Ahza menyandarkan tubuhnya dikursi kemudi, matanya terpejam menikmati alunan musik dari stereo mobilnya. Sudah satu tahun ternyata ia menjadi si anak sastra yang selalu setia mengantar anak manajemen bisnis kegedungnya, mendengarkan cerita juga menceritakan kepingan kisah yang terus berjalan meski tak bersama kekasihnya. Dan pagi ini seperti biasa ia tengah menunggu Kara yang tengah bersiap, Ahza tak akan pernah bosan atau mengeluh jika ia diminta untuk terus menemani wanitanya itu alasannya masih sama, ia berharga baginya.
"Ihhh maaf, pasti kamu lama banget kan nunggunya?" Ucap Kara begitu masuk kedalam mobil,
"Ngga kok, aku juga baru nyampe" mendengar jawaban Ahza, Kara tersenyum hangat padahal dirinya tahu bahwa Ahza sudah menunggu lebih dari 30 menit.
"Oiya gimana kuliah kamu?" Tanya Ahza tanpa mengalihkan sedikitpun fokusnya dari jalanan,
"Good and fun, sejauh ini ngga ada yang mengganggu kalo kamu?" Tanya Kara balik,
"Me too, nothing special selain jemput dan anter kamu setiap hari"
Blushh, Kara membuang muka dari Ahza ia memilih untuk menatap jalanan bersama senyum yang tak mampu ia sembunyikan.
"Kok malah ngeliatin jalan sih, aku ngga ganteng ya hari ini?"
"Iya, kamu ngga ganteng kalo lagi ngegombal tau ngga? Aku malah curiga kamu udah ngegombalin banyak cewe di fakultas kamu, apalagi kalo lagi latihan basket sama Aldi" jawab Kara,
"Astaghfirullah, suudzon terus kamu ini, asal kamu tau ya ngga ada tuh anak sastra yang secantik kamu"
Lagi, laki-laki itu membuat kupu-kupu berterbangan diperut Kara, wanita itu tak mampu menyembunyikan senyumnya juga rona merah diwajahnya, untuk kesekian kalinya dipagi hari Ahza bahagia sekaligus bersyukur karena wanita itu masih miliknya.Waktu menunjukkan pukul 17:00 , Kara yang sudah lelah menunggu Ahza diparkiran pun memilih untuk pergi menuju lorong kampus Ahza dan duduk di bangku panjang yang disediakan.
"Kebiasaan banget tuh bocah molor pulanggg" celoteh Kara dalam hati, wajahnya tampak lelah, mukanya sudah cukup kusam, keringat mengucur dikening dan lehernya akibat membantu Desyca mencari buku di perpustakaan juga cuaca yang cukup panas, ia pun mulai membenahi rambutnya yang berantakan.
Belum usai rambutnya terkucir dengan sempurna, sebuah tangan meraih dan menyelesaikannya membuat Kara diam tertegun.
"Keliling keliling aku nyariin, tau nya disini kaya orang ilang..kalo diambil orang gimana? Dapetin kamu butuh effort loh" oceh Ahza dengan posisi berdiri, Kara hanya mampu tersenyum simpul sebab bingung harus bagaimana menanggapi sikap Ahza barusan. Kara yang awalnya kesal karna terlalu lama menunggu Ahza pun seketika tenang saat mendengar ocehan Ahza.
"Udah yuk pulang, nanti keburu dicegat Wewe gombel ga jadi aku bawa kamu ke KUA" sambungnya membuat Kara terkekeh.
"Apaan sih Za, ngaco kamu kalo ngomong"
"Yee...tapi ada benernya kan??" Kara menatap wajah Ahza dengan senyum yang sudah mengembang dengan sempurna menjadikan Ahza gemas sekaligus salah tingkah.
"Salting kamu?" Tanya Kara, Ahza membuang muka nya dari pandangan Kara tak ingin pacarnya melihat wajahnya yang merah merona. Dan percakapan mereka berhenti saat keduanya sampai diparkiran, kedua tangan Ahza dengan cepat membukakan pintu mobil untuk Kara dengan hati hati.Mega oren nampak selalu mempesona dipenghujung senja terlebih saat membentuk banyak siluet indah. Mata Kara tak henti-hentinya menatap ke arah luar jendela mobil, hatinya terus memuji kuasa Tuhan yang satu ini. Dibanding mengabadikan senja sore diponselnya Kara akan lebih memilih untuk menikmati dengan kedua matanya.
"Aku denger tadi kamu bantuin si Desyca ya?" Tanya Ahza memecah sunyi dan hening yang sudah menyelimutinya lebih dari 10 menit.
"Hmm... Dia lagi kebingungan banget, awalnya aku nanya ke Jeffrey terus dia kasih aku banyak referensi",
Ahza sontak menoleh, belum pernah rasanya Kara menceritakan temannya yang satu ini. Kara yang menyadari tatapan Ahza dengan ligat menaut tatapan milik Ahza.
"Dia temen sekelas aku, dia juga kaya asdos gitu makanya aku nanya kedia, kebetulan waktu itu juga aku satu kelompok presentasi sama dia" jelas Kara, detik selanjutnya nampak anggukan Ahza mengakhiri kecurigaan diwaktu petang.
"Za, tapi kamu ngga masalah kan kalo nanti aku tiba-tiba pulang sama temen aku?" Tanya Kara penuh kehati-hatian.
"Memangnya kenapa? Aku kan bisa anter dan jemput kamu?" Ahza balik bertanya dengan nada lembut dan tenang, tak tersilap sedikitpun nada marah darinya.
"Aku denger kamu mau ikut anak basket ke luarkota kan?" Kara memastikan informasi yang dimilikinya.
"Aku ngga jadi ikut, toh kalo aku ikut kamu dianter sama Aldi aja ya?" Kara terdiam beberapa saat, lalu mengangguk saat Ahza memberinya sedikit atensi.
Dalam tenangnya seorang Ahza fikirannya tengah berlarian, Kara tidak menyembunyikan sesuatu darinya kan? Ahza bukan tipe laki-laki yang akan memberi banyak batasan untuk Kara, bahkan Ahza tak akan keberatan jika ia harus mengantar Kara untuk menghadiri pertemuan bersama teman-temannya hanya saja atensi Ahza yang menolak mengiyakan Kara barusan atas dasar gejolak ragu dihatinya.
KAMU SEDANG MEMBACA
On Your Smile
Teen Fiction"Tidak Ra, ini bukan hanya perihal aku bersedia disampingmu bahkan lebih dalam dari itu aku akan selalu siap" Batin Ahza tak pernah hening, selalu berisik jika harus berhadapan dengan wanita indah satu ini. Jika suatu hari ia harus jatuh hati, Ahza...