Terbiasa

52 9 0
                                    



Jimin berjalan menuju ruang tamu dengan membawa nampan berisi 5 gelas untuk tamu Yoongi. Sebenarnya mereka adalah teman Yoongi, tapi sejak Jimin dan Yoongi menikah, Jimin juga sedikit mengenal mereka.

Jimin letakkan nampan yang ia bawa lalu menyiapkannya dan meminta ketiganya minum dan makan kue kering yang sudah lebih dulu Yoongi siapkan. Ketiganya adalah teman sejak Yoongi kuliah. Jimin baru kenal saat ia menikah jadi ia hanya bicara seadanya.

Jimin duduk di samping Yoongi yang berhadapan dengan ketiganya. Saling menyapa saat Jimin sudah duduk manis di sana. Ketiganya yang diketahui bernama Seokjin, Namjoon dan Hoseok ini hanya bertamu mumpung ada kesempatan di akhir pekan ketika libur bekerja.

"Bagaimana kabarmu, Jiminie?"

"Jimin baik, hyungdeul." Jimin tersenyum malu-malu memainkan tangannya di atas paha. Yoongi menggenggam tangan Jimin, jujur ia merasa gelisah.

Yoongi merasa tidak nyaman ketika ia menyadari Jimin hanya menggunakan kaos oversize dengan hotpants ketat melekat pada paha putihnya. Bagaimana pahanya bisa dilihat oleh ketiga orang tamu di depannya ini.

Ini memang kebiasaan Jimin baru-baru ini, tapi tetap saja bagaimana mungkin ia tidak malu dilihat orang lain. Yoongi cemburu masalahnya. Ya memang awalnya Yoongi yang minta Jimin berpakaian begitu, Yoongi suka melihatnya, tapi ya jangan di hadapan orang selain dirinya.

Padahal dulu pas awal menikah, Jimin amat pemalu. Rapi dalam berpakain. Dan sekarang, apa karena terbiasa tampil begitu di hadapan Yoongi ia jadi merasa itu hanyalah hal biasa.

Sekarang pun ia tidak bisa meminta Jimin pergi dari sana, atau teman-temannya akan merasa tersinggung. Yang bisa Yoongi lakukan hanyalah memberikan Jimin bantal sofa di atas pahanya.

+++

"Jimin, nanti sore rekan kerja hyung akan kemari, kau jangan keluar jika tidak memperbaiki pakaianmu." Yoongi nampak bergegas, sepertinya ada hal mendesak dan Yoongi mau pergi.

"Memangnya pakaianku kenapa, hyung? Aku berpakain seperti biasa," sahut Jimin, Yoongi sudah mulai menjauh dan berpamitan padanya tanpa membalas.

Setelah makan siang, Jimin hanya menghabiskan waktunya di kamar karena Yoongi belum pulang. Hingga akhirnya ia tertidur kebosanan.

Hampir jam setengah 4 sore, Yoongi pulang dengan sedikit kelelahan. Ia masuk ke kamar satu-satunya di apartment mereka yang hanya berukuran sedang untuk ditinggali 2 orang.

Saat masuk, pemandangan Jimin yang sedang tidur pulas ia temukan di atas kasur mereka. Yoongi berjalan mendekat kemudian duduk untuk sekedar mengelus surai kesayangannya itu. Jimin menggeliat pelan menggaruk perutnya hingga kaosnya tersingkap sebatas perut.

"Hyung pulang?" tanya Jimin. Ia tidak bangun, hanya membuka mata sekilas.

"Hm, hyung baru pulang, tidurlah lagi," kata Yoongi melihat Jimin tidak berniat membuka matanya lebih lama. Padahal tadinya ia mau menyuarakan kecemburuannya tentang pakaian Jimin, tapi tidak mengapa. Yoongi bisa memberitahu Jimin nanti malam kalau Jimin tidak seharusnya muncul di depan orang lain dengan paha menggoda tersebut.

Tidak lama setelah Yoongi selesai membersihkan diri, ia kedatangan tamu yang ditunggunya. Hingga hampir memakan waktu satu jam mereka berbicara tentang pekerjaan, bel apartment mereka berbunyi.

Awalnya Yoongi akan membuka pintu, tapi itu sebelum Jimin melengos berlari lebih dulu membuka pintu dan mendapati kurir pesan antar makanan. Jimin kelaparan setelah bangun tidur dan beberapa puluh menit lalu memesan ayam.

Jimin berniat mengambil minum dari kulkas dengan berjalan pelan melewati ruang tamu lagi. Yoongi yang geram pun membentak Jimin untuk segera masuk.

"Jimin, masuk kamar!" perintahnya dingin. Jimin merasakan kemarahan dari nada bicaranya sehingga ia bergegas masuk setelah menyempatkam diri mengambil minum. Jimin berlalri kecil sambil memeluk botol airnya.

Jimin merasa ia melakukan kesalahan, ia memikirkan apa yang salah darinya. Tapi sebaiknya Jimin makan hingga Yoongi menjelaskan sendiri nantinya.

Yoongi masuk saat Jimin sudah selesai dengan ayamnya. Jimin juga sudah mandi dan sekarang hanya duduk bersila di kasur mereka sambil bermain ponsel.

Yoongi duduk menyamping di pinggir kasur dekat Jimin. Mengelus rambutnya yang setengah basah karena tidak dikeringkan. Lihat, kaos oversize dengan hotpants berwarna abunya terlihat mata Yoongi.

"Hyung, Jimin salah, ya? Apa Jimin membuat kesalahan?" tanyanya setelah melepaskan ponsel yang ia mainkan tadi.

"Jimin tidak salah, sayang. Jimin hanya membuat hyung cemburu karena berpakaian minim begini. Hari ini sudah banyak pria yang melihat paha indah milik hyung ini," ujar Yoongi membawa tangannya mengelus paha Jimin.

"Tapi kan Jimin memang biasa begini, hyung."

"Iya, hyung juga yang awalnya menyuruh Jimin begini, jujur hyung suka. Tapi Jimin, hyung tidak suka Jimin juga begitu di depan orang lain, apalagi pria. Teman-teman hyung tadi masih mending, tapi rekan kerja hyung dan kurir makanan tadi. Tidak, hyung tidak bisa, Jimin."

"Maaf, hyung. Jimin sudah terbiasa. Jimin terbiasa dilihat hyung begitu jadi Jimin kira tidak mengapa kalau orang lain juga melihat." Jimin mendekat memeluk Yoongi setelh ia duduk di pangkuan suaminya itu.

"Hm," dehem Yoongi. Ia amat sayang dengan Jimin, ia tidak mau berbagi keindahan Jimin dengan siapapun.

"Jimin tidak akan mengulanginya lagi. Jimin hanya akan tidak malu bertelanjang di depan hyung." Yoongi menegang.

Just a MoonTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang