#6

25 7 0
                                    

   Kara memandang Ahza sambil menyilangkan tangannya didepan dada,
"ayolahhh... Gue kesini ngajak lo main bukan mantengin lo ngerjain fisika" rengek Kara pada Ahza yang tak meresponnya, Ahza terus mengerjakan tugas fisikanya yang besok harus dikumpulkan.
"Ahzaa...  Lo denger gue ga siiiihhhhh? " teriak Kara tepat didekat daun telinga Ahza,  yang diteriaki hanya mengusap pelan telinganya dan kembali melanjutkan aktivitasnya. Kara yang kelewat gerampun mengguncangkan pelan tubuh Ahza yang nampak begitu nyaman dengan posisi belajarnya.
" Ahzaa,,, lo denger gue ga siihhh" rengek Kara yang berhasil membuat Ahza menoleh kearahnya.
"tugas gue banyak Ra,, hari ini gue ga bisamaen.. Mending lo ajak si Desyca aja" ujar Ahza yang menambah kekesalan Kara, Kara mengacak rambutnya kasar. "oke kalo itu mau lo" ucap Kara yang kemudian membungkam mulutnya. Ahza yang mulai curiga pun mencoba tuk memastikan.
"---" Kara mendekatkan wajah Ahza tepat saat laki laki itu menoleh kearahnya dan membuat bibir mungilnya menyentuh hangat pipi Ahza. Ahza menelan ludah kasar, merasa dunianya berhenti karna sikap Kara barusan, Ahza menatap kearah Kara dengan tatapan gugup.
"Ra,, si.. Siapa yang ngajarin? " tanya Ahza gugup tapi berusaha agar terlihat tegas.
"Ahza syahreza " jawab Kara tanpa dosa, ia tak tahu jika sikapnya barusan seolah menghentikan detak jantung. Ahza mengusap wajahnya pelan,
"kenapa? " tanya Kara heran
"em.. Lo keluar dulu gue mau ganti baju dulu.." jawab Ahza seraya mendorong tubuh Kara agar segera keluar dari kamarnya.
"braak" Ahza menutup pintu kamarnya, menyisakan Kara yang terus memandangi pintu kamar sahabatnya, "apaansii.. Kok tiba tiba" batin Kara bingung.

   Pelajaran kedua harus dilalui tanpa guru, sontak hal tersebut membuat seisi kelas bersorak girang. Tapi berakhir saat Alvin sang ketua kelas berdiri dihadapan seluruh teman temannya dan mencoba tuk menenangkan suasana kelas yang cukup ricuh.
"oke.. Jadi disini gue cuma mau nyampein tugas dari pak Setyo." lantas terdengar keluhan dari teman temannya, " tenang aja, ini tugas nya cuma jadwal kunjungan perpustakaan, yang namanya gue panggil pertama berarti dia ketua timnya" jelas Alvin yang dibalas anggukan oleh teman temannya.
" tim pertama Ahza, Aldi, Desyca, Samuel, Diana dan Azlan. Tim kedua gue, Zila, Aidan, Kara dan Lina... "dan Alvin mulai melnjutkan nama nama tim dilayar ponselnya. Aldi yang menyadari nama Ahza terpisah dengan Kara pun sontak menyenggol Ahza yang tengah berlarut denhan mimpi indahnya.
"apaan sih" celoteh Ahza,
"itu tuh.. Tim kunjungan perpus dibacain, lo jadi  ketua tim Kara gabung ama Alvin. " jelas Aldi. Ahza langsung membenarkan posisi duduknya dan menatap Alvin tajam.
"Za.. Gue denger denger ya... Si Alvin demen ama Kara. Bisa jadi dia sengaja naro Kara biar setim sama dia" Aidan memprovokasi teman sebangkunya yang mulai berapi.
"oke abis ini tim satu bisa langsung keperpustakaan, nanti kalian langsung cari pak Setyo aja" jelas Alvin sebelum akhirnya kembali ketempat duduknya.
"Ra" seru Alvin dari tempat duduknya, yang diseru langsung menoleh seraya mengangkat satu alisnya seolah bertanya alasan ia menyeru namanya.
"abis ini ikut gue" ujar Alvin, Kara menatapnya bingung
"gue? " Kara menunjuk dirinya sendiri, meyakinkan Alvin agar tak salah saat berbicara. Alvin mengangguk mantap,
"cuma berdua?" tanya Kara lagi
"iya"
"ngapain? "
"nanti gue kasih tau"
Ahza yang mendengar obrolan keduanya lantas menatap tajam kearah Kara.  Kara yang menyadari langsung menutup wajahnya dengan buku catatan miliknya,
"nih orang orang pada kenapa siii" umpat Kara dalam hati.

   Jauh sebelum Kara sampai di depan GSG,  Kara sudah lebih dulu mendapati sosok Alvin yang duduk diatas bangku panjang.
" brukk" Kara menjatuhkan buku catatan nya diatas bangku,
"ngapain sih nyuruh gue bawa buku sebanyak ini dan kenapa cuma kita berdua?" serentetan pertanyaan langsung dilayangkan oleh Kara saat itu juga.
"karna bu Vika cuma nyuruh kita berdua" jawab Alvin dengan tatapan yang tetap fokus pada sebuah makalah ditangannya.
"kenapa? "
"karna gue nyalonin lo buat jadi pembicara bu Vika, bulan depan bu Vika harus resign karna anaknya harus dibawa ke Singapur buat rawat jalan disana" Kara terdiam, tatapannya tertuju pada bola mata Alvin yang kini turut menatapnya,
"tapi kenapa ngga Desyca aja? Atau Ahza mungkin? Kapasitas otak mereka lebih baik dari gue? "
Alvin tak menjawab, ia meraih buku catatan milik Kara dan membawanya pada genggamannya.
"2 bulan kita harus belajar materi buat dipresentasi ke adek kelas. Dan sekarang kita ga punya banyak waktu, bu Vika udah nunggu kita di Lab. " ucap Alvin sebelum akhirnya melangkah mendahului Kara menuju Laboratorium, Kara hanya menghela nafas panjang dan tak punya pilihan lain selain mengikuti si ketua kelas melangkah.

   Bel pulang berbunyi, suasana kelas perlahan menyepi. Tak ada lagi suara riuh karna perjalanan pulang telah menanti. Kini hanya tersisa Kevin dan Renata yang harus membersihkan kelas sepulang sekolah agar tak mendapat hukuman esok hari. Usai membersihkan papan tulis Renata meraih tasnya diatas meja lalu melambai kearah Kara dan segera menyusul Kevin yang sudah menunggunya diambang pintu kelas.
" lo mau sampe jam berapa Ra? " tanya Ahza yang sudah diserang rasa bosan sejak 10 menit yang lalu,
"sebentar lagi" jawab Kara singkat tanpa menoleh ke arah Ahza.
" lo kesambet apa sih sampe ngerangkum buku fisika anak kelas XI? Lo ikut olimpiade? Atau lo mau daftar kerja ditempat les? " beberapa pertanyaan Ahza lontarkan lantara rasa penasaran yang menyelimuti fikirannya dengan sempurna. Kara tak menjawab, ia langsung menutup bukunya dan memasukkannya kedalam tas.
"ini cuma tugas dari bu Vika kok, yuk pulang gue udah selesai.. " ujar Kara sambil beranjak dari duduknya.
Kali ini Ahza terdiam, mungkin seharusnya ia bersyukur karna Kara berubah, tak ada lagi Kara sipemalas dan pemarah.
   Selama melewati lorong sekolah Kara tak dapat menyimpan cerita mengenai tawaran yang Alvin berikan padanya, ia mulai menceritakan semuanya pada Ahza. Menceritakan jika kini ia adalah seorang pembicara bu Vika yang membuatnya harus mempresentasikan banyak materi jika sewaktu waktu bu Vika hatus absen mengajar. Ahza terkagum kagum mendengarnya, bahkan rasanya ia ingin mencubit pipi Kara gemas dan mengucapkan selamat. Namun semuanya berubah saat Kara menyebut nama Alvin sebagai pelopor yang membuatnya menjadi pembicara. Ahza terdiam karna teringat dengan ucapan Aldi.
"kenapa lo nerima gitu aja? " selidik Ahza ,
"awalnya gue juga keberatan Za.. Tapi gimana lagi, dia bilang kalo ini juga demi kebaikan gue, ya secara ga langsung udah bantu gue buat ntar ujian nasional.. Dan semua opsi dia ada benernya. " jelas Kara panjang lebar. Ahza terdiam dengan raut wajah yang menunjukkan ketidaksukaan dan Kara menyadarinya. Setelah itu tak ada lagi percakapan berlanjut, hanya suara derap sepatu yang berkolaborasi dengan lorong sekolah.

On Your Smile Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang