Dosen dan Asdos

94 4 0
                                    




"Siapa ya kira-kira ayah dari anak dalam kandungan Seokjin? Katanya Seokjin sudah dinikahi dan hebatnya suaminya itu satu lingkungan dengan kita."

"Maksudnya mahasiswa di sini?"

"Bisa juga. Atau bahakan dosen?"

"Wah daebakk! Eh tapi aku merasa dia seperti hamil karena 'kecelakaan', ya?"

"Kamu gak sendiri, aku juga merasa begitu. Apalagi dia pendiam sekali kaya orang trauma, iya gak sih?"

"Iya iya."

Samar-samar percakapan mahasiswa-mahasiswa itu terdengar oleh telinga Seokjin, begitupun Hoseok yang ada di belakang tubuhnya. Namun segera ketika Hoseok merasa pembicaraan itu akan menyakiti hati Seokjin, ia bergegas menarik teman yang baru ia kenal sekitar 8 bulan pada acara maba dulu untuk menjauh.

Hoseok menariknya untuk duduk di sebuah tempat duduk dari semen di bawah pohon akasia. Temannya ini selalu terlihat seperti raga tanpa nyawa sejak pertama kali mereka bertemu.

"Apa baby aktif hari ini?" tanya Hoseok berusaha merubah mood Seokjin. Meskipun berat, tapi Seokjin seneng bisa mengandung bayinya sekarang.

Seokjin mengusap perutnya yang mulai menonjol tersebut. "Baby menendang 3 kali hari ini sampai perutku terasa kram. Dia sudah semakin aktif sejak 2 minggu lalu."

"Tidak terasa dia sudah berusia 13 minggu. Itu artinya sudah 3 bulan bayi kembarmu hidup dengan kekuatanmu sendiri."

"Tidak perlu merasa iba padaku, aku sudah kebal. Mukaku saja yang memang begini sejak lahir seperti tidak berkehidupan. Apa aku terlihat peduli?" Seokjin memutar matanya malas menanggapi semangat dari Hoseok. Tadi ia sedang memikirkan cara meminta uang pada suaminya untuk membeli makanan yang bayinya ini inginkan nanti siang.

"Kupikir kau galau, ternyata aku salah kasihan pada orang tidak punya hati sepertimu!" Hoseok meninggalkan Seokjin begitu saja ketika melihat pak dosen psikologi yang mempekerjakan orang hamil itu sepertinya akan memberikan pekerjaan pada Seokjin.

Pasti mau bermesraan alih-alih mempekerjakan asistennya itu. Dosen dan asisten bermesraan?

Di dalam mobil kini, Namjoon, suami Seokjin, menceritakan kalau dia mau mengajak Seokjin jalan-jalan atau makan siang. Seokjin hanya punya mata kuliah pagi pada hari ini jadi dia pulang cepat.

"Mau melihat babi, boleh?"

Namjoon melotot, "Hah?" maksudnya babi? Babi yang itu? Tumben juga istri super submisifnya ini meminta sesuatu, seringnya juga bicara saja irit.

"Mau melihat pantat babi, tapi babinya yang warna pink."

Namjoon terkekeh singkat, "Boleh dong. Pasti si kembar yang mau, kan? Dasar anak nakal, ya, kalian," sambil meraba perut Seokjin pelan.

"Ini pertama kalinya kamu meminta sesuatu. Kalau mau minta apa saja jangan malu untuk bilang, ya, Seokjinku!"

Kemudian dalam perjalanan menuju peternakan di pinggir kota, Namjoon menceritakan bagaimana istrinya yang mengandung dulu sangat cerewet. Sangat berbeda jauh dari Seokjin.

Namun cerita itu diakhiri dengan aura emosional dari Namjoon yang merasa sedih karena bayi dalam perut istrinya dulu meninggal saat sudah berusia 8 bulan, 4 tahun lalu. Istrinya dulu tidak sengaja membuat anak mereka meninggal karena kecerobohannya sendiri sampai Namjoon menceraikannya.

"Besok jagan berangkat dengan Hoseok, kamu ikut saya saja. Saya mau mengumumkan untuk memberhentikan kamu jadi asistem saya di depan kelas nanti. Serta mancari penggantinya dengan berat hati." kata suami sekaligus dosennya yang mengajar di bidang psikologi tersebut, Kim Namjoon.

"Tapi pak-"

"Kamu tidak diizinkan membawa yang berat-berat lagi mulai sekarang. Kalau soal sampingan, nanti peluk saya saat tidur juga bakal saya kasih gaji."

"Adakah di sini yang mau menggantikan Seokjin sebagi asisten saya? Karena kalian tahu Seokjin tengah mengandung saat ini. Ada?"

Semuanya diam, tidak ada yang mau mengajukan diri menjadi babu dosen tua nan jutek di depan sana.

Maaf, tidak tua ya pak Namjoon, hanya baru berkepala 3 saja.

"Kenapa semuanya diam? Mau saya buat lebih terdiam lagi?" Namjoon mulai menggenggam tangan Seokjin setelah memindahkan buku yang Seokjin pegang ke atas meja. Dihiasi wajah tegang istri sekaligus asisten dirinya di kampus ini.

"Mulai sekarang jangan membicarakan Seokjin di belakang lagi. Karena saya tidak suka istri saya yang sedang hamil ini tertekan," semua orang mulai melotot tak percaya.

"Saya selalu mendengar kalau Seokjin hamil karena sebuah kecelakan menjadi trending topic di fakultas ini. Siapa suaminya? Ya, itu saya. Saya yang menghamili istri saya karena saya sangat mencintainya. Saya tidak akan membiarkan dia pergi dengan membuat bayi saya ada dalam tubuhnya."

Wuuuuuuhh...

"Selamat pak Namjoon!" tidak sedikit dari mahasiswanya itu yang bahagia atas kabar yang ia berikan barusan. Bahkan Seokjin pun tersenyum dengan sangat manis di sampingnya.

Kini Seokjin resmi melepas statusnya sebagai asisten Namjoon, berubah menjadi istri Namjoon secara resmi.

Mutlak.


Just a MoonTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang