Keheningan terasa begitu kentara, menyelimuti lorong rumah sakit dan ketiga orang yang tengah menunggu dokter keluar dari ruang operasi.
Desyca mengelus pelan punggung Linda yang tertunduk penuh kecemasan, apakah Sang Rabb masih memberikan kesempatan bagi Ahza untuk kembali membuka mata.
Tak lama terdengar derap langkah yang mendekat kearah ketiganya, Aidan yang tertunduk dengan badan yang disandarkan ditembok lorong rumah sakit pun menoleh cepat kesumber suara.
"dari mana lo? ... " tanya Aidan begitu Aldi sudah berdiri disisinya.
"dari bangsal satu, Alvin disana.. " jawab Aldi dengan nafas yang sedikit memburu, karna jarak antara bangsal satu dan ruang operasi cukup jauh.
" gimana sama Kara? " tanya Aidan lagi, Aldi menghela nafas dalam.
"kalo itu gue ga bisa jelasin, mungkin nanti lo bisa kesana langsung" Aidan terdiam, mencoba memahami jawaban Aldi,
"maksud lo? " tanya Aidan yang tak kunjung faham.
"dia diruang psikis" jawaban singkat Aldi membuat Aidan bungkam dan tak melanjutkan pertanyaannya.
Setelah menjalani operasi yang memakan waktu cukup lama, Ahza dipindahkan keruang rawat inap. Aldi memastikan Desyca untuk pergi bersama Aidan keruang psikis menemui Kara dan menggantikan posisinya untuk menemani Linda.
Aldi menggenggam telapak tangannya erat, mencoba menyingkirkan perasaan tak jelas yang tengah menyelimuti hatinya, katakanlah perasaannya turut hancur melihat Linda yang terpukul saat dikabari kondisi Ahza, padahal 1 jam sebelum tragedi Ahza sudah lebih dulu pulang dan menyapa Linda dengan kemenangan tim basketnya.
"tante,, " seru Aldi lirih, yang diseru menoleh pelan.
"Aldi, Aidan dan Desyca minta maaf karna belum bisa jaga Ahza" imbuhnya, Linda dengan sekuat tenaga tersenyum kearah Aldi, teman Ahza yang sudah dianggap seperti anaknya sendiri. "justru tante mau bilang makasih kekamu karna udah mau bawa Ahza kerumah sakit.. Kamu dan temenmu ga salah.. Kamu tau sendiri kan kalo Ahza anaknya bandel" jelas Linda lembut, Aldi tertunduk dalam.
"te,, sebelumnya aku mau minta waktu tante sebentar boleh? " tanya Aldi penuh kehati hatian, Linda mengangguk tanda membolehkan.
"Alvin mau ketemu tante, kalo tante kasih izin besok Aldi bawa dia kesini" ujar Aldi, nampak Linda yang berfikir cukup lama untuk menimbang jawaban , katakanlah Alvin dan Mike adalah pemeran utama yang mengharuskan ada pemeran lain sebagai pelengkap cerita dan Ahza juga Kara adalah jawabannya. Linda mengangguk setuju,
"boleh,, tante kasih izin.. Kamu boleh bawa dia kesini" jawab Linda yang tanpa disadari membuat Aldi bersyukur sebanyak banyaknya.Ada banyak keheningan tercipta dalam ruangan, siapapun bungkam tak bersuara entah takut untuk memulai atau memang terlanjur nyaman dengan suasana hening ini. Aldi mengedarkan pandangannya, Linda, Alvin, Aidan dan Desyca, semuanya tertunduk memandang ujung kaki mereka masing masing. Aldi tau ini akan semakin sulit, tapi ia tak bisa berlama lama dalam kondisi ini.
"mm... Tante,, Alvin kesini mau minta maaf karna udah nyeret Ahza kemasalah dia" Aldi memulai percakapan, pandangannya kemudian tertuju pada Aldi, mengisyaratkan agar ia melanjutkan maksud kedatangannya.
",, saya minta maaf tante.. Semua ini gara gara saya tapi saya bakal bertanggung jawab, baik biaya rumah sakit ataupun urusan nanti dipersidangan.."
"dan... Saya minta persetujuan dari tante untuk bawa Ahza kepengadilan sebagai korban dan saksi.. Untuk pengacara saya udah siapin" jelas Alvin panjang lebar, terdengar oleh ketiganya nafas gusar Linda, matanya menatap kearah ranjang Ahza. Nampaknya Ahza masih ingin terlelap lebih lama, namun dengan berat hati Linda harus segera memberi kesimpulan.
"kapan persidangan dimulai? " tanya Linda seraya menatap wajah Alvin yang cukup jelas menampakkan banyak nya lebam diwajahnya.
"untuk waktunya saya harus liat kondisi Ahza dan Kara.. Karna saya ga bisa maksain.. " jawab Alvin hati hati, Linda mengangguk dan tersenyum.
"kamu ga perlu nyalahin diri kamu, kamu ga salah.. Kamu juga jadi korban dimasalah ini,,jadi nanti tante yang bilang sama Ahza.. " Alvin tersenyum lebar, matanya berbinar memandang wajah Linda yang begitu tulus memaafkannya. Diraihnya punggung tangan Linda dan mencium nya,
"makasih banyak tante.. " ujar Alvin dengan gurat bahagia yang begitu kentara, Linda balik tersenyum.
"tante percaya sama kamu"Beberapa hari yang terasa cukup berat bagi Aldi,Aidan dan Desyca juga turut dirasakan oleh Kara yang sudah berhari hari mengurung diri dalam kamar, lebih tepatnya sejak ia dipulangkan dari rumahsakit. Rina bahkan hanya mampu melihat wajah putri kesayangannya saat mengantarkan makanan, selebihnya Kara hanya akan mengutarakan keadaannya dibalik pintu.
Pagi itu, Rina kembali mengetuk pintu kamar Kara. Kara hanya berdehem tanda jika ia sudah berdiri dibalik pintu, Rina menghirup oksigen banyak banyak berusaha agar rasa sakit yang tengah menghantam dadanya tak berlangsung lama.
"sayang, dibawah ada Desyca.. Buka pintu ya,, dia mau ketemu kamu" ujar Rina memberi tahu. Kara tak menjawab, ini akan sedikit menyulitkannya.
"iya ma" jawab Kara lirih namun masih tertangkap oleh daun telinga Rina.
Tak menunggu lama,derap langkah Desyca sudah membawanya kedalam kamar Kara. Hawa dingin AC membuatnya mengusap pelan kedua lengannya, lampu kamar dimatikan dan tirai kamar yang sengaja ditutup rapat membuat siapapun yang masuk kedalam turut merasakan hati Kara yang hancur. Mata Desyca menangkap sosok Kara yang tengah berdiri mematung kearah tirai, rambutnya dibiarkan terurai kusut dan terdengar olehnya isak tangis darinya. Desyca melangkah pelan, lalu meraih pundak Kara dan mengusapnya penuh kasihsayang. Kara mampu menebak jika teman sebangkunya itu sudah memerhatikan dirinya dibelakangnya sejak beberapa menit yang lalu. Kara membalikkan badan kearah Desyca, ditangkupnya wajah yang tengah terluka itu oleh Desyca.
"Des.. I'm afraid .. I'm... So.. Afraid" rintih Kara yang kini sudah berada dalam dekapan Desyca, Desyca mencoba tukenahan air matanya yang hampir menetes akibat pilu mendengar kalimat Kara. Desyca mengusap halus rambut Kara,
"Ra,, lo boleh nangis.. Tapi jangan salahin keadaan... Lo kaya gini karna ada jalan yang harus lo lewatin.. Sabar, ikhlas" bisik Desyca, "sekarang bukan saatnya untuk merutuki hari kemarin, tapi sekarang saatnya untuk memperbaiki segala hal yang terkikis" imbuh Desyca.
Desyca sudah mendengar kabar akan kondisi Kara sejak dirinya, Aldi dan Aidan mengantarkan mereka ke rumahsakit. Ketiganya mungkin tampak biasa saja, tapi sebenarnya ketiganya merutuki diri mereka masing masing seakan ini semua adalah kesalahan yang besar hingga Ahza, Kara dan Alvin harus terluka.
KAMU SEDANG MEMBACA
On Your Smile
Teen Fiction"Tidak Ra, ini bukan hanya perihal aku bersedia disampingmu bahkan lebih dalam dari itu aku akan selalu siap" Batin Ahza tak pernah hening, selalu berisik jika harus berhadapan dengan wanita indah satu ini. Jika suatu hari ia harus jatuh hati, Ahza...