#8

15 7 0
                                    

   "ngapain lo disini? " tanya Ahza datar namun tersirat aura amarah yang begitu kuat. Alvin mencoba tuk bangkit dengan tangan kanan yang mengusap pelan pipinya.
"gue kesini buat jemput Kara karna gue ada janji dan pas gue udah sampe dia udah kaya gini" jawabnya, merasa tak puas dengan jawaban Alvin Ahza kembali mendekat lalu menarik kasar kerah baju Alvin. Aldi tak ingin temannya kembali melayangkan sebuah pukulan, ditariknya lengan Ahza agar menjauh dari Alvin.
"ga ada waktu Za buat berantem, lo urusin Kara biar gue yang ngomong sama Alvin " bisik Aldi, Ahza mengendurkan genggamannya kemudian berlari kearah Kara dan segera membawanya ke UKS sekolah.
Sambil berkacak pinggang Aldi mendekat kearah Alvin, "kita perlu ngomong bentar".
   Aldi memasukkan kedua tangannya kedalam saku celana, tatapannya lurus menatap lapangan sekolah. Alvin yang berdiri disampingnya pun memilih untuk diam sampai Aldi angkat bicara.
"apa tujuan lo nyeret Kara buat jadi pembicara? "tanya Aldi santai, terdengar helaan nafas dari Alvin.
"bu Vika yang nyuruh gue " jawab Alvin,
"what the reason?"
"gue juga gatau, mungkin karna bu Vika ga mau dia ketinggalan jauh buat ujian akhir.. Dan harusnya lo sadar itu" jelas Alvin, tatapan Aldi tertuju pada ruang UKS yang terletak beberapa meter dari lapangan. Tirainya yang sedikit terbuka membuat bolamatanya dapat menangkap sosok Ahza yang begitu khawatir tangannya terus mengusap halus puncak kepala Kara.
"gue ga tau harus ngomong apa lagi, gue cuma mau lo maklumin sikap Ahza.. " Alvin menatap Aldi bingung seakan tak faham akan kalimat Aldi.
"maksud lo? " tanya Alvin
"Dia suka sama Kara dan ya.. Lo tau kan tradisi kalo sahabatan sama lawan jenis. Mereka mungkin aja bakal tetep jadi sahabat tapi salah satu dari mereka harus rela jadi korban, dan Ahza salah satu korbannya" ucap Aldi panjang lebar,
"tapi gue juga ada rasa sama Kara"sela Alvin, Aldi hanya mengulas senyum seraya menepuk pelan pundak Alvin.
"disamping itu gue tau maksud lo buat deketin Kara, " bisik Aldi sebelum akhirnya melangkah pergi menemui Ahza.

   Ahza terus merengkuh tubuh Kara yang terlalu lemas untuk berjalan meskipun menuju parkiran sekolah, wajahnya lebam dan rambutnya nampak kusut.
"gue gendong aja ya" tawar Ahza lembut, Kara menggeleng pelan.
"gue bisa" jawab Kara dengan satu tangannya yang menyambut hangat genggaman Ahza.
Sesampainya dimobil Ahza tak langsung menghidupkan mesin mobilnya, ia terdiam cukup lama membuat Kara terkesima saat menyadari rahang lakilaki itu mengeras.
"Za? " seru Kara , yang dipanggil tak menjawab tetap bertahan untuk diam. Sepersekian detik kemudian Kara tersenyum kearahnya,
"thanks for today, " ujar Kara dengan suara paraunya, Ahza menoleh dan Kara dapat menyaksikan wajah Ahza yang dipenuhi gurat khawatir.
"makasih ya udah khawatir sama gue, udah bawa gue ke UKS" sambungnya. Ahza menelan ludah kasar, tatapannya berubah sendu rasanya denyut itu belum ingin beranjak dari benaknya.
"hhh... Kenapa lo bisa ada disana Ra? " Ahza tak membalas ucapan Kara, ia langsung menanyakan kekhawatirannya. Kara meraih punggung tangan Ahza,
"lo bakal tau nanti kok, gue ga perlu ceritain sekarang kan? " elak Kara, Ahza mengangguk faham kemudian menghentikan topik pembicaraan yang hanya akan membuat Kara mengingat saat dirinya dihajar.

