Menikah?

165 9 0
                                    




"Menikahlah, nak!" kata seorang wanita paruh baya kepada pemuda di hadapannya.

"Tidak sekarang, bu," kata pemuda yang diajak bicara dengan suara pelan.

Jung Hoseok, pemuda yang disuruh menikah oleh ibunya. Mengapa ibunya menyuruh Hoseok menikah? Karena menurut Nyonya Jung, Hoseok sudah berusia cukup matang untuk menikah.

Hoseok sudah berumur lebih dari seperempat abad, menurut ibunya itu adalah usia yang tepat untuk menikah. Semua pemuda seusia Hoseok juga kebanyakan sudah menikah atau bahkan memiliki anak.

Tapi tidak dengan Hoseok. Ia tidak ingin menikah sekarang, tidak dalam waktu dekat ini.

"Kenapa? Apa alasanmu? Kau sudah cukup umur untuk segera menikah. Semua temanmu juga sudah menikah, tinggal kamu sendirian yang belum. Bahkan Namjoon juga sudah menikah, dan Yoongi baru saja menggelar resepsi. Kau mau berapa lama lagi, Seok?" Nyonya Jung membujuk anaknya dengan seluruh rayuan yang ia punya, tapi nampaknya Hoseok tidak terpengaruh.

"Bu-" belum sempat Hoseok membalas ucapan ibunya, Nyonya Jung membuka suara lagi. "Ibu memikirkan masa depanmu, Seok."

"Ibu... Ini adalah hidupku dan pilihanku ingin melakukan apa kedepannya. Aku bukan aset masa depan ibu, aku tidak mau. Bahkan, apa aku meminta ibu membiayai hidupku selama ini? Tidak, bukan? Jadi biarkan aku melakukan apapun yang aku mau, aku tidak merugikan atau membebani ini. Aku mohon jangan memaksaku," nada bicaranya melemah di akhir.

Sebenarnya tidak tega Hoseok berbicara begitu pada ibunya, tapi jika ia tidak melakukannya ibunya mungkin tidak akan faham.

"Tapi ibu ingin yang baik untukmu, agar ada yang menjaga dan menghidupimu dengan baik, nak."

Hoseok memegang kedua tangan ibunya, ekspresinya begitu mengiba. "Aku bisa menghidupi diriku sendiri dengan baik, jika itu yang ibu khawatirkan, jangan pikirkan itu lagi. Aku punya pekerjaan yang bagus setelah bekerja keras selama ini, aku juga masih mampu mengirimi ibu uang setiap bulan."

Hoseok muak, tapi ia harus ingat kalau di hadapannya ini orang yang sudah melahirkan dan merawatnya tanpa ia minta. Bagaimanapun, dunia menuntut pertanggungjawabannya. "Ah, ibu meminta aku menikah cepat lagi karena tidak mau dibicarakan teman-teman ibu, kan? Ibu selalu takut akan hal semacam itu. Memang, aku tidak tahu seperti apa perasaan seorang ibu, tapi bisakah biarkan aku memiliki seutuhnya kehidupanku?"

Nyonya Jung menyentak tangannya yang digenggam Hoseok, berdiri lalu berteriak sambil menangis. "KENAPA KAU SEPERTI INI?! IBU HANYA INGIN YANG TERBAIK UNTUKMU!!"

Hoseok berdiri, "Aku yang lebih tahu apa yang terbaik untukku. Ibu tidak tahu lebih dari yang aku ketahui tentang diriku sendiri. Sebaiknya aku pulang sekarang."

Hoseok hampir menangis dan segera pergi menuju pintu keluar, "Ibu tidak pernah peduli dengan mentalku, ibu tidak pernah tahu apa yang aku sembunyikan dengan mental yang sakit ini. Asal ibu tahu saja, aku sempat mengalami depresi sebelum aku pergi dari rumah ini. Aku bekerja sekaligus memulihkan mentalku jauh dari rumah ini."

"Ini semua karena ayah. Kalian yang membuatku trauma dan takut akan pernikahan. Melihat pernikahan kalian saja aku ketakutan, apalagi aku sendiri yang menikah dan mengalaminya. Aku takut jika aku menikah, aku akan merasakan rumah tangga seperti yang ibu rasakan, aku tidak mau terjebak dalam lubang gelap penuh air. Aku takut menikah dengan orang seperti ayah. Aku takut setelah semua yang aku lihat dari kalian. Aku sungguh takut, bu. Jangan paksa aku untuk menjalani hidup dengan ketakutan tersebut." Hoseok menangis kencang sambil berlalu pergi keluar dari rumah yang katanya adalah tempat pulang paling nyaman tersebut.

Bersyukurlah ia hanya menaikkan nadanya, bukan berteriak.

Hoseok memiliki trauma, meskipun penyebab trauma tersebut sudah tidak ada lagi di rumah yang baru saja ia injak tadi, namun tidak semudah itu mengembalikan semuanya.


Just a MoonTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang