Duk
Braak
"Aaagh! Sssh..." Jungkook terjerembab di tengah pintu dapur. Kakinya menginjak sesuatu yang menyakitkan.
Ia lalu duduk sambil meringis pelan. Duduk bersila agak menyingkir dari pintu dan melihat telapak kakinya.
Ah, dia menginjak serpihan tajam rupanya.
Tapi, apa itu?
Jungkook tidak tau pasti apa dan darimana benda itu berasal. Yang pasti kakinya mengeluarkan darah saat benda itu dicabut.
Jungkook bersandar pada dinding di belakangnya, tangannya sudah sejak tadi mengusap kakinya agar tenang dari rasa sakit. Ekspresinya berubah sendu seketika setelah ia teringat masa lalu.
Dahulu, dulu sekali.
Sebelum ini Jungkook tinggal di rumah kumuh milik keluarganya di desa ia dilahirkan. Sebelum sampai di sini, di titik ini dengan kerja keras tidak terkira.
Saat ia lahir hingga remaja, Jungkook tinggal di rumahnya di desa tersebut. Rumahnya tidak terlalu kecil, tapi cukup kumuh menurut standar kelayakan. Sebagian sudah lapuk dimakan waktu, dan keluarga mereka semakin sekarat dari waktu ke waktu hingga tidak mempu memperbaikinya.
Semakin tua, orangtuanya juga semakin tidak mementingkan banyak hal. Rumah saja bahkan tidak terlalu terurus dengan baik.
Saat itu Jungkook masih SMA, hampir seluruh waktunya terpakai untuk sekolah dan belajar. Ia tidak suka, tapi tuntutan pendidikan memang begitu.
Jujur saja, dulu Jungkook itu nakal. Dia tidaklah bisa disebut anak baik, apalagi terlahir di keluarga yang juga tidak bisa dikatakan sempurna. Satu kata yang menjadi ciri khasnya di masa remajanya tersebut, malas, Jungkook itu dulu pemalas sekali.
Jungkook tidak punya keinginan untuk berubah, begitupun orangtuanya. Tidak juga ada niatan untuk merubah Jungkook menjadi anak yang lebih baik.
Namun seiring berjalannya waktu, perlahan Jungkook berubah. Ia menyadari, untuk bertahan hidup, ia harus mengikuti aturan dunia.
Tapi orang tuanya masih sama. Jika bukan Jungkook, pasti berbulan-bulan sekali rumah itu baru bersih. Ada debu di mana-mana, sarang serangga, dan lebih parahnya lagi, kamar mandi hampir dipenuhi lumut.
Lumut licin di lantai yang membuat beberapa orang terjatuh. Dan, kalian tahu, ibu Jungkook suka membuang tulang ikan di mana saja. Jungkook berkali-kali terinjak dan berakhir sama seperti hari ini, itulah kenapa ia melamun dan menjelajahi waktu kembali.
Jungkook sedang mandi saat ini. Di luar cukup ribut karena sepupu dan kerabatnya ada di rumah. Tiba-tiba suara anak kecil terdengar memanggilnya dari luar pintu kamar mandi.
"Kook aaa... Buka pintunya..." Jungkook menoleh pada pintu tanpa menjawab. Lalu suara yang terdengar lebih jauh menyahut, "Jungkook sedang mandi, sayang," itu suara ibu si anak.
Anak kecil itu hampir menangis. "Mau ikut Kook mandi," matanya mulai berkaca-kaca."Jungkook buka pintunya, ya? Adik mau ikut mandi, hm?" tanpa menjawab, Jungkook sedikit membuka pintu. Ia tidak ingin terlihat orang lain bahkan sepupunya sendiri saat tengah mandi seperti ini.
Huh!
Bocil ini kalau datang selalu saja menempel seperti lem, mau kencing saja susah.
Anak itu masuk begitu saja saat pintu terbuka.
Setelah pintu kamar mandinya dikunci lagi, Jungkook melanjutkan mandinya lalu akan memandikan si bocil perempuan berusia sekita 3 tahunan itu. Ia bilas sabun yang sedari tadi bertengger di tubuhnya lalu setelahnya memakai handuk.
Kemudian Jungkook mulai melepas pakaian Eun Na. Ya, nama anak nuna sepupunya ini adalah Eun Na. Menyebalkan sekali, kalau mereka berkunjung, Eun Na serasa anak Jungkook. Dan mungkin ini terdengar aneh, tapi Jungkook sudah terbiasa pada anak perempuan tersebut, ia sudah sangat sering diminta memandikannya.
Mulai dari makan, mandi bahkan tidur ingin dengan Jungkook. Tapi Jungkook sudah terbiasa dan di beberapa waktu, Eun Na sangat imut baginya. Tapi sekarang kecintaan Jungkook pada Eun Na sudah berkurang. Sejak ia bisa berlari dengan bebas, ia jadi sangat nakal dan aktif. Jungkook sebagai babunya kan pasti lelah dan kesal.
Kembali, Jungkook melepaskan Eun Na untuk menaruh pakaiannya. Saat Jungkook masih sibuk, Terdengar suara Eun Na terjatuh lalu menangis.
"AMMAAA!!! AAA... huks... huks..." Jungkook menoleh ke belakang dan menemukan Eun Na terbaring telentang di lantai. Sial, Jungkook tidak akan selamat dari kemarahan.
Terdengar teriakan dari jauh lalu suara berlari, itu pasti ibu Eun Na. Jungkook segera mengangkat gadis kecil itu, ia gendong dan ia elus kepalanya.
"Jungkook?" Jungkook berjalan membuka pintu saat suara nunanya terdengar di balik pintu. Saat pintu terbuka, Wanita itu langsung mengambil anaknya dari gendongan Jungkook, tidak peduli pakaiannya akan basah karena tubuh basan Eun Na sebab bermain air sebelumnya.
Eun Na sudah tidak menangis lagi sampai ibunya memandikan Eun Na, "Amma, Eun Na jatuh saat bermain air."
"Humm... Tidak mengapa, kan?" gadis kecil itu hanya mengangguk dengan mata merahnya sehabis menangis. Jungkook di belakang mereka hanya diam, ia takut akan dimarahi.
'Dasar lantai sialan. Lihat saja nanti, bakal aku sikat sampai glowing,' batin Jungkook. Ia menatap nunanya lagi, takut akan dimarahi. Tapi sejauh ini tidak, sebaiknya Jungkook segera kabur saja.
Jungkook tersenyum sendu mengingat masa lalunya tersebut. Ada beberapa titik yang membuatnya tersenyum namun sisanya adalah kenangan yang membuat emosional dirinya.
Jungkook bangun dan berjalan menuju lemari dapur, dimana tempat kotak P3K ditaruh. Dia akan mengobati kakinya dulu agar bisa cepat berjalan dengan normal lalu menyelesaikan niat awalnya tadi, makan.
KAMU SEDANG MEMBACA
Just a Moon
FanfictionOnescene! Neverending! Boyslove! Hanya mengabadikan ide random dalam bentuk tulisan pendek yang kelewat jelek.