Jin bekerja bersama 2 orang lainnya dalam satu divisi. Seorang yang lebih tua dan seorang lagi sebaya dengannya, bahkan ia sendiri yang merekomendasikan orang yang ia kenal itu. Tapi, baik atasan ataupun seniornya itu tidak pernah memandangnya ada sejak kehadiran orang tersebut, Jungkook namanya. Meski Jin lebih pintar dari Jungkook, tapi Jungkook lebih pintar mencari muka sehingga segalanya lebih mudah baginya.
Setiap pekerjaan sulit selalu dialihkan pada Jin. Setiap hal yang memerlukan pendapat, suara Jin tidak pernah didengar. Ia tidak pernah dinggap ada. Bukankan dunia kerja memang selalu se-menyesakkan itu? Dalam dunia kerja, seringkali ada yang namanya perbandingan, pilih kasih. Begitulah dunia ini bekerja setiap harinya.
"Kenapa mendadak resign?" tanya Jungkook. Ia menghampiri Jin yang tengah beberes.
"Aku sudah menemukan jodohku," kata Jin singkat sambil terus bergerak memasukkan barangnya ke dalam sebuah dus. Jin tersenyum sendu menata wajah Jungkook yang terlihat penasaran.
"Apa kami akan diundang?"
"Tentu saja. Datanglah nanti. Ah, aku sudah selesai, aku pergi dulu." Jin berjalan diikuti oleh Jungkook. Mengantarkannya keluar gedung kantor.
"Padahal kami tidak mengharapkan kau berhenti, sayang sekali," ujar Jungkook, terdengar omong kosong belaka di telinga Jin. Tahu betul ia kalau orang di depannya ini paling ingin menang sendiri. Egois.
"Hyung sudah tau? Jin meninggal pagi tadi."
"Kenapa bisa? Secepat itu? Ah maksudku, ia bahkan baru sebulan berhenti."
"Teman-teman bilang ia sakit keras." Wajah Jungkook memucat. Ada perasaan bersalah yang sulit dipahami. Seakan ia telah menumpuk begitu banyak salah pada orang yang baru meninggal itu.
"Ternyata jodoh yang ia maksud adalah kematian."
Vote saja!⭐
KAMU SEDANG MEMBACA
Just a Moon
FanfictionOnescene! Neverending! Boyslove! Hanya mengabadikan ide random dalam bentuk tulisan pendek yang kelewat jelek.