Halooo. ^^
Ketemu lagi di ceritanya Alina dan Cakra.
Semoga sukaaa...
Kalau ada kritik dan saran, sampaikan aja yaa. 🤗
Selamat membaca!!!
***
Kelas adalah satu tempat yang menyenangkan sekaligus menyebalkan bagi Alina. Disini, Alina berusaha untuk menjadi sekuat bahkan lebih kuat dari teman-teman lainnya di tengah keterbatasan yang ia miliki. Meskipun, terkadang, atau bisa dibilang sering, ada beberapa hal yang membuat semangat Alina menurun.
"Little princess kita udah datang guys! Si paling caper sama guru. Si paling sok-sok-an nanya di menit-menit terakhir kelas," celetuk gadis di bangku di barisan paling tengah, pusat dari ruang kelas XI IPA 1.
Ia melangkah mendekat ke arah Alina. "Satu lagi, si paling sok cantik di depan Niko,"
Alina memilih untuk tak menggubris sambutan dari teman sekelasnya itu dan langsung menuju ke tempat duduknya yang erada di paling depan di barisan paling ujung dari pintu masuk, tepat berhadapan dengan meja guru. Tak ada siswa lain yang duduk di sebelahnya. Bukan karena belum datang, tapi memang Alina tak ada teman sebangku.
Melihat Alina tak meresponnya, gadis itu cukup jengkel. Ia berbalik dan menuju ke bngku Alina.
BRAK
"HEH!"
"Lo tuh, ya, pantesan ga punya temen. Disapa bukanya nyahut malah melengos gitu aja!"
Alina belum mengalihkan perhatiannya kepada gadis itu. "Oh, barusan tuh nyapa ya?" tanya Alina.
Setelah melepas tasnya, Alina berdiri dan menatap gadis itu. "Kirain Irene nyindir," lanjutnya.
Gadis yang Alina panggil Irene itu pun melipat tangannya di dada sembari tersenyum miring. "Oh, jadi lo merasa tersindir?" tanyanya balik.
Dibandingkan menjawab pertanyaan Irene yang menurutnya kurang berbobit, Alina memilih untuk kembali duduk, mengeluarkan buku paket Biologi dari dalam tasnya. Matanya kini fokus pada materi yang akan dibahas di kelas hari ini.
"Lo denger gak sih? Gue nanaya tadi. Jangan pura-pura...,"
"Ah, iya gue lupa. Bukan pura-pura, ya?" Irene menepuk jidatnya, lalu mendekatkan wajahnya ke telinga Alina "Emang beneran gak bisa denger ya?" Kata-kata yang cukup menghentikan fokus Alina. Kini, tangan gadis itu beralih sedikit menyingkirkan rambut Alina di dekat telinga kirinya. "Pake kok. Tapi, kenaapa lo gak denger pertanyaan gue tadi? Apa level budegnya udah naik, ya?"
Alina meremas pelan buku yang ia pegang. Sudah sejak lama ia kesal dengan apa yang dilakukan oleh Irene dan teman-temanya. Sudah lama ia gatal ingin menjambak. Namun, itu tidak ada dalam kamus little princess Alina.
Irene yang melihat Alina mulai kepanasan, menampilkan senyum tanda kemenangan. Begitupun dengan dua siswi lain yang berada di sampingnya, teman-temannya. siswa lainnya yang di kelas? Tak ada yang berani membela Alina. Melawan Irene and the genk sama saja dengan b*nuh diri. Irene adalah pengganggu keteanangan bagi siapapun yang mengganggu ketenangannya. Alina sebenarnya tidak pernah sekalipun menganggu gadis itu, tapi dalam beberapa hal, Alina selalu saja secara tak sengaja mengalihkannya.
Kedatangan Bu Rani, guru Biologi, memusatkan perhatian seisi kelas XI IPA 1, menghentikan hobi Irene di pagi ini. Padahal, gadis itu masih gatal menganggu little princess Alina.
"Baik, Anak-anak. Hari ini kita akan membahas sistem pencernaan. Silakan buka buku paket kalian sembari Ibu menulis di depan," ujar Bu Rani.
"Baik, Bu!" sahut seisi kelas.
***
Irene masih kesal dengan sikap Alina yang lagi dan lagi, berusaha untuk mengambil atensi, terutama dari guru yang sedang mengajar. Setiap pertanyaan dari Bu Rani, bahkan sebelum pertanyaan itu selesai dibacakan, gadis itu sudah siap dengan jawabannya. Padahal, kalau dipikir-pikir, gadis itu punya kekurangan yang selalu ia jadikan bahan ejekan. Namun, banyak keunggulan yang Irene tak rela jika Alina mengunggulinya. Irene merasa usaha belajarnya semalaman adalah suatu kesia-siaan.
Jam pelajaran Bu Rina telah usai beberapa menit yang lalu. Diakhiri oleh antusiasme Alina dan kedengkian Irene.
***
Terimakasih bagi yang sudah membaca.Sampai ketemu di part selanjutnya :)
KAMU SEDANG MEMBACA
(Bukan) Dari Cakra
Teen Fiction"Silakan kalau mau jatuh cinta." Alina adalah segalanya bagi Cakra. Cakra adalah segalanya bagi Alina. Namun, semua berubah ketika Alina jatuh cinta. Bukan, bukan kepada Cakra. Sumber cover: pinterest.