usai atau alasan?

22 3 0
                                    

  "Langsung masuk ya, ini dingin" ujar Jeffrey pada Kara yang kini tengah memandanya dari ambang gerbang.

  "Okay,,," jawab Kara dengan senyum yang mengembang,

  "Yaudah gue pulang, ketemu lagi besok" ujar Jeffrey pamit sebelum akhirnya pergi meninggalkan Kara, Kara menghela nafas pandangannya terus mengekor pada bayang Jeffrey hingga benar-benar menghilang. Digesernya pelan gerbang yang sidah tergeser sedikit itu,

  "Ra" sebuah suara berhasil menghentikan pergerakannya, ia menoleh pelan ke sumber suara.
  "Aku mau kita bicara sebentar, bisa?" Kara terdiam, suara itu cukup membuatnya terkesima.

   Kini keduanya berada didalam mobil, suasana malam menambah keheningan. Ahza mengetuk jari disetir kemudi dan Kara membuang muka kearah jendela.

  "Aku gak tau harus mulai dari mana" Ahza membuka percakapan, "mmm.. mungkin aku harus ngejelasin malam itu" Ahza terdiam beberapa saat.
  "Aku minta maaf udah ngebentak kamu, aku minta maaf udah buat kamu ngerasa ngga nyaman sama hubungan ini, aku minta maaf dihari jadi kita, aku minta maaf karna udah buat kamu ngerayain sendirian, aku minta maaf belum bisa jelasin urusan aku kekamu" sambung Ahza.

Kara terdiam, hatinya sakit sekali saat mendengar semua ujaran Ahza.

  "Maaf kalo aku terlalu cemburu, maaf karna--"

  "Za, aku mau kamu jelasin urusan kamu" Kara memotong ucapan Ahza, laki-laki itu menghela nafas dalam.

  "Ra, aku ngga bisa jelasin urusan aku, tapi aku janji secepatnya aku bakal kasih tau kamu"

  "Za, dimasalah ini aku ngerasa aneh sama masalah kamu yang selalu dinomor satuin itu, kamu mempersalahkan aku yang selalu pulang sama Jeffrey bukan Aldi utusan kamu, tapi giliran aku dinomor duakan apa aku ngga boleh mempermasalahkan urusan yang selalu kamu rahasiain itu?" Gurat amarah nampak jelas di wajah Kara, nafasnya naik turun dan kedua nola matanya berkaca-kaca. Diraihnya tangan kanan Kara lalu diarahkannya diatas dada bidang Ahza.

  "Ini urusan ku, Ra" ujar Ahza, Kara mengerutkan dahi dalam.

  "Apa? Perasaan? Atau hati kamu yang terus-terusan ngerasa bersalah?" Tanya Kara dengan nada tinggi, ia menarik paksa tangannya dari genggaman Kara.

  "Hhh.. kamu bilangkan kalo semua keputusan ada di aku? Sekarang aku udah cape Za kalo harus marah-marah terus sama kamu. Now we're breaking up"
Kara memutuskan akhir hubungan mereka malam itu, berhenti untuk mengakhiri konflik yang seakan menyamar menjadi pelipur lara. Ahza terus memandangi Kara yang menutup pintu mobil kuat. Wanita itu masuk kedalam rumah dengan airmata yang mulai tercurah, sedangkan Ahza tetap berada dalam diamnya meratapi kisah cintanya yang baru saja berakhir.

  "Harusnya gue ngga usah mulai, harusnya gue bersyukur lo jadi sahabat gue dan harusnya gue sadar kalo lo cuma nerima gue karna kasian"

   Kara menutup pintu kamarnya dan menguncinya rapat, tangisnya pecah. Matanya kembali menerawang seisi ruangan, mulutnya terkatup rapat namun memorinya terus berputar meski ia sudah memaksa untuk berhenti. Teringat saat dimana Ahza menunggunya saat hendak pergi sekolah, teringat saat Ahza datang, menyeru namanya lalu memeluknya erat saat pintu terbuka, dan teringat begitu khawatir nya Ahza dengan dirinya  saat terjatuh dan terluka.
Kara merasa bersalah karena telah melukai Ahza, sahabatnya

Ahza:
Lusa aku ada tanding basket, dateng ya.

Kara menatap nanar layar ponsel, Ahza barusaja mengiriminya pesan. Entahlah, Ahza memang baik-baik saja atau tengah berpura-pura baik tanpa luka. Kara meringkuk diatas lantai, jarinya bergerak pelan menyentuh nama Ahza dikontaknya lalu memutuskan untuk benar-benar menghilangkan nama Ahza disana.

   Hari ini Aldi datang bersama Afran,Ahza memilih diam saat yang lain menyambut kedatangan keduanya karena alasan kejadian tadi malam.

  "Gue ngga bakal keberatan Za sama cerita lo, jangan marahin Afran karena udah cerita ke gue" bisik Aldi sembari merangkul pundak Ahza, sontak membuat laki-laki itu menoleh lalu mengangguk pelan.

  "Sorry juga kalo udah nyinggung perasaan lo" ujar Ahza,

  "Yaelah kek apa aja".
Kapten basket kali ini Alvaro, Aldi melarang siapapun untuk memilih Ahza. Kini semua bersiap, mengambil posisi masing-masing tapi sebelum Ahza menuju tengah lapangan Aldi menyentuh pundaknya.

  "Za, kalo udah cape langsung ganti pemain aja" bisik Aldi,

  "Iya, tenang aja. Lo khawatir banget..." Jawab Ahza santai sebelum akhirnya melangkah menuju tempatnya.

   Tanpa Ahza tahu, Kara datang bersama Desyca untuk menonton pertandingan basket. Ia menggerai rambut panjangnya dan menutupi sebagian wajahnya dengan masker, sudah lama rasanya Kara tak seperti ini, memandangi wajah Ahza dan teman-temannya ditengah lapangan dengan baju basketnya. Jujur saja, ia rindu.
   Pertandingan dimulai, Ahza yang membantu Alvaro untuk menyusun strategi pun tampak bermain dengan baik. Ahza terus mengoper bola basket pada Aldi dan Aldi berhasil mendrible bola lalu memasukkannya kedalam ring basket. Tim Alvaro mencetak skor pertama.
   15 menit pertama, Ahza menjauh. Ia berjalan kepinggir lapangan untuk mengatur nafasnya sejenak, Aldi yang menyadarinya pun langsung menarik lengan Ahza.

  "Istirahat dulu Za" ujar Aldi,

  "Sebentar lagi.." elak Ahza,

  "Ayolah Za,......" Bujuk Aldi, Ahza menghela nafas panjang lalu pergi untuk berganti pemain.

   Kara mengernyitkan dahi dalam, aneh rasanya melihat Ahza yang rela berganti pemain di awal pertandingan. Setahu Kara, Ahza tidak akan mau untuk melakukannya. Pandangan Kara terus mengekor pada Ahza yang kini tengah duduk bersama pemain cadangan lainnya tampak jelas dari sudut pandang Kara bahwa laki-laki itu tengah terengah yang tak biasa bahkan setelah ia menenggak sebotol air minum. Terbesit khawatir dibenak Kara dan semakin menjadi saat Aldi datang lalu mengobrak-abrik tas Ahza, setelah beberapa saat Aldi menyodorkan sebuah pil obat yang baru saja ia temukan. Tentu semua tertangkap jelas dalam lensa Kara meski dari kejauhan.

  "Minum dulu, Za" ujar Aldi, Ahza menggeleng seraya meletakkan botol air minumnya.

  "Al, gue ketoilet.... Mual" Ahza buru-buru berlari meninggalkan pertandingan.

  "Sial, kumat lagi" umpat Aldi yang langsung menyusul langkah Ahza.

  "Sial, kumat lagi" umpat Aldi yang langsung menyusul langkah Ahza

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

  

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

  

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Dec 16, 2023 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

On Your Smile Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang