Rina sudah meninggalkan rumah sekitar 15 menit yang lalu, kini tinggal Ahza dan Kara saja dirumah. Terdengar suara langkah kaki yang tengah menuruni anak tangga, Ahza sontak mendongakkan kepalanya dan menangkap sosok Kara dengan kaus kasual putihnya dan celana jeans warna hitam serta sepatu putih yang biasa ia pakai ketika hangout. Kali ini Kara tampil cukup berbeda, rambut yang biasa ia cepol asal asalan kini dibiarkan terjuntai dan tersibak saat berjumpa angin. Ahza tersenyum simpul sambil memandang wajah Kara yang saat ini sudah berdiri dihadapannya.
"First date in relationship" bisik Ahza namun mampu membuat bulu kuduk Kara meremang sebelum akhirnya tersenyum.
"Relationship" Kara mengulanginya dengan suara yang hampir tak terdengar oleh Ahza.
"Ehem...kenapa? Nggak terdengar buruk kan?" Ahza mencoba memastikan, Kara menggeleng lalu menjijit agar leluasa tuk berbisik.
"Mengerikan"
Ahza tersenyum, kemudian membiarkan jari jarinya berada dicelah jari jemari Kara dan menggenggamnya kuat, lalu memimpin perjalanan menuju mobil.Ahza menghidupkan AC mobil dan memutar lagu lewat stereo mobilnya. Sesekali Ahza melihat kearah Kara yang terlihat cukup gugup.
"Kita bisa batalin kok, Ra" ujar Ahza.
"No... Gue udah nyiapin dari tadi malem dan ngga ada salahnya buat nyoba" balas Kara yang langsung disambut dengan laju mobil perlahan.
Seakan keadaan berbalik, Ahza yang awalnya tenang tenang saja justru diserang rasa khawatir dan Kara terlihat tenang dengan posisi menyandar di jok penumpang seraya memejamkan mata.
Tak menunggu lama mobil Ahza sudah terparkir di halaman luas Mall yang menjadi tujuan utama mereka, sekedar berbelanja.
"Kita udah sampe" ucap Ahza yang sontak membuat mata Kara terbuka lalu menoleh pelan kearahnya. Begitu Kara mengangguk Ahza langsung turun dari mobil dan berlari kecil menuju pintu mobil kiri, hendak membukakannya untuk Kara.
"Let's begin" Ahza menyodorkan tangan kanannya,dan kini nampak wajah Kara yang memucat. Setelah telapak tangan keduanya saling menggenggam Ahza perlahan menarik tubuh Kara untuk keluar dari mobil dan satu hal yang kini Kara rasakan, tubuhnya mulai gemetar hebat. Ahza merengkuh tubuh Kara,
"Don't be afraid Ra" bisik Ahza, meski Kara mengangguk namun matanya terpejam begitu rapat. Ahza menangkup wajah Kara dan menatapnya lamat, "kita bisa balik kok" Kara tak menjawab, kedua tangannya meremas lengan baju Ahza dan beberapa saat kemudian tubuh Kara melemas ia hampir terduduk diatas tanah tapi tangan kekar Ahza dengan ligat menahan tubuh Kara dan membawanya pada pelukan erat.
"Are you okay?" Tanya Ahza penuh kekhawatiran, sayangnya Ahza tak mendapati jawaban darinya membuatnya memutuskan untuk kembali membawa Kara kedalam mobil.
Kedua tangan Ahza mengusap pelan punggung tangan Kara dan sesekali mengusap pipinya yang kini terlihat pucat. Perlahan mata Kara terbuka namun seperkian detik kemudian air matanya mengalir membasahi pipi mungilnya dan semakin menjadi.
Tak banyak yang bisa Ahza lakukan, hanya membiarkan Kara menangis didada bidangnya dengan sentuhan hangat yang membelai lembut rambut Kara. Cukup lama mereka dalam posisi tersebut hingga tangis Kara mereda, Ahza tak langsung melepaskannya ia tetap membiarka tubuh Kara tetap bersandar padanya. Suasana hening berlangsung cukup lama,tangis Kara yang mereda dan Ahza yang tak angkat bicara, seakan akan keduanya nyaman dengan posisi mereka.
'Ra kita bisa pulang kalo Lo mau,gue ngga maksain kok" ujar Ahza penuh kelembutan tanpa melepas pelukannya. Kara mencoba tuk mengatur nafasnya sebelum akhirnya menarik tubuhnya keposisi semula dan terlepas dari rengkuhan Ahza.
"Gue ngga mau pulang gitu aja, tapi gue ngga yakin juga sama planning kita" balas Kara dengan suara yang terdengar parau. Ahza tersenyum, tangan kanannya meraih rahang Kara dan mendekatkannya, Ahza mampu menghilangkan jarak diantara keduanya. Kara mampu mencium aroma tubuh Ahza dengan jelas, wajah Ahza yang begitu dekat membuat Kara memejamkan matanya, kini telapak tangan Ahza perlahan mengusap pipi Kara. Sentuhan hangat Ahza membuat Kara kehilangan gravitasi ia seakan tengah melayang layang diudara.
Tiga detik setelah usapan hangat itu berakhir Kara perlahan membuka matanya, pandangannya langsung menangkap sosok Ahza yang tengah tersenyum jail kearahnya seolah ingin menertawakan rona merah yang menjalar sempurna diwajah hingga leher Kara.
"Gimana? lebih baik?" Tanya Ahza jail,
'Lebih buruk" jawab Kara dengan nada kesal karna menyadari ejekan Ahza.
"Lebih buruk? , buruk karna ngusapnya kurang lama apa gimana?" Timpal Ahza sebelum akhirnya tertawa lepas sambil mencubit kedua pipi Kara gemas.
"Ahza..." Suaranya lirih tapi terdengar tegas. Ahza menyudahi tawanya dan mendekatkan wajahnya kearah Kara, Kara menelan ludah kasar, menyesal telah menyeru Ahza untuk diam.Kara memelankan langkahnya dan berjalan dibelakang Ahza, Ahza berusaha untuk menarik tangan Kara agar tidak dibelakangnya tapi Kara menolak. Ahza menghentikan langkahnya lalu berbalik menghadap Kara, manik matanya menatap wajah Kara yang hampir ditutupi masker serta rambutnya yang dibiarkan tergerai.
"Jangan dibelakang" ujar Ahza yang dibalas gelengan kecil.
" Kalo gitu gue ga boleh didepan" Kara kembali menggeleng, Ahza menghela nafas dalam tak tahu harus bagaimana. Mall memang cukup ramai hari ini, mungkin karna menikmati weekend bersama keluarga, Ahza meraih bahu Kara dan merengkuh nya kuat, "kita bakal baik baik aja" bisik Ahza meyakinkan.The journey is continue, keduanya kini memilih untuk pergi ketempat yang cukup jauh. Sudah hampir tiga jam Ahza mengendarai mobil dan keduanya belum juga sampai.
" Tempatnya masih jauh?" Tanya Kara .
" Mungkin lima belas menit lagi"
" Lo udah pernah kesana?" ,
Ahza menggeleng, " belum"
" So?"
" So, I visit it with you " Ahza tersenyum jail, membuat Kara mencubit lengannya kesal .
" Ahza !! Stop it!!" Ucap Kara tegas, Ahza menoleh kearah Kara dan lagi lagi tersenyum padanya.Mobil Ahza berhenti ditanah lapang yang cukup luas, tak banyak kendaraan yang terparkir disana. Ahza melepas seatbeltnya lalu memberi isyarat pada Kara untuk turun.
"Lo ngga lagi bercanda kan?" Tanya Kara meyakinkan.
" Untuk kali ini gue serius" jawab Ahza sebelum akhirnya mendahului Kara turun dari mobil.
Setelah keduanya turun Ahza dengan ligat meraih telapak tangan Kara dan membawanya kesuatu tempat. Keduanya menyusuri tanah luas yang makin lama terlihat rimbun dengan beberapa pohon seolah membawa mereka pada jalan setapak yang semakin jauh.
Mata Kara berbinar saat melihat danau yang begitu luas, diseberang danau nampak pemukiman yang terbilang cukup ramai.
" Gue ga pernah tau tempat ini " ujar Kara sambil terus mengaguminya dalam hati.
" Me too, gue kira referensi dari Aldi bakal biasa aja .. nyatanya ngga terlalu buruk " balas Ahza.
Kara melepas sepatu yang ia kenakan, membiarkan telapak kakinya menyapa halus rerumputan hijau disekitar danau. Kara melangkah pelan, melepas genggaman Ahza dan mulai mendekap renjana. Dari arah belakang Ahza tersenyum, merasa jika caranya mendapat bintang lima dari Kara. Ahza tetap berdiri seraya menyilangkan kedua tangannya didepan dada, manik matanya menatap senyum indah Kara. Ia terdiam ditempatnya berpijak karna tak ingin momen indah Kara bersama alam yang tengah menuai kasihnya.Kara menghela nafas lega, perlahan tubuhnya menyentuh rerumputan hijau dan terduduk sila diatasnya. Ulas senyum itu terus terpancar dan tak sedikitpun memudar.
" Apa kita bakal pulang sebelum matahari tenggelam?" Tanya Kara saat menyadari Ahza yang sudah menyusulnya.
" Kita bisa pulang kapanpun Lo mau " jawab Ahza.
" Gimana kalo nanti ada apa apa?" Tanya Kara khawatir.
" Disekitar sini ada pos jaga, jadi jangan khawatir "
Kara tersenyum sambil menundukkan kepala, beberapa saat kemudian matahari tampak melambai selamat tinggal diiringi mega oren yang memanjakan mata. Kara mengangkat kepalanya, iris matanya menatap kearah air danau yang terlihat cukup tenang. Angin semilir malam semakin kencang.
" Ra jadi gimana sekarang?" Seru Ahza lirih
Kara memainkan arah matanya seakan tengah menimbang jawaban.
"Cukup baik"
"Just it?" Ahza mencoba meyakinkan .
"Mmmm...pelayanan Lo hari ini dapet rating tinggi dari gue plus bintang lima" jawab Kara mantap. Dari manik mata Ahza dapat dipastikan bahwa ada secungkil harapan yang ia tujukan pada Kara.
"I think enough" Timpal Kara membuat Ahza sedikit kecewa dan mengalihkan pandangannya kearah danau.
"Thank Za,"
"----" Kara memejamkan matanya tapi mata Ahza justru membulat tak percaya atau mungkin sedikit terkejut. Dan saat Kara kembali keposisi ya Ahza tersenyum salah tingkah, wajahnya sedikit memerah.
"Ra,tutup telinga Lo ya"
"Untuk?"
"Udah tutup aja" Kara mengangguk dan tersenyum.
"Woyy!! Malem ini first date gue! Gue diterima! Bertahun tahun gue suka,akhirnya gua beneran jadi real BF nya Kara Maudya!!!"
Ahza berteriak sekencang kencangnya, meskipun Kara menutup daun telinganya suara menggelegar itu mampu menyusup masuk kedalam gendang telinga Kara membuat wanita itu tertawa lepas dengan tatapan yang terus mengekor pada tingkah Ahza.
KAMU SEDANG MEMBACA
On Your Smile
Teen Fiction"Tidak Ra, ini bukan hanya perihal aku bersedia disampingmu bahkan lebih dalam dari itu aku akan selalu siap" Batin Ahza tak pernah hening, selalu berisik jika harus berhadapan dengan wanita indah satu ini. Jika suatu hari ia harus jatuh hati, Ahza...