   Ahza berlari kearah kursi penumpang dan membukakan pinti untuk Kara, meraih bahu Kara dan menuntunnya menuju gerbang rumahnya.
"langsung masuk ya, besok gue yang minta izin sama bu Angget .." ujar Ahza, Kara mengangguk lembut . Laki laki itu melambai pelan hendak berpamitan namun tangan Kara menahan pergerakan laki laki itu, Ahza menoleh pelan.
"hug me " ucap Kara sambil membentangkan tangannya kebar seakan memberi celah bagi Ahza untuk memiliki Kara meski hanya beberapa detik, Ahza tersenyum kecil tapi airmatanya tak ingin bersekutu ia luluh dan membasahi wajah yang selalu terlihat ceria itu. Kara mengusap pelan punggung laki laki itu.
"It's first time you say thank you to me" bisik Ahza, Kara terkekeh kecil.
"and,, it's first time I see you cry" balas Kara.

   Pagi itu Ahza, Aidan dan Aldi menghabiskan waktu mereka dikantin. Dan seperti biasa Aidan membawa berita hangat untuk mereka,
"lo ga tau? Itu mobil item dihalaman sekolah punya bokap nya si Tania, " ujar Aidan,
"ngapain? Toh aanaknya ga berangkat" balas Aldi
"yaelah.. Kan lu pada yang nemuin Kara, masa masih kaga faham sii, tuh cewek ya yang udah ngegebukin si Kara.. Denger denger sih dia drop out tapi ga tau kalo dua temennya" jelas Aldi panjang lebar.
"mereka bertiga? " tanya Aldi tak percaya, "ya menurut lo?" tanya Aidan balik,
"ya kan nanya njir,,"
"yaiyalah kan gue tadi udah bilang duanya gatau gimana, berarti kalo sama Tania ya bertiga"
"udah gausah diributin! Gitu aja berantem" Ahza melerai keduanya merasa pusing mendengar obrolan Aldi dan Aidan.
"Za, menurut lo gimana? " kini Aldi ingin mendengar pendapat Ahza.
"hhmm... Mungkin gara gara gue"
"cepet banget lo nyimpulin nya.. " ucap Aldi,
" lo pasti inget kan pas Tania  dateng kelapangan? " tanya Ahza, Aldi mencoba mengingat nya. Beberapa saat kemudian Aldi memetikkan jari pelan,
"dia adek kelas yang nembak lo bukan sih? " Aldi memastikan, Ahza mengangguk pelan. Aidan menghela nafas dalam,
"hadeuhh.. Udah gausah dibahas lagi, anaknya udah cabut dari sini" ujar Aidan yang akhir dari obrolan mereka.

   Alvin mengusap dahinya yang mulai dipenuhi peluh keringat, matanya menatap kearah Ahza yang kini tengah berjalan menghampirinya. Masih teringat olehnya saat Ahza menghantam kuat pipinya, rasanya rasa sakit itu kembali menjalar setiap kali ia melihat sosok Ahza.
"ada apa lo manggil gue?" tanya Alvin pada laki laki yang kini sudah ada dihadapannya. Ahza menghela nnafas dalam, "gue mau minta maaf" ujar Ahza singkat, Alvin menatap Ahza tak percaya dengan satu alisnya terangkat.
"sekarang gue tahu siapa yang udah kaya gitu sama Kara, dan gue mau minta maaf karna kemaren udah ngehajar lo" sambung Ahza yang langsung dibalas anggukan oleh Alvin,
"gue tahu lo ga suka kalo gue sama Kara, " timpal Alvin, Ahza terdiam sambil menatap Alvin tajam.
"jangan bahas itu" sergah Ahza, Alvin tertawa kecil,
"tenang Za,, gue mungkin suka sama Kara.. Tapi gue sadar kalo dia juga lagi jaga hati orang lain" bisik Alvin sebelum akhirnya naik keatas motornya dan mengenakan helm hitam miliknya,
"udah ya gue balik, udah sore" ujar Alvin. Kedua tangan Ahza mengepal kuat, namun tiba tiba sebuah notifikasi pesan berbunyi dari ponselnya.

Aidan:
Mentor bilang, bakal ada anggota baru yang ikut tanding besok. Dan itu bukan dari pemain cadangan.

Usai membaca pesan Aidan, Ahza menatap kearah Alvin sayang nya ia sudah lebih dulu menghidupkan mesin motornya dan beranjak menghilang dari parkiran sekolah. Terdengar helaan nafas dari Ahza, mungkin ada permainan yang ingin Alvin mainkan..

On Your Smile Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang