#28

17 3 0
                                    

  
Surabaya.
   Sudah dua hari Kara memilih untuk berangkat dan pulang dengan ojol, bahkan ia sempat menolak ajakan Jeffrey untuk pulang bersama.
  
   Dengan langkah tergesa Kara masuk kedalam perpustakaan, mencari buku yang kemarin sempat tertinggal dalam list referensi. Matanya dengan jeli mengabsen satu-satu buku tebal yang tersusun rapi dirak buku perpustakaan.

  "Ini yang Lo cari?" Kara menoleh kearah belakang, nampak Jeffrey menunjukkan buku merah tua berukuran sedang.

"Yap, lo betul" dengan kigat Kara menarik buku tersebut dari genggaman Jeffrey.

"Ra...Ra... Lagian lo kenapa sih nolak mulu kalo gue anter, padahal kan kita satu fakultas, jadi ngga oerlu repot-repot muter dua kali kaya anak sastra yang sering nganter Lo itu" celoteh Jeffrey, alis Kara bertaut lalu memandang Jeffrey dengan tatapan heran.

"Lo kenal Ahza?" Tanya Kara memastikan,

"Kenal"

"Kalian udah lama temenan?"
Jeffrey diam beberapa saat atas pertanyaan Kara, "dia nitipin Lo ke gue",
Kara terdiam begitu mendengar ucapan Jeffrey barusan,

  "Dia nitipin gue?" Tanya Kara tak percaya,

  "Ra,,, asal lo tau, cowo mana sih yang oergi ngga pamit? Nitipin cewenya lagi?"

  "Dia ke Bandung sama Aldi ada urusan" sela Kara,

  "Ra, gue tau dia ke Bandung ada urusan, tapi secara dia tuh punya masalah juga sama lo harusnya kalian omongin baik-baik dong bukan malah pergi gitu aja, buktinya dia sampe sekarang belum balik kan?"
Kara terhenyak seraya menatap bola mata Jeffrey yang penuh keseriusan,

  "Dan satu lagi, dia pergi dihari jadi kalian?"

  "Stop Jeffrey, dia punya alasan ngelakuin ini, dan gue faham tentang itu" Kara mencoba menepis kalimat Jeffrey dengan argumennya.

  "Tapi lo nangis antara sedih dan benci?" Timpal Jeffrey, Kara diam tak dapat berkata-kata.

  "Jeff apa maksud lo ngomong gini ke gue?" Tanya Kara datar,

  "Ra, gue sakit liat idup lo digantungin gini sama pacar sendiri"
Kara tersayat saat mendengar ucapan Jeffrey, hatinya seolah tak terima jika Ahza dianggap menyia-nyiakannya tapi apa boleh buat? Dalam lubuk hati paling dalam pun Kara tak sedikitpun tahu alasan pasti Ahza turut pergi bersama Aldi, yang ia tahu ia sedang bersenang-senang. Diamnya Kara nyatanya tak mampu meredakan fikirannya yang terus bersorak bahwa ucapan Jeffrey memang benar adanya.

  "Jeff gue kesini buat cari referensi makalah bukan buat dengerin perspektif lo tentang pacar gue" Kara mencoba tuk menyudahi pertikaian gila ini,

  "Ra, gue cuma mau lo liat, siapa yang selalu ada buat lo selama ini" bisik Jeffrey.

   Selama bimbingan, fikiran Kara meracau. Bagaimana kabar Ahza sekarang? Sudah hampir seminggu ia pergi, mengapa ia tak lagi menghubungi Kara? Dia tidak mungkin melupakannya bukan?.
   Tiba-tiba sebuah notifikasi memecah lamunan wanita berkucir kuda itu, buru-buru ia meraih ponselnya.

Jeffrey:
Ini bimbingan terakhir, Ra
Besok presentasi
Stop ngelamun :)

   Kara menghela nafas dalam, kali ini bukan Ahza taoi Jeffrey. Ia menoleh kearah bangku Jeffrey yang duduk tak jauh darinya.

Kara:
Thanks for caring me

Ulasan senyum tercetak jelas diwajah Jeffrey saat ia membaca pesan dari Kara,

Jeffrey:
Dilaci udah gue siapin air mineral, barangkali lo butuh;)

Sekali lagi Kara menemukan bentuk perhatian Jeffrey yang benar-benar perlu ia syukuri.

On Your Smile Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang