Prolog

475 37 6
                                    

Dret dret
Dret dret
Dret dret

"Nai, ponsel kamu bunyi." Kata Alisha menepuk pundak ku.

Aku pun mendekat ke arah Alisha dan mengangkat telpon yang ternyata dari Ummah.

"Pasti Abah udah pulang deh kayaknya." Kataku dalam hati dengan perasaan jengkel, karena selepas ini aku pasti harus menurut pada Abah.

"Waalaikumsalam Ummah"

"....."

""Maksud ummah apa?." Air mataku terus mengalir dengan begitu deras.

"Iya Ummah Nai pulang sekarang."

Aku pergi meninggalkan puncak dan harus segera ke rumah sakit.Ummah bilang Abah mengalami serangan jantung secara tiba-tiba saat pulang dari bandara.

Aku yang sedang panik lupa pamit kepada Teman temanku.

Setelah dua jam perjalanan aku tiba  di Rumah Sakit Kasih Harapan, aku langsung menuju ruang UGD yang di sana sudah ada Ummah sambil menangis.

"Assalamualaikum Ummah."

"Waalaikumsalam Nai."

Aku melihat Abah tidur di Ranjang Rumah Sakit dengan wajah yang Begitu Pucat.

Aku mencium takzim tangan Ummah dan memeluk Abah yang lemas tak berdaya.

Aku terus saja menangis .

"Nai."

Aku mendongakkan kepala dan melihat Abah sudah membuka mata.

"Nai harus tepatin janji Nai Ya."Kata Abah seraya mengelus rambut ku yang tergerai bebas.

"Iyya Abah,Nai akan tepatin janji Nai sama Abah." Ucapku di sela tangisan yang sedari tadi tidak berhenti.

Napas Abah semakin melemah,Aku semakin memeluk Abah dengan kencang.Ummah memanggil dokter dan Abah di periksa oleh dokter dan akhirnya Abah menghembuskan nafas terakhirnya.

Tangis ku semakin menjadi-jadi.Dokter mengatakan Abah sudah meninggal.

Aku meraung-raung kepada Ummah.

"Abahhhhh."

"MAAFKANNNN NAI..."

Diary Naifa [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang