Pagi ini Aldi dan Aidan sudah menyiapkan semua barang-barang yang mereka perlukan, hanya saja waktu mereka harus tersita cukup banyak karena sosok Ahza yang tak kunjung datang.
Seperti yang terjadi sebelumnya, rasa nyeri itu kembali. Bak benda tumpul yang menghantam dada Ahza kuat, ia segera meraih dua pil pereda nyeri dan ditelannya tanpa bantuan air , tak lagi ia peduli akan efek samping yang bisa saja memperparah kondisinya saat ini ia hanya tak ingin mengkhawatirkan teman-temannya.
20 menit berlalu, reaksi obat yang ia telan bereaksi lebih cepat dari biasanya. Kini Ahza hanya perlu berjalan perlahan agar tak terhuyung diatas lantai.
"Lama amat bro siap-siapnya?" Tanya Aldi begitu menyadari kedatangan Ahza,
"Duh sorry ya tadi panggilan alam" jawab Ahza santai,
"Yaudah gas naik, keburu siang ini" imbuh Aidan sebelum akhirnya mendahului kedua temannya masuk kedalam mobil.
Selama perjalanan ketiganya nampak santai, obrolan hangat tak terlewatkan. Aidan sebagai pemilik mobil memilih untuk merebahkan tubuhnya dikursi penumpang membiarkan Aldi menyetir mobil miliknya.
"Dan, bokap ama nyokap lo mau pindah ke Bandung apa gimana?" Tanya Ahza.
"Ntar siang juga balik ke Surabaya, biasa lah ke Bandung cuma mau honeymoon doang" jawab Aidan tanpa dosa.
"Gila lo orang tua mau jenguk anaknya malah dibilang honeymoon" timpal Aldi,
"Lah ngga percaya, orang kemaren mereka abis nginep dihotel sekalian keliling Bandung. Padahal kan ada apartemen gua" Ahza dan Aldi tertawa lepas.
"Lo kalii iri, bilang aja kali, Dan... Sungut amat liat ortu sendiri honeymoon " tutur Ahza yang langsung dibalas acungan jempol oleh Aldi tanda menyetujui ucapan Ahza.
"Bukan gitu masalahnya, masalahnya itu mereka keliling Bandung sekalian cari gedung buat gua resepsi kawin, makanya gua rada was-was." Jelas Aidan panjang lebar.
"Duh jadi gimana tuh si Chania kalo lu nya kawin duluan, masa iya mau langsung dua" ucap Aldi ceplas-ceplos.
"Ngaco lo kalo ngomong, nggak mungkin lah gua ninggalin Chania yaa walaupun secara disini gua yang demen ama dia"
"Makanya Dan, lo ngga usah nunggu lukus deh langsung gass aja" imbuh Ahza,
"Soalnya gua denger-denger dari anak FK kalo dia mau magang di Sulawesi, nah kan makin susah lo merhatiinnya" sambung Aldi,
"Sulawesi? Yang bener aja lo?" Aidan nampak tak percaya,
"kalo ngga percaya liat aja dipostingan Instagram baru dia, ada perjanjian diatas matrai malah"Aidan menggaruk kepalanya yang tidak gatal, merasa frustasi hanya karena seorang Chania sedangkan kedua temannya tertawa terbahak-bahak.
Setelah menempuh perjalanan kurang lebih 30 menit, akhirnya mereka sampai ditemoat tujuan, Ahza dan Aldi langsung menurunkan ransel dan senapan yang sudah mereka siapkan. Aidan sebagai orang yang memesan tempat untuk camping sekaligus hunting pun berlalu dari kedua temannya untuk mendatangi pos jaga.
Tanpa menunggu lama, Ahza dan Aldi unjuk kebolehan dengan mendirikan tenda berukuran sedang tanpa memakan waktu lama.
"Gimana? Udah siap?" Tanya Aidan,
"Lo udah konfirmasi sama abang jaganya?" Tanya Aldi balik,
"Udah, kita tinggal hunting aja. Sebelah sana rame juga yang camping tapi kalo jalan dikit lagi sabi lah buat hunting doang" jawab Aidan mantap.
"Yaudah lah kalo gitu, langsung aja" ujar Ahza sambil memberikan senapan kepada dua sahabatnya."Brukk", ketiganya melempar hasil buruan mereka masing-masing, Ahza mendapat dua ekor tupai, Aldi mendapat seekor kelinci dan Aidan mendapat seekor ayam. Ahza dan Aldi lantas menatap heran kearah Aidan.
"Lo beneran nangkep ayam?" Tanya Ahza meyakinkan, sedangkan Aidan hanya cengar-cengir tanpa dosa.
"Nggak, tadi gue pesen sama abang jaganya, soalnya gue ga dapet-dapet dari tadi" jawab Aidan, Ahza dan Aldi menggeleng heran
"ada-ada aja lo Dan"
Hari mulai petang, semua hasil buruan sudah dibersihkan dan siap dibakar. Ditengah kesibukkan membuat api, Aldi berlari menuju mobil tuk mencari gitar kesayangannya yang sengaja ia siapkan untuk malam ini.
Aldi mulai memainkan gitar miliknya, mulutnya dengan fasih merapal lagu yang ia hafal diluar kepala.
Dan ditengah suasana yang begitu tenang, Aidan memberanikan diri tuk angkat bicara."Za, lo masih lanjutkan sama Kara?" Tanya Aidan tiba-tiba, Ahza hanya tersenyum.
"Gue juga ngga tau, Dan"
"Maksud lo?"
"Gue ngerasa dihubungan ini cuma gue yang mau hubungan ini tetep lanjut, masalah hagi emang ga bisa dipaksa jadi gue harus siap kalo Kara minta break up, gue kan cuma sebatas pacar bukan orang tua" jelas Ahza panjang lebar.
"Ya ngga gitu lah Za, dia mau nerima elo itu udah tanda ada balasan cinta, hati kalo ngga dipaksa bersyukur ngga bakal bersyukur" Aidan menasihati, Ahza tertawa kecil.
"Gue rasa emang ga seharusnya semua dimulai, jadi gue ngga perlu repot-repot perhatiin semua maksud ekspresi dia pas ngomong sama gue, gue ngga perlu perhatiin semua aktivitas dia ketika tanpa gue" ujar Ahza.
"Gue udah pasrah, gue titipin dia ke Jeffrey. Kalo emang dia masih sayang sama gue dia ngga bakal terima Jeffrey gitu aja" sambung Ahza, Aidan tersenyum.
"Gausah dibawa beban, semua udah ada aturannya"
KAMU SEDANG MEMBACA
On Your Smile
Teen Fiction"Tidak Ra, ini bukan hanya perihal aku bersedia disampingmu bahkan lebih dalam dari itu aku akan selalu siap" Batin Ahza tak pernah hening, selalu berisik jika harus berhadapan dengan wanita indah satu ini. Jika suatu hari ia harus jatuh hati, Ahza...