Ini sudah hampir satu tahun sejak kejadian yang membawa nyawa Jimin pergi. Walaupun Yoongi tidak pernah melihat jasad Jimin, namun bisa dipastikan Jimin telah mati. Manusia mana yang dapat hidup setelah jatuh ke danau yang kedalamannya tidak manusiawi itu.
Hanya ada kemungkinan kurang dari satu persen selamat, itupun jika ada orang yang membawa peralatan penyelamatan sedang duduk santai di tebing yang lebih rendah di pinggiran danau yang hampir tidak pernah terjamah manusia tersebut. Atau jika kamu diselamatkan ikan, ikan duyung misalnya.
Tidak ada jalan untuk sekedar ingin berenang manja di danau itu kecuali terjun bebas. Tidak ada, bahkan warga desa sekalipun tidak ada yang tau. Selain itu, konon katanya ada monster di dalam danau tersebut. Menurut cerita rakyat jaman dulu.
Yoongi memang menyesal atas kematian Jimin. Menyesal karena anaknya ikut terbunuh bersama Jimin. Namun untuk masalah cinta, tentu saja Yoongi lebih mencintai Hoseok, jika tidak tentunya ia tidak akan berselingkuh.
Yoongi memang menangis saat itu, saat setelah ia menyadari Jimin telah menerjunkan dirinya dengan meninggalkan handphonenya yang berdering ketika ia telepon. Berlari menuju suara dering yang terdengar di sekitarnya. Entah benar suara dering handphone itu milik Jimin atau tidak. Meninggalkan Hoseok yang tidak tau apa yang terjadi saat mereka tengah berjalan-jalan.
Yoongi melihat danau di bawah sana setelah memungut handphone Jimin yang tergeletak di sana.
Setelah hampir setahun, ini adalah pertama kalinya Yoongi kembali dengan Hoseok yang tegah hamil besar ke kampung halamannya.
Hoseok hanya ingin sekali saja dalam masa kehamilannya ini merasakan damainya kampung halamannya dulu. Tempat dimana ia besar sebelum Yoongi membawanya ke kota setahun lalu. Tempat dimana orang tuanya menghembuskan nafas terakhir mereka beberapa tahun silam.
Tempat dimana sahabat kecilnya juga pergi untuk selamanya. Hoseok tau kalau ia telah jahat merebut kekasih sahabatnya sendiri. Tapi bukan kesalahannya sepenuhnya, karena Yoongi sendiri yang lebih dulu mengejarnya.
Yoongi yang jatuh hati sejak pertama kali melihat pemuda itu sedang melakukan sesuatu di kota.
Hoseok memang merasa bersalah juga, tapi tidak bisa dipungkiri ia pun telah jatuh cinta pada pemuda yang tidak sedikitpun mengurangi perasaan cintanya meski setelah kematian Jimin. Namun Yoongi tidak membiarkan Hoseok mengetahui kehamilan Jimin saat itu.
"Kita benar-benar akan ke tempat itu lagi?" Yoongi tidak yakin dengan keputusan Hoseok untuk kembali ke tempat dimana jasad Jimin tidak pernah ditemukan.
Bagaimana pemuda itu bersikeras ingin mengenang masa kecilnya bersama Jimin di sana. Ia juga berniat datang untuk mendoakan Jimin.
Yoongi memegang tangan Hoseok yang berjalan seperti pinguin karena perut besarnya. Sebentar lagi anaknya akan lahir. Anak kembar laki-laki yang amat dinantikan Yoongi, begitu pula dengan Hoseok.
"Langitnya indah, ya?"
"Indah sepertimu, Seok," tangan Yoongi mengelus bahu Hoseok. Ia juga berdoa dalam hati untuk ketenangan jiwa Jimin di alam sana.
"Semoga kau lebih bahagia di alam sana, Jimin," bisikan itu masih dapat didengar oleh Yoongi.
Mereka berdua lantas berbalik saat mendengar suara orang lain di belakang sana, melupakan sejenak bagaimana indahnya langit senja.
Mata keduanya membola, tidak berbeda dengan dua orang di depan mereka. Di sana ada sepasang manusia yang tidak pernah dibayangkan oleh mereka berdua hadir.
Bagaimana entitas Jimin yang memegang tangan seorang pria sederhana dengan rambut gondrong membeku setelah bertemu tatap. Tidak ada yang berbicara ataupun bergerak selama beberapa saat hingga tepat saat bulatan matahari tenggelam, Jimin berjalan ke sisi mereka tanpa melepaskan tangan pemuda di sampingnya.
Jimin terpejam sejenak, kemudian melemparkan bunga yang ia bawa ke bawah sana. Memberikan doa untuk anaknya yang telah mati saat ia mengalami hempasan keras waktu itu.
Yoongi dan Hoseok masih membawa tatapan mereka pada entitas Jimin. Hoseok yang paling terkejut, apalagi ia kenal betul pemuda di samping Jimin. Ia adalah pemuda aneh di desa ini. Semua orang menganggapnya gila.
"Bagaimana bisa?"
"Hi," senyuman Jimin yang manis seakan kejadian lalu tidak pernah terjadi.
"Kau masih hidup?"
"Syukurlah karena suamiku ini aku masih hidup. Meskipun baru beberapa bulan lalu sadar dari koma. Dan ini pertama kalinya aku datang untuk mendokan anakku setelah mampu berjalan normal."
Tidak ada kata yang mampu keluar dari mulut Yoongi maupun Hoseok, kecuali pertanyaan yang muncul di kepala pria hamil itu tentang anak Jimin. Anak katanya.
"Bagaimana kabar kalian? Ah, Hoseok sudah hamil berapa bulan? Lama tidak berjumpa, ya," hanya Jimin yang kembali berbicara.
"Jika kalian takut aku akan merusak hubungan kalian, itu salah. Kini aku sudah memiliki suami. Dia Taehyung, kau pasti tau, kan, Hoseok? Dia adalah pemuda dari desa ini, yang telah menyelamatkanku. Dia yang saat itu tengah memancing di bawah tebing. Nyatanya orang yang kalian anggap gila itu mampu membawa kembali hidupku. Ah, maaf jadi bercerita panjang," Jimin menampilkan senyumnya lagi.
"Hari sudah gelap, sebaiknya kita pulang," Taehyung menarik tangan Jimin sambil membungkuk singkat pada dua pemuda di depannya yang masih tercengang.
Setelah kepergian Jimin dan Tehyung, mereka berdua masih terdiam di tempat. Hoseok yang ada di belakang tubuh Yoongi merasakan perutnya terasa sangat menyakitkan. Kegelapan malam membut air matanya tidak terlihat. Tubuhnya gemetar hebat menahan sakit.
Hingga saat kakinya mati rasa, tubuhnya limbung dan jatuh pada air gelap di bawah sana. Secepat kilat suara tubuhnya yang terhempas ke air membuat Yoongi berbalik, "Andwae!!!"
Yoongi menangis, berlutut menatap kegelapan di bawah sana. Memanggil-manggil nama Hoseok hingga ia sendiri menjatuhkan dirinya.
Menangis.
Tubuhnya terhempas.
"Jinhwa-ya, Minhwa-ya. Appa datang."
KAMU SEDANG MEMBACA
Just a Moon
FanfictionOnescene! Neverending! Boyslove! Hanya mengabadikan ide random dalam bentuk tulisan pendek yang kelewat jelek.