Halooo. ^^
Ketemu lagi di ceritanya Alina dan Cakra.
Semoga sukaaa...
Kalau ada kritik dan saran, sampaikan aja yaa. 🤗
Selamat membaca!!!
***
"Niko!"
Dari lorong kelas sampai disini, gerbang sekolah, Alina terus mengejar sambil memanggil-manggil Niko. Namun, tak satupun sahutannya digubris.
Mereka sama-sama bersemangat saat ini. Alina semangat mengejar, sedangkan cowok itu semangat menjauh.
"Niko!"
Lagi, dan lagi. Tak ada kata menyerah dalam kamus Alina dalam hal mencintai Niko.
Melihat cowok yang ia kejar berjalan ke seberang sana, ia pun mengikutinya. Sebenarnya, ia takut menyeberang sendirian. Tapi untuk Niko, apa sih yang bisa menghalanginya?
DUGGG.
Gadis itu terjatuh. Tepat di tengah jalan besar depan sekolah.
"Aww." Alina meringis kesakitan. Namun hanya beberapa detik, lalu kembali berdiri sembari menepuk-nepuk roknya yang agak kotor karena terjatuh tadi.
"Niko!" Memanggil lagi, dan tak didengar lagi.
"Alina!" Suara cowok dari seberang sana.
"Niko!" Memanggil lagi, tak bosan-bosan.
"Alina! Awas ada mobil!" Lagi, suara cowok dari seberang sana.
Bukan, bukan Niko. Bukan cowok yang sedari tadi menjadi garis finish dari maratonnya Alina. Namun, seseorang lain yang menatap ke arah gadis itu dengan penuh khawatir. Cakra.
TIINNN
"Alina!"
TIINNN
"Alina, awas!"
BRUKKK
Mereka berdua jatuh terduduk di trotoar. Kalau saja cowok itu tidak cepat menariknya ke pinggir, entah bagaimana nasib gadis itu sekarang.
"Cakra?"
"Cakra apa-apaan sih?! Main tarik-tarik aja sampe Alina jatuh. Barusan banget loh jatoh, udah jatoh lagi," dumel Alina.
Cowok yang dipanggil Cakra itu pun hanya bisa menghela napas. Mereka berdua kembali berdiri. Cakra memegang kedua bahu Alina dan kini posisi mereka berhadapan.
"Lin. Lo yang kenapa. Ngapain coba Lo ada di tengah jalan segala. Gue kan udah bilang ke Lo buat nunggu di parkiran. Gue takut banget, Lin. Lo hampir ketabrak tadi.
Lo masih inget kan, kita pernah ada di posisi ini? Gue gak mau kejadian itu terulang lagi. Gue sayang sama Lo, Lin," ucap Cakra khawatir."Cakra kalau ngomong jangan bisik-bisik dong." Ucapan Alina membuat dunia Cakra seakan mengambil jeda. Benar-benar dejavu.
Cakra menggelengkan kepalanya dan segera sadar. Ia pun membuka tasnya dan mengambil sesuatu dari dalam sana.
"Cak-" Gadis itu tersentak saat Cakra menyelipkan rambut panjangnya ke belakang telinga. Dengan hati-hati, telinga kanan Alina dipasangi sebuah alat kecil yang sejak kecil membantunya mendengar tawa bahagia dan keluh kesah dunia.
"Alina, sekarang Lo udah bisa denger suara gue?" tanya Cakra.
Alina masih terdiam. Tidak menjawab pertanyaan yang dilontarkannya. Hati Cakra berdegup kencang. Bukan karena jatuh cinta, tapi soal luka lama.
"Udah, Cakra." Jawaban Alina cukup melegakan hati Cakra. Cowok itu tersenyum tipis.
"Cakra? Cakra tadi ngomong apa ya?" tanya Alina.
"Emm. Itu. Nggak kok. Bukan apa-apa. Gue cuma omelin Lo. Lain kali, hati-hati kalau jalan. Itu juga, kok bisa alat bantu denger Lo lepas, sih?" tanya Cakra balik.
"Eh itu. Hehe. Alina juga gak tau. Alina gak sadar kalau alatnya lepas."
"Emangnya Lo sebenernya lagi lagi ngapain sih? Kok bisa sampe ke tengah jalan."
"Tad-"
"Ngejar si Niko lagi?" Cakra seperti sudah bisa menebak isi kepala sahabatnya itu.
"Seratus buat Cakra!" Respon Alina yang seakan tidak pernah lelah mengejar seorang Niko, hanya bisa menggelengkan kepala.
Cakra mendengus pelan, sudah cukup lelah dengan kelakuan Alina.
"Lo kenapa sih, ngejar Niko mulu? Gak ada cowok lain yang bisa Lo sukai?" tanya Cakra kesal.
"Cowok banyak, Cak. Tapi, emangnya ada yang se-perfect Niko?"
"Yaudah, Cak. Sebelumnya thank you, ya. Lo narik gue ke seberang, jadi gue gak usah susah-susah nyeberang lagi. Daah!" Gadis itu meninggalkan Cakra di tempat dan sepertinya kembali pada agenda kejar-kejarannya.
"Lo mau kemana, Lin?!" teriak Cakra.
"Mau ngejar Niko lagi!"
Cakra hanya mampu berdiam di tempatnya berdiri saat ini. Menatap punggung Alina yang semakin menjauh masuk ke arah taman.
"Bukan tentang siapa yang lebih dulu hadir ya, Lin? Gue kalah sama orang baru," batin Cakra.
***
Terimakasih bagi yang sudah membaca.
Sampai ketemu di part selanjutnya :)
KAMU SEDANG MEMBACA
(Bukan) Dari Cakra
Teen Fiction"Silakan kalau mau jatuh cinta." Alina adalah segalanya bagi Cakra. Cakra adalah segalanya bagi Alina. Namun, semua berubah ketika Alina jatuh cinta. Bukan, bukan kepada Cakra. Sumber cover: pinterest.