Tak lama, satu per satu penghuni kelas XI IPA 1 mulai berhamburan keluar kelas setelah masing-masing sudah masuk kelompok. Seperti biasa, Alina menunggu sampai seisi kelas kosong dan tinggal terssa dirinya seorang. Saat kelas sudah mulai kosong, dia pun segera membereskan barang-barangnya dan menenteng tas di pundaknya.
“Heh, Lin,” tegur Irene sembari menghampiri bbangku Alina. Namun, Alina tidak menjawabnya.
“Kalau Iree negur tuh dijawab dong!’ celetuk salah seorang teman Irene.
“Udah udah. Udah waktnya jam pulang. Gue males ribut,” jar Irene kepada temannya.
“Karna gue bukan tipe deadliner, jadi gue mau besok kita mulai kerjain tugas kelopoknya. Gimana?” tanya Irene.
“Besok?” tanya Alina memastikan. Irene mengangguk sambil sedikit tersenyum dan mengangkat sebelah alisnya.
Alina pun berdiri dan menatap Irene. “Oke,” ujar Alina.
Irene tersenyum miring. “Oke. Nnati gue invite lo ke grup dan gue bakal kasih tau dimana tempat ngerjain tugasnya,” ujar Irene.
Alina mengiyakan sebelum beranjak dri tempatnya menuju keluar kelas. Setelah gadis itu pergi, Irene tersenyum miring, lalu mentaap bergantian kedua temannya. Bersiap untuk memulai hiburan baru.
***
Kelas Alina pulang lebih awal dibandingkan kelas-kelas lainnya. Gadis itu pun segera menuju lorong IPS. Ia harus menghampiri seseorang disana.
Setelah menyusuri lorong dengan berjalan agak cepat, Alina pun sampai di depan kelas XI IPS 4. Sementara itu, dari dalam kelas, Cakra yang melihat sahabatnya tiba-tiba ada di depan kelasnya, ia segera menghampiri Alina.
“Niko!” panggil Alina. Oke, sepertinya Cakra sudah kepedean. Ia kira, Alina kesini karena ingin menemui dirinya. Memang seperti itu sih biasanya. Tapi, kenapa juga harus Niko yang pertama dia panggil.
Niko yang dipanggil segera menneteng tasnya dan berjalan cepat keluar kelas, melewati Alina begitu saja.
“Niko, Niko! Tunggu dulu! Alina belum ngobrol sama Niko hari ini. Niko!”
Alina berushaa mnegejar cowok itu, namun sepertinya langkahnya tidak mampu menyamai langkah Niko. Cowok itu semakin mempercepat jalannya, bahkan setengah berlari demi menghindari Alina.
Di belakang, Cakra mengikuti Alina. Seperti biasanya.
Alina mulai ngos-ngosan
“Niko kemana, ya? Kok larinya cepet banget sih?” dumel Alina.
“Lin,” panggil seseorang dari belakang sembari memegang pergelangan tangan Alina.
“Nik-“ Alina berbalik dan ternyata itu bukan orang yang dia kejar.
“Cakra?”
“Kita balik, yuk.! Ajak Cakra.
“Tapi Alina baru aja ketemu Niko. Dari tadi pagi belum lihat wajahnya Niko tau.”
“Tadi udah liat, kan? Ya udah sekarang pulang!” ajak Cakra lagi.
“Tapi kan baru juga sebentar,” ujar Alina. Alina yang melihat ekspresi Cakra yang sepertinya mulai kesal, mencoba untuk menurunkan egonya.
“Hm. Ya udah de hiya. Alina pulang.”
Mereka berdua pun segera menuju parkiran.
***
“Cakra pulang dari sekolah langsung ke tempat kerja?” tanya Alina yang dibalas anggukan oleh Cakra.
“Oke. Hati-hati ya di jalannya. Jangan ngebut. Semnagat kerjanya. Jangan lupa makan. Jangan lupa juga kerjain PR. Jangan lup-“ Ucapan Alina terpotong saat Cakra meletakkan telunjuknya di depan bibir Alina.
“Oke oke oke,” ujar Cakra.
“Eh, Mamam kayaknya udah di depan. Alina duluan ya, Cak. Dadah!” pamit Alina.
Sama seperti momen di pagi tadi, Cakra hanya bisa melihat Alina dari kejauhan, memastikan gadis itu telah memasuki mobil mamanya dan tentunya diharapkan pulang dengan selamat.
“Kasian banget sih. Hubungannya gak direstui sama mamanya little princess, ya?” celetuk gadis dengan rambut hitam terurainya yang tiba-tiba berdiri di sampig Cakra. Siapa lagi kalau bukan Irene. Cakra malas menanggapi. Tatapannya tak teralihkan hanya untuk seorang Irene.
Tahu Irene hanya akan membuang-buang waktunya, cowok itu lebih memilih untuk segera pergi dari sana.
“Songong banget ya, jadi cowok! Katanya mau bales dendam? Mana? Cuma omong doang. Bilang aja lo cuma pura-pura jadi jagoan di depan little princess lo itu doang kan?”
Sebenarnya tidak terallu penting, tapi Cakra mau sedikit pamitan dulu dengan gadis yang satu ini. Cowok itu membalikkan badannya, berjalan mendekati Irene dan mengikis jarak di antara mereka.
“Sebagai cewek, lo berani juga, ya? Balas dendam? Kan tadi gue udah bilang, gue bakal bales perbuatan lo ke Alina, tapi dengan cara yang lain. Ohiya, tapi kalau gue lupa, lo boleh kok ingetin terus,” ucap Cakra sebelum pergi meninggalkan Irene yang masih mematung di tempat.
KAMU SEDANG MEMBACA
(Bukan) Dari Cakra
Teen Fiction"Silakan kalau mau jatuh cinta." Alina adalah segalanya bagi Cakra. Cakra adalah segalanya bagi Alina. Namun, semua berubah ketika Alina jatuh cinta. Bukan, bukan kepada Cakra. Sumber cover: pinterest.