senyam senyum sendiri!Ahza terkekeh, teringat olehnya tragedi diperpustakaan, meskipun Kara yang memulainya namun ia juga yang menghindar jika berpapasan dengan Ahza.
Kara:
Gue pulang bareng DesycaAhza mengernyitkan dahi dalam, terheran dengan informasi Kara yang tiba tiba. Ia mengalihkan pandangan dari ponselnya, sorot matanya menyapu sekelilingnya dan menajam saat menangkap sosok Kara yang tengah bersembunyi dibelakang mobil Aidan. Ahza memasukkan ponselnya kedalam saku celananya kemudian melangkahkan kaki menghampiri Kara secara diam diam. Ahza membungkukkan badannya, membuat wajahnya sejajar dengan wajah Kara, ia tetap berdiri dibelakang Kara tanpa sepengetahuan Kara.
"lagi ngapain Ra? " tanya Ahza lembut namun mampu membuat Kara tersentak kaget.
"katanya mau pulang sama Desyca, kok masih disini? " sambung Ahza.
"iya gue lagi nungguin Desyca kok.. Dianya lagi perpustakaan.. " Kara terus berujar alasan, mencoba tuk menutupi rasa malunya.
"lagi nungguin apa lagi nyumput? " ledek Ahza diiringi tawa kecilnya.
"gue lagi nungguin kok.. Kayaknya dia minta dijemput deh, gue duluan ya.. " Kara yang tak tahu alasan mana lagi yang harus ia lontarkan, ia pun memilih untuk pergi meninggalkan Ahza. Sayangnya tangan kekar Ahza lebih dulu menarik tangan Kara tuk berada dalam zona tanpa jarak, mata Ahza menatap lembut namun bibirnya mengisyaratkan suatu hal yang tak dapat ditebak.
"Za? " seru Kara lirih, Ahza tak menjawab, tangan kanannya justru mendekatkan kepala Kara kedada bidangnya. Kara terhenyak lantaran ia mampu mendengar detak jantung Ahza dengan jelas.
"gatau kenapa, gue juga deg degan tiap deket ama lo" ucap Ahza dengan senyum simpulnya. Kara terdiam, namun beberapa detik kemudian ia mencoba tuk menarik tubuhnya dari dekapan Ahza tapi Ahza lagi lagi menahannya.
"jangan liat gue, entar lo salting" Kara terdiam sambil tersenyum, menyetujui ucapan Ahza.
KAMU SEDANG MEMBACA
On Your Smile
Teen Fiction"Tidak Ra, ini bukan hanya perihal aku bersedia disampingmu bahkan lebih dalam dari itu aku akan selalu siap" Batin Ahza tak pernah hening, selalu berisik jika harus berhadapan dengan wanita indah satu ini. Jika suatu hari ia harus jatuh hati, Ahza...