6. Buat Gue Aja

36 16 0
                                    

Halooo. ^^

Ketemu lagi di ceritanya Alina dan Cakra.

Semoga sukaaa...

Kalau ada kritik dan saran, sampaikan aja yaa. 🤗

Selamat membaca!!!

***

Melihat mobil mamanya sudah meluncur pergi dari area sekolah, Alina langsung masuk gerbang dan menuju area parker yang berada di dalam sekolah. Gadis itu menengok kesana kemari. Siapa lagi yang ia cari, kalau bukan ...

"Cakra!" panggil Aina.

Cowok dengan seragam putih abu yang masih rapi itu pun mulai keluar dari tempat persembunyiannya.

"Tumben yang lo cari pertama kali itu gue. Biasanya juga, dari bangun tidur sampe tidur lagi, di pikiran lo cuma ada si Niko."

"Ih Cakra kok gitu sihh."

"Gimana kemaren? Diomelin?"

"Iss. Cakra ngeselin," dumel Alina. Tak lama, gadis itu pun mngeluarkan sebuah tempat makan berbentuk kepala kodok dari dalam tasnya.

"Wiih, apaan tuh?"

"Cakra kepo."

"Pasti buat gue. Ye, kan?" tanya Cakra pede.

"Cakra geer. Gak lah. Ini tuh, buat Niko."

Cakra sudah tahu jawabannya. Ia merutuki dirinya sendiri, kenapa juga harus menanyakan hal yang sudah ia tahu jawabannya. Cuma cari peyakit aja.

"Niko mulu yang dibikinin bekel. Gue kek kali-kali."

"Umm. Alina takut Mama curiga kalau Alina bawa dua bekel. Cakra nanti Alina traktir aja deh, gimana?"

"Dah lah. Yuk ke kelas sekarang!"

"Iss, Cakra ngambekan. Nanti duluuu. Tumben banget Cakra buru-buru. Biasanya juga 5 menit sebelum jam pelajaran berakhir Cakra baru masuk kelas."

"Yaa. Emangnya ngapain juga disini lama-lama."

"Cakra udah tau jawabannya."
Sebuah mobil dengan warna hitam berkilau dengan penghuni di dalamnya yang tak kalah berkilau memecah barisan orang yang sedang berjalan di sekitar gerbang hingga parkiran. Dia yang dimaksud Alina.

Kaca mobil itu terbuka, satu persatu pintunya dibuka dan empat orang di dalamnya turun sembari menunjukkan pesonanya. Namun, pesona seseorag yang selalu menjadi poros dunia Alina selalu berada di peringkat teratas dalam hal apapun, paras, harta, kepopuleran, dan hal lainnya yang semakin ia sulit digapai.

"Niko!" Lagi, sering, dan selalu. Alina memecah ketenangan hidupnya, batin cowok yang bernama Niko itu.
Niko memutar bola matanya malas. Tapi sepertinya, apapun respon Niko, Alina tak pernah menyerah.

"Masih pagi, lho," sindir Niko ketus dengan pandangannya kea rah mana saja selain gadis yang berada di dekatnya ini dengan penuh antusias.

"Niko. Tebak, hari ini Alina bawa apa?"

"Bawa kesialan buat seisi sekolah, terutama gue."

"Agak nyelekit, untung ganteng," bisik Alina sebelum mengeluarkan kotak bekal dari belakangnya. "Taraa!!! Alina bawain bekel buat Niko. Niko makan, ya." Ujar Alina sembari menyodorkan kotak bekal yang dibawanya.

Niko tersenyum miring saat menerima kotak bekal itu di tangannya"Kemarin kelinci, strawberry, terus sekarang ... kodok? Lo kira gue anak TK, HAH?!"

"E-emang kenapa Niko? Kan lucuu,"

"Lucu pala lo!" sentak Niko sebelum berjalan ke arah tong sampah di area parkir itu.

"Lo bahkan gak pantes disebut anak TK!" Niko menatap Cakra yang mencekal lengan kanannya yang hendak membuang kotak bekal pemberian Alina.

"Anak TK aja tau kalau buang-buang makanan itu tindakan yang buruk. Gak ngerti lagi gue. Kok bisa, jagoan sekolah yang sellau dielu-elukan, tapi attitude-nya minus," gertak Cakra.
Niko melepaskan cekalan tangan Cakra. Cakra pun segera merebut kotak bekal berbentuk kodok itu dari tangan Niko.

Niko tersenyum miring. "Pawangnya muncul. Kenapa gak Lo pacarin aja sih tuh cewek. Gue udah muak dikejar-kejar mulu. Dari sekian banyak cewek di sekolah ini yang ngejar gue, gak ada yang segila dia."

"Lo ngomong apa barusan? Gila? LO YANG GILA!"

Niko tak mau berurusan dengan sembarang orang, termasuk seseorang yang tengah berdiri di hadapannya ini. Energinya pagi ini harus ia simpan dengan baik untuk latihan nanti. Citranya harus dijaga, setidaknya sampai pertandingan beberapa waktu yang akan datang. Takut tak dapat membendung emosi, cowok itu memilih untuk pergi. Cukup dengan kode saja, ketiga temannya mengikuti langkahnya.

Alina tak bisa berkutik. Cakra sudah marah. Dengan sedikit rasa takut, ia menghampiri sahabatnya itu.

"Cakra. Sini kodoknya!" pinta Alina.

"Kalau gue makan boleh? Gue belom sarapan." Ucapan Cakra membuat Alina mengakkan kepalanya.

"M-maksud gue, makanan di dalem kotak bekel kodok ini, gue aja yang makan," jelas Cakra.

Alina mengangguk sambil sedikit menunduk.

***

Terimakasih bagi yang sudah membaca.

Sampai ketemu di part selanjutnya :)

(Bukan) Dari CakraTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang