SATU

220 38 4
                                    

"Hidup ternyata se-singkat itu. Baru kemarin aku di peluk oleh Abah. Tapi hari ini tangan itu sudah terikat oleh kain kafan. Abah, Nai sangat sayang. Maaf karena telah mengecewakan Abah berkali-kali.,"

_Naifa_

🍁🍁🍁

"Nai gak mau Ummah".Tolak gadis remaja tersebut.merengek kepada sang ibunda untuk tidak memaksanya menggunakan hijab.

"Tapi Nai sudah janji kan sama Abbah?."Tanya sang ibunda kepada anak semata wayangnya.

3 tahun yang lalu

"Nai?"
Panggil seorang pria setengah baya kepada seorang gadis berkepang dua yang sedang menonton televisi sambil rebahan di atas sofa.

"Iyya Abah, kenapa?." Tanya nya setelah pria paruh baya tersebut duduk di sampingnya, membelai pucuk kepalanya dengan penuh kasih sayang.

"Abah mau ngomong sama Nai." Tangan pria itu terus saja membelai pucuk kepala sang anak.

Gadis itu kemudian duduk menghadap sang ayah setelah mendengar penuturan nya tersebut.

"Abah mau ngomong apa?." Tanyanya.

Abah menatap anak gadisnya dengan tatapan sendu. Abah memeluk nya erat dengan begitu lama. Setelah melepaskan pelukannya Abah pun mulai berbicara pada anak nya tersebut.

"Kapan Nai mau berhijab dan berpakaian tertutup?." Tanya Abah pelan.

Gadis itu nampak bingung,Entah mengapa ia tidak suka mengenakan hijab, Padahal Abah dan Ummah nya adalah seorang yang taat agama begitupun keluarga besar mereka semua mengenakan pakaian tertutup sesuai dengan syariat Islam. Tapi entahlah, Berbeda halnya dengan gadis ini, Dia enggan sekali mengenakan pakaian seperti itu padahal usianya sudah 15 tahun dan duduk di bangku kelas 3 SMP, bahkan sebentar lagi ia akan lulus dan di wisuda.

Saat kebanyakan dari saudara sepupunya yang mengenyam pendidikan di pesantren,Gadis ini memilih untuk mengenyam pendidikan di sekolah negeri. Entah ada apa dengan gadis ini.

"Nai" panggil Abah membuat sang empu mengarahkan pandangannya pada sosok yang begitu menyayangi nya. Ada sorot penuh harap di sana.

"Nai belum siap Abah." Kata itu yang akhirnya keluar dari mulut gadis itu.

Padahal sedari kecil gadis itu selalu di pakaikan pakaian tertutup oleh orang tuanya,Tapi seperti itulah gadis itu akan menangis dan selalu melepaskan kerudung yang di kenakan nya. Alhasil itu berlanjut hingga ia sudah duduk di bangku menengah pertama. Ia hanya akan mengenakan pakaian tertutup saat ada acara pengajian keluarga besarnya, itupun hanya mengenakan kemeja dan rok yang berbahan jains kemudia kerudung segi empat yang di sampirkan kebelakang.

"Lalu mau sampai kapan Nai?."Tanya Abah sekali lagi.

"Izinkan Nai masuk sekolah Umum lagi Abah, Nai ingin sekali menjadi dokter." Katanya penuh harap kepada sang Ayah.

"Lepas Nai lulus, Nai akan mengabulkan keinginan Ayah." Katanya.

"Baiklah Nai, lepas itu Nai harus benar-benar memakai pakaian tertutup dan sesuai syariat Islam,Abah akan mengijinkan Nai masuk sekolah Umum yang Nai harapkan." Ucap Abah penuh senyuman hangat.

Gadis itu benar-benar telah berjanji pada Abahnya dan sekarang ia memang harus benar-benar memakai pakaian yang tertutup.

"Tapi Ummah,ini hari pertama setelah Nai lulus,dan Abah pun belum pulang dari Kairo,Jadi untuk saat ini Nai mohon izinkan Nai untuk pergi sama temen-temen Nai Ummah." Katanya terus memohon kepada Ummah nya dengan mata Spec Hells nya.

Diary Naifa [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang