#23

11 2 0
                                    

  "Nih, jangan sering diminum tapi pas bener-bener ngga bisa tidur aja" ujar Zayn, apoteker kenalan Ahza.

  "Iya," jawab Ahza singkat. "Obat pusingnya mana?" Sambung Ahza saat tak mendapati obat pusing dikantung obatnya,

  "Ngga ada, kalo minta obat tidur ya obat tidur aja. Lo suka kelewatan soalnya kalo minum obat"

  "Bang, gue kan juga bayar obatnya ngga minta" ujar Ahza ketus,

  "Bukan masalah bayar enggaknya Za, baru dua hari yang lalu lo minta obat tidur sekarang minta lagi, mau mati?" Tegas Zayn,

  "Iya gue mau mati"

  "Eh, jangan sembarangan lo kalo ngomong"

  "Ya setiap yang bernyawa memang bakal mati bang, jadi gausah khawatir kalo emang udah waktunya gue pergi ya gue pergi bukan karna minum obat terus gue mati" Zayn menggeleng heran dengan laki-laki dihadapannya,

  "Nih" Zayn pasrah, disodorkannya obat yang Ahza minta. "Konsumsi obat berlebih ga baik buat ginjal sama jantung, kalo lo lupa" sambung Zayn.
Ahza hanya mengangguk lalu tanpa sepatah kata berlalu meninggalkan Zayn dan apotiknya.

   Seharian berkecimpung sebagai mahasiswa membuat Ahza berakhir dikelas yang sudah lama kosong, ia mengistirahatkan tubuhnya dengan sebotol air mineral. Latihan basketnya juga sudah selesai 30 menit yang lalu tapi nafas Ahza masih terengah, dihirupnya pelan oksigen dengan hidungnya dan dihembuskan melalui mulutnya. Ahza mengernyitkan dahi dalam, keadaannya semakin memburuk, kini denyut nyeri menyerang kepala dan dadanya. Sesak bukan main rasanya, keringat dingin membasahi wajahnya. 25 menit lagi Kara harus pulang, lagi-lagi Ahza harus mengandalkan sahabatnya, Aldi.

   Kara berkali-kali menghubungi nomor Ahza, namun tak kunjung diangkat. Hari mulai petang, para mahasiswa mulai berjalan pulang. Kini tinggal Kara seorang menunggu didepan kampusnya, dibawah pohon rindang tempat biasa Ahza menunggunya pulang. Khawatir yang semula menyelinap masuk dalam benak Kara seketika musnah saat mobil Aldi datang dan mengatakan bahwa Ahza harus menyelesaikan urusannya. Ada sedikit kesal dihatinya, karena ini bukan kali pertama Ahza beralasan.
   Mungkin Ahza pikir Kara tak tahu jika kelasnya sudah berakhir dari satu jam yang lalu, tim basket pun absen karena berbagi lapangan dengan anak drumband, lalu apa yang sebenarnya tengah ia urus itu hingga membuatnya berakhir pulang bersama Aldi sahabatnya. Ia sedang tidak menjadikannya barang yang bisa dititipkan kesiapa saja bukan?.

  "Ada urusan apa Ahza?" Tanya Kara tiba-tiba,

  "Mmm.. kurang tau juga, tadi tiba-tiba telfon gue soalnya" jawab Aldi sekenanya, lagi-lagi Kara dibuat kecewa dengan jawaban Aldi. Keduanya bungkam hingga sampai didepan rumah, Aldi yang menyadari suasana hati Kara yang tak baik memilih untuk tak banyak bicara.

  "Makasih ya Al, lain kali gue pulang sendiri aja ngga papa," ujar Kara usai keluar dari mobil,

  "Santai aja kali, kaya sama siapa"
Kara tersenyum sebelum akhirnya menutup pintu mobil dan masuk kedalam rumah.

   Usai membersihkan diri Kara duduk diatas kursi belajarnya dengan ponsel ditangannya, kesal senja tadi kembali terasa saat Ahza mengirimkan pesan padanya.

Ahza :
Kamu udah sampe?
Maaf tadi ngga bilang kekamu kalo aku ngga bisa jemput kamu.
Udah tidur ya?

Kara menggenggam erat ponselnya, entah kesal darimana yang menjadikannya ingin sekali meluluhlantahkan ponselnya itu.

Kara :
Aku udah sampe,
Urusan apa?

Ahza :
Tadi ada masalah kecil,

Kara :
Kamu ngga lagi nyembunyiin sesuatu kan?

On Your Smile Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang