Khusus hari ini, Niko cosplay jadi anak rajin dan ambis yang kerjaannya dari pagi sampai pulang sekolah hanya di kelas. Memang gatal sih tidak keluar dan bermain basket sehari saja di lapangan. Namun, cowok itu berusaha untuk menghindari Alina. Hari ini, misinya berhasil karena ful tidak berteu dnegan gadis itu. Sebenarnya, dia juga curiga sih, kenapa Alina tidak sampai mencarinya ke kelas. Tidak seperti baisanya? Tapi, apa peduli Niko? Bukannya bagus? Yang penting baginya adalah gadis itu tidak muncul tiba-tiba seperti dedemit di hadapannya.
Selama di kelas, Cakra sudah ancang-ancang ingin memarahinya karena tdak gentle menjalani konsekuensi kemarin. Tapi, Niko selalu berusaha untuk menjebak Cakra dengan membuatnya diam saat ada atau tidak ada guru di kelas.
Sama seperti pagi tadi, Niko menyuruh temannya untuk memastikan Alina tidak ada di parkiran, entah itu sudah pulang atau masih terjebak di area sekolah.
Tak mau membuang waktu lama, setelah memastikan kalau Alina benar-benar tidak ada disana, Niko segera menuju parkiran dan memasuki moilnya. Ia pun langsung melajukan mobilnya.
TIINN TIINN
“SIAL! SIAPA SIH?!” Niko kaget begitu seseorang dengan motornya tba-tiba menghalangi jalannya.
Niko membuka kaca mobilnya. “WOY! LO BISA LIAT GAK SIH?! MAU GUE TABRAK LO?! NTAR DI LUAR DI SEKOLAH!”
Setelah melihat siapa yang ia teriyaki, Niko langsung memelotot dan kembali memasukkan kepalanya ke mobil dan hendak menutup kaca mobilnya. Ya, Cakra.
“Jangan kabur, lo!” ujar Cakra sambil mengetuk-ngetuk kaca mobil Niko.
“Keluar lo!”
Niko pun keluar dari mobilnya dan menghadap Cakra.
“Ternyata, fisik aja lo keliatan keren di mata ewek-cewek. Tapi mentalnya tempe. Kagak ada gentle-gentlenya.”
Niko tersenyum miring. “Konsekuensinya kan berlaku kalau tuh cewek nyamperin gue. Dari tadi, gue gak ada tuh ketemu ccewek rese itu.”
“Itu kan karna lo dari tadi berusaha buat ngehindar!”
“a itu terserah gue dong. Yang penting—”
“Gak ada yang penting yang penting!”
Melihat orang-orang sekitar mulai terfokus dengan meeka berdua, Cakra berpikir untuk menurunkan suaranya.
Entah satu kebetulan atau memang keberuntugan untuknya, tiba-tiba Cakra mendapatkan sebuah ide begitu melihat guru olahraga yang merupakan pelatih tim basket sekolah juga sedang berjalan ke arah gerbang sini.
“Niko. Gue kasih lo kesempatan buat mikir,” ujar Cakra lalu memberi kode kepada Niko untuk melirik ke arah padangan Cakra tertuju. Niko melotot. Dia tahu apa maksud Cakra. Ini tidak boleh terjadi.
“Lo pasti ngerti apa maksud gue. Fyi, Alina lagi ada di ruang guru. Kalau lo gak mau jalanin konsekuensinya, lo pasti tau apa yang bakalan gue rebut dari lo.”
Niko dibuat geram dengan perkataan Cakra barusan. Cowok itu mnegepalkan tangannya kesal.
“Pak! Pak!” panggil Cakra kepada Pak Guru itu sambil mendekatinya.
“Eh Cakra! Belum pulang?”
“Iya belum pak. Kan saya juga masih ada di sini. Bapak mau pulang?”
“Iya. Ini saya mau ke depan.”
“Sebelum aapak pulang, saya mau sampaikan sesuatu dulu pak.”
“Ap aitu Cakra? Apa tentang tawaran masuk tim basket sekolah? Kamu sudah punya keputusan soal ini? Kamu mau bergabung?”
Cakra tidak langsung menajwab. Ia mau meihat dulu bagaimana respon Niko. Cowok itu masih d tempatnya, tapi sepertinya sudah ancag-ancang mau kesini.
“Saya udah ada keputusan pak. Saya mau—”
DRRT DRRTT
Cakra melihat nomor yang tak dikenal menelepon ke ponselnya. Ia langsug mematikan, namun nomor itu mengirimkan pesan.
Gue bakal samperin cewek bernama Alina itu,
Asalkan lo jangan sampe terima tawaran join tim.
Cakra hanya tersenym miring melihat pesan itu.“Jadi, gimana Cakra? Tadi, kamu bilang mau?”
“Ah iya maaf pak. Maksudnya, saya mau fokus belajar pak sebnetar lagi ujian. Kebetulan, nilai akademik saya masih di bawah arata-rata. Saya harus tetap memprioritaskan sekolah. Aaf ya pak. Saya belm bisa bergabung. “
“Sayang sekali ya, padahal Bapak lihat kamu punya potensi lho. ya sudah, akademik juga tidak kalah penting. Semoga ini keputusan yang terbaik. Bapak duluan ya.”
“Iya, Pak.”
TUK
“Aduh!” Cakra memegang kepalanya yang baru saja diketuk oleh Niko. Cowok itu snetah sejak kapan sudah ada disini.
“Berani ya lo ngancem-ngancem kayak tadi ke gue? Lo gak tau siapa gue?”
“Ngapain juga gak berani. Perjanjiannya kan kalau lo gak ngelakuin apa yang gue minta, gue bakal join tim lo.”
“Gak usah kepedean lo bisa join tim gue.”
“Jadi gimana? Alina kayaknya masih disana atau mungkin lagi menuju kesini. Kok lo masih diem? Ohiya, Pak Guru kayaknya belum jau—”
“Iya iya gue bakal turutin mau lo! Puas lo!”
Cakra tertawa kecil melihat seorang Niko bisa dikendalikan.
***
KAMU SEDANG MEMBACA
(Bukan) Dari Cakra
Teen Fiction"Silakan kalau mau jatuh cinta." Alina adalah segalanya bagi Cakra. Cakra adalah segalanya bagi Alina. Namun, semua berubah ketika Alina jatuh cinta. Bukan, bukan kepada Cakra. Sumber cover: pinterest.