#04- Gara-gara Arisan

41 11 27
                                    

"Ma

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

"Ma."

Farel menghampiri ibunya ketika sejak tadi tidak mendapat respon. Ratna hanya diam seraya menatap depannya dengan pandangan kosong. Duduk di pekarangan belakang rumah seraya terlihat memikirkan sesuatu yang sangat serius.

"Rel, udah pulang?"

"Ngelamunin apa?"

Ratna menatap anaknya sekejap. Dia semakin teringat oleh kejadian siang tadi ketika ia ada di acara arisan di rumah Bu Ulfa. Teman seper-arisannya tadi datang sambil menggendong balita. Sangat lucu dan menggemaskan. Suara tangis dan tawanya membuat hati Ratna terasa seperti taman yang ditumbuhi oleh bunga-bunga.

Tidak hanya satu orang,  melainkan beberapa orang datang sambil membawa cucu maupun anak mereka yang masih kecil. Membuat Ratna semakin penasaran dengan bagaimana rasanya jika rumah ada suara tangis dan tawa seorang anak kecil. Pasti akan semakin menyenangkan.

"Lucu sekali anak ini. Umur berapa, Bu?" tanya Ratna sambil memegang pipi anak kecil itu. Teksturnya empuk seperti bakpao. Wanginya bedak dan minyak telon khas bayi membuat Ratna ingin menciumi aroma itu terus menerus.

"18 bulan, Bu."

"Sudah bisa jalan, Ya!"

"Sudah, Bu!"

"Boleh nggak saya coba gendong?"

Beruntung Bu Fia, mengizinkan sang cucu digendong olehnya.

Oh, jadi seperti ini rasanya memangku anak kecil? Hati Ratna meletup-letup bagai kembang api menabuh langit. Apalagi saat dipangku anak itu terlihat aktif dan lincah.

"Bu Ratna nggak kepingin punya cucu?"

"Ya pengen sih, Bu. Tapi anak saya kan belum ada yang nikah."

"Aura masih semester berapa?"

"Semester 3."

"Kalau Farel? Dia umur berapa, Bu?"

"Sudah mau 26."

"Masih lajang, ya dia?"

"Iya, doain biar cepat dapat jodoh, ya!"

Dan obrolan pun terus berlanjut sampai acara selasai. Ratna biasanya dibuat iri oleh iming-iming barang branded yang dipamerkan oleh para anggota arisan lainnya, namun kali ini ia dibuat iri oleh mereka yang menggendong balita yang sangat lucu.

"Ma! Ada masalah?" Farel bertanya pada ibunya sekali lagi.

"Nggak ada apa-apa. Kok tumben kamu pulang cepet?"

"Tensi darah menurun. Aku istirahat dulu ya."

*******

Pagi hari ketika mereka sarapan pagi bersama, Ibu mulai berani mengutarakan keinginannya. Dia merasa Farel memang sudah waktunya untuk punya pasangan hidup. Lagi pula mau sampai kapan Farel terus mengejar karir dan menyendiri seumur hidup?

PDKT Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang