TIGA PULUH LIMA

90 6 1
                                    

"Selepas terluka pun kita butuh waktu untuk sembuh, kembali."

_Naifa Hasna Zulaikha_

🍁🍁🍁


"Jangan Ummah beritahu siapapun mengenai kepergianku," ucap Naifa setelah ia meminta izin untuk pergi menenangkan diri.

Ummah Azizah merasa takut dan khawatir dengan kondisi Naifa yang belum sembuh total itu. Tapi Naifa memaksakan kehendak untuk tetap pergi. Naifa tidak ingin melihat wajah orang-orang yang mengkhianati dirinya.

Naifa tidak suka pengkhianatan, Naifa tidak suka kebohongan. Naifa membenci itu semua.

"Kenapa kamu nekad pergi seperti ini, sayang?" Ummah Azizah memeluk Naifa dengan erat. Ummah Azizah tak kuasa menahan air matanya untuk luruh. Ummah Azizah takut. Naifa melepaskan pelukannya.

"Ummah jangan nangis. Aku gak bisa lihat ummah nangis seperti ini," Naifa mengusap rintikan air mata dari pipi sang Ummah tercinta.

"Aku janji sama Ummah, aku akan tetap mengabari Ummah setiap hari!" Naifa berjanji, tapi Ummah-nya tidak boleh mengetahui dimana keberadaannya. Ummah Azizah hanya akan tahu kondisinya saja.

"Aku tidak sekuat istri para Nabi, Ummah, biarkan aku menenangkan hati dan pikiran"

"Mas Yusuf tidak mau talak aku Ummah, aku sudah melayangkan gugatan cerai ke pengadilan dan sudah aku tandatangani. Mungkin sebentar lagi surat itu akan sampai ke rumah Mas Yusuf," ucap Naifa diselingi dengan penuh kesenduan.

Setelah Naifa keluar Rumah Sakit, Yusuf memang sering datang menemuinya. Tapi tidak Naifa biarkan dia menyentuhnya. Naifa merasa kotor jika harus di sentuh oleh orang yang mengkhianatinya. Setelah pulang dari Rumah Sakit pula, Naifa memutuskan untuk pulang ke rumah orangtuanya bukan ke rumah suaminya. Hari kedua ia berada di rumah Ummah Azizah, Naifa memutuskan untuk pergi dari Jakarta. Tujuannya adalah Bandung. Naifa akan mencari tempat untuk dirinya agar bisa memperdalam ilmu agama dan memperbaiki diri.

Naifa hanya membawa beberapa gamis dan khimar di tas ranselnya. Tak lupa kartu ATM dan beberapa kartu identitas jika nanti diperlukan. Naifa ingin meninggalkan Jakarta, sungguh.

Kemarin Alisha mengirimnya sebuah buku berjudul "Bidadari Bermata Bening" karya Novelis nomor 1 di Indonesia, yaitu Habiburrahman El shirazy. Menurut Alisha novel ini sangat bagus, banyak kisah inspiratif dan membangunkan semangat yang hampir redup. Benar saja, Naifa jatuh cinta pada sosok Ayna Mardeya, gadis tangguh yang menjadi tokoh utama di novel tersebut.

Naifa menginginkan hidup seperti Ayna, tetap berada di jalan Allah meski cobaan datang berkali-kali. Naifa bukan apa-apa jika di bandingkan dengan sosok Ayna. Untