29. Kamu yang Berubah

18 7 0
                                    

“Alina, kemarin lo ngomong apa ke bokap sama nyokap gue?” tanya Niko begitu akhirnya bisa ketemu juga dengan gadiis yang dicari.

“Alina Cuma bilang, Niko punya mimpi. Dan Alina saksinya, kalau Niko bekerja keras buat mimpi Niko jadi atlit basket professional.”

“Yakin itu doang?”

“Iiya itu aja,” jawab Alina sedikit ragu.

Niko tahu Alina menyembunyikan sesuatu. Tapi, ia tak peduli itu. Yang penting, saat ini ia dikasih kesempatan untuk tetap bersama basketnya.

Bukan jasa yang besar, tapi sejak saat itu, Alina dibigungkan oleh Niko yang tiba-tiba perhatian dengan dirinya. 

“Enak ya lo sekarang! Jadi deket sama Niko! Lo pake pellet apa, hah?!” bentak Irene.

“Alina gak—”

“Masih mau ngelak lo?! Dasar cewek caper!” sentak Irene lagi sembari melaangkan tangan kanannya untuk menampar Alina, nmaun …

“Lo pikir lo keren kayak gitu?!” satu kalimat yang cukup menghentikan langkah konyol Irene.

Alinamearsa sedikit lega. Malaikat pelindungnya sudah datang.

“Niko?” Irene kini kikuk.

“Lo bisa pergi sebelum gue ngamuk.”

“Niko. Gue mau tahu, apa kelebihan nih cewek, sampe bisa-bisanya lo lebih ngelirik dia diabndingkan gue? Kenapa lo bisa deket sama nih cewek? Lo kena pellet?”

“Palat pellet palat pellet. Cuma istilah itu yang lo tau? “

“Ta-tap kan dulu lo rishi banget sama nih cewek sampe-sampe lo—”

“PERGI DARISINI DAN JANGAN PERNAH JGANGGU CEWEK GUE LAGI!”

Perkataan Niko barusan mengejutkan semua yang hadir disnaa, dans eorang cowok yang menyaksikan drama ini dari kejauhan.

“Ayo, Lin!” ajak Niko sembari menggandeng Alina pergi dari snaa. Niko tak menghiraukan gadis itu yang masih berada dalam mode bingug. Alina takt ahu, ia harus enang atau curiga.

Tapi, sepertinya, mode bucin lebih aktif dalam diri Alina saat ini. Siapa juga yang tidak senang berada pada garis finish sebuah pennatian.

Sejak saat itu, Alina dan Niko resmi jadian.

Ada hati yang merasa sennag, dan ada hati yang merasa tak tennag. Jauh dari lokasi kejadian, Cakra bukan hanya merasa cemburu, tapi lebih dari itu. Kecurigaan yang semakin memuncak.

***

Sedari tadi, Cakra membawa motornya dengan tdak tennag. Seseorang mengikutinya dari belakabg. Ia pikir mungkin kebetulan, tapi rasanya kok selalu mengikutinya, bahkan ke jalan sepi seperti ini.

Motor itu semakin mendekat ke arahnya. Cakra pun langsug membelokkan motornya dengan cepat hingga motor tadi hilang kendali dan menabrak pohon, lalu orang yang mengendarainya jatuh tertimpa motor.

Tak ada yang pernah pernah menyangka kalau orang yang hendak menbarak Cakra itu adalah Niko. Ya, cowokitu sekarang tengah berada di rumah sakit. 

Kabar buruk, untuk beberapa waktu ke depan, Niko tak boleh melakukan kegiatan fisik berat dulu. Sayang seklai, padahal ia sudah berlatih keras untuk pertandingan miggu depan.

Cowok itu kecewa dan emosinya tidak stabil sekarang ini. Hampir setiap orang yang ditemuinya selalu kena amuk cowok itu. Termasuk Alina. Namun, gadis itu setia menjaga Niko di rumah sakit sepulang sekolah. Dia snagat menyayangi cowok yang searang sudah menjadi pacarnya.

Sementara itu, Cakra geram melihat Alina yang tak pernah bisa mleihat kenyataan.

“Alina! Lo gak percayakalau Niko kecelakaan karna mau nabrak gue?!”

“Nggak! Alina gak percaya. Stop Cakra. Stop jangan ngarang cerita lagi! Niko gak sejahat itu. Niko lagi kena musibah Cakra. Tolong jangan memperburuk keadaan!”

“Siapa yang ngar—”

“UDAH CAKRA! Alina tau, Cakra mau bikin Niko makin stress kan, biar Cakra gantiin posisinya di tim asket sekolah. Ternyata Cakra sejahat itu ya?”

“Lo berubah, Lin! Lo berubah total sejak deket sama si Niko!”

“Berubah? Cakra yang berubah! Katanya Cakra bakal dukung apapun pilihan Alina. Tapi apa sekarang?! Cakra berusaha buat Alina jauh dari Niko! Ternyata bener ya kata mama, orang kaya Cakra itu gak pantes dijadiin sahabat.”

“Terserah lo, Lin. Sekarang lo juga udah seneng kan bisa jadian sama Niko? Itu keinginann lo dari dulu, kan? Nikmatin aja! GUE GAK MAU PEDULI LAGI SAMA LO, LIN!”

“Oke.”

Semua menjadi asing. Tidak ada lagi kisah antara Alina dan Cakra. Dua sahabat dimana yang satu mencintai lebih dari sekedar shabat, sedangkan yang lainnya tak memiliki rasa appaun. Memnag bukan hal mudah, tapi sesuatu yang pahit terkadang perlu dijalani.

Pertandingan pun tiba. Selama pertandingan, fokus Cakra terpecah karena masih memikirkan Alina. Ia berusaha fokus hingga bis amnecetak poin untuk timnya pada babak satu. Pada saat istirahat, tiba-tiba Ara menunjukkan sesuatu.

“Cak. Alina dalam bahya. Dia dibawa sama Niko ke tengah rel dengan tutup mata!”

Tanpa butuh watu lama, Cakra lagsung menuju tempat yang ditunjukkan oleh video pada ponsel Ara.

Sesampainya disana, Cakra hampir saja telat. Kereta mulai mendekat. Alina tanpa alat bantu dengarnya masih berdiri disana. Cakra serasa dejavu. Tubuh dan pikirannya membeku. Tai kali ini dia harus melawan itu. Pikirannya bsa dikendalikan, tubuhnya pun perlahan dan enjadi cepat berlari ke arah Alina dan membawa gadis it uke pinggir. Hampir kehilangan. Dan tidak akan sampai pada fase seperti itu lagi.

***

(Bukan) Dari CakraTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang