#5

19 8 0
                                    

   Kara menuruni anak tangga sambil mrngikat rambutnya asal, dengan kaus hitam dan celana jeans ia melangkahkan kaki menuju Ahza yang sedari tadi sudah menunggunya.
Ahza dibuatnya terkesima oleh penampilan Kara malam ini.
"mau ngajak gue kemana sih malming gini?" tanya Kara heran
"udah gausah bawel, ikut aja" jawab Ahza ketus, Kara memanyunkan bibirnya kesal.

   "jadi lo ngajak gue keluar cuman buat nonton bioskop? " tanya Kara tak percaya, Ahza mengangguk penuh antusias. "Yaelah.. horor lagi..kenapa ga yang laen? One piece kek, atau apalah.. "protes Kara tak setuju.
"gue suka horor" jawab Ahza sekenanya. Kara memutar bola matanya kesal,
"pantes ,," ucap Kara, 
"kenapa? "
"idup lo gentayangan" ucap Kara kesal, Ahza hanya terkekeh lalu kembali terfokus pada film yang mulai diputar.
   "arghhh" Kara merenggangkan otot ototnya, dari arah belakang Ahza merangkul tubuh Kara yang lebih pendek darinya seolah memberi isyarat untuk berjalan seperti itu.
Kara tak menolak , ia membiarkan nya.
"abis ini enaknya kemana ya? " tanya Ahza, Kara diam tak menjawab.
" Ra.. Nanya gue.. Malah dikacangin.."
"eh.. Iya kenapa? " tanya Kara bingung, Ahza menghela nafas panjang.
"abis ini enaknya kemana ya?" Ahza mengulang pertanyaannya.
"em... Kenapa lo ga tembak cewe yang mau lo jadiin pacar lo aja? Mumpung malem minggu kan" jawaban Kara membuat Ahza tertawa, Kara mengerutkan dahi dalam.
"kok malah ketawa sihh"
"lo yakin mau gue tunjukin depan mata? " tanya Ahza meyakinkan, dan dengan rasa percaya diri Kara mengangguk meyakinkan.
"oke.. Kita kekafe" ucap Ahza sebelum akhirnya merubah haluan menuju parkiran.

   Keduanya kini saling duduk berhadapan, manik mata Ahza menelisik Kara yang terfokus pada layar ponselnya.
"lo ga mau pesen minuman atau makanan?" tanya Ahza, Kara menggeleng tanpa melihat wajah Ahza.
"oke langsung gue mulai aja deh"
Kara mendongakkan kepalanya,
"ceweknya? " Kara memastikan Ahza agar tidak lupa dengan calon pacarnya. Ahza tersenyum simpul sebelum akhirnya mencondongkan tubuhnya kearah Kara, menjadikan jarak yang semula tercipta menghilang tiba tiba. Kara menelan ludah kasar, ia menahan nafas saat Ahza nampak begitu dekat dengannya. Ahza mendekatkan bibirnya kearah daun telinga Kara,
"siapin ekspresi lo, " bisiknya lembut, kemudian Ahza membenarkan posisi duduknya seperti semula. Kara masih terpaku sekaligus bersyukur karna jantungnya kembali berdetak. Ahza meraih ponselnya diatas meja, hendak menelfon seseorang.
"lo mau ngapain? " tanya Kara
"gue mau nelfon cewenya dulu lah" jawab Ahza yang dibalas anggukan oleh Kara.
Satu detik,
Dua detik,
Tiga detik..
Kara mendapatkan sebuah panggilan yang tak lain dari Ahza, Kara menatap Ahza dengan tatapan heran namun Ahza seolah memberinya isyarat untuk segera mengangkatnya.
"hallo.. " Ahza memulai percakapan,
Kara diam tak menjawab.
"Ra" seru Ahza, "gue suka sama lo, sejak SMP. Malem ini gue mau lo jadi pacar gue, gue ga mau diganggu dan dirayu sama cewe cewe lagi.. To night the one I want is Kara maudya.. " dengan keberanian yang sudah lama ia pupuk, malam itu Ahza mengungkapkannya. Kara menelan ludah kasar sambil menatap Ahza tak percaya. Ia langsung menutup panggilan dan memasukkannya kedalam saku celananya lalu bangkit dari kursi kafe.
"Za,," seru Kara lirih,
"we are friends, gue ga mau stuck disini cuma gara gara ada perasaan disalah satu kital sambungnya, Ahza tersenyum getir mendengar balasan Kara.
"gue tau, semua ini cuma bercanda.. Sekarang udah malem, jadi lebih baik kita pulang" Ahza menatap Kara yang nampak serius dengan ucapannya, tatapannya terus mengekor pada bayangan Kara yang lebih dulu meninggalkan kafe. Ahza menggenggam ponselnya kuat, ia memejamkan mata cukup lama.
"hhhh,,, mungkin ga seharusnya gue bilang sekarang" batin Ahza.

   Seperti biasa, pagi itu Kara menghabiskan waktu liburnya untuk mengarungi kasurnya yang merupakan gravitasi terkuat dalam hidup Kara. Rina memasuki kamar anaknya itu dan hanya menggelengkan kepalanya tak percaya.
"mau sampe jam berapa kamu kaya gini,,? Ini udah jam 9 dan kamu belum bangun?" celoteh Rina, Kara yang tak mau ambil pusing meraih bantal yang tak jauh dari dirinya dan menutup telinganya sebelum akhirnya melanjutkan mimpi yang sempat tertunda.
" Kara maudya!!  Bangunn! Desyca udah nungguin kamu dari tadii! " sambung Rina, yang berhasil membuat Kara terperanjat dari tidurnya. Bola matanya menatap Rina tak percaya, "mama serius?" tanya Kara meyakinkan.
Benar, Kara barusaja melupakan janjinya pada Desyca yang baru saja pulang dari Aceh. Tak ingin membuat Desyca menunggu lebih lama lagi Kara dengan ligat meraih kimono pinknya dan segera bersiap.
15 menit kemudian, Kara menemui Desyca yang sudah berjamur menunggu kedatangannya diruang tamu.
"sorry Des... Gue lupa sama janji kita! Suer.. Gue ga bohong " Kara mencoba tuk menjelaskan kedatangannya yang terlambat cukup lama.
"hadeuh.. Gue kira bakal batal planning kita jalan hari ini" timpal Desyca, Kara hanya cengar cengir tanpa dosa.
"udah yuk langsung aja keburu panas banget " ujar Desyca.
   Kali ini Desyca membiarkan Kara menyetir motor scoopy miliknya menyusuri kota Surabaya dihari weekend seperti saat ini. Cukup ramai, padat dan terkesan menyenangkan. Keduanya berhenti disebuah kafe yang sudah menjadi tempat rujukan untuk bersantai.
Disela menikmati pesanan, keduanya berbincang hangat dan seperti biasanya Kara yang memulai obrolan hangat tersebut.
"kemaren bocah tengil itu nembak gue" mendengar ujaran Kara, desyca hampir saja dibuatnya tersedak.
"beneran?!" Desyca tak percaya. Kara mengangguk yakin.
"terus lo terima? " tanya Desyca lagi,
"kalo gue terima sekarang gue ga sama lo, gue lagi keliling Surabaya kali" jawab Kara ketus,
"bener juga sih.. Tapi kan sayang kalo ga diterima Ra.." Kara memutar bola matanya kesal.
" kalo sayang ambil aja, gue udah bosen " jawab Kara.
"hadeuhh.. Ini nihh cewe ga tau bersyukur.. Nih ya Ra.. Masalah yang lo keluhin itu disisi lain jadi hal yang diimpiin orang lain" Desyca berusaha tuk menasihati sahabatnya itu.
"diimpiin? Yang bener aja lo?"
" eh.. Ra.. Bukannya gue mau bela Ahza, tapi kan lo sendiri yang liat banyaknya cewe cewe ngedeketin Ahza, rela bikin malu diri mereka sendiri demi buat nembak Ahza. Harusnya lo bersyukur, gaperlu cape cape ngerusak reputasi lo udah dapet, dijagaain lagi.. " Desyca kembali mengingatkan. Kara menyeruput minumannya hingga kandas.
"udahlah ga usah bahas Ahza, gue ga mau hari ini mood gue ancur cuma gara gara orang itu" Kara tak ingin percakapan itu berlanjut lebih lama. Ia merogoh saku celananya dan menyodorkan secarik kertas pada Desyca, yang disodori mengernyitkan dahi dalam.
"apaan nih? " tanya Desyca seraya melihat isi kertas.
"tempat yang jadi vacation kita hari ini" jawab Kara sekenanya.
"serius lo...? Tapi ini banyak banget? " Desya mencoba tuk meyakinkan dan Kara mengangguk membenarkan.
" anggep aja gue lagi nyambut orang yang baru pulang jalan-jalan " ujar Kara sebelum akhirnya bangkit dari kursi hendak membayar kasir.
Dan Desyca baru saja menyadari,
"ini kenapa last vacationya rumah Alvin dah? " tanya Desyca pada dirinya sendiri.

On Your Smile Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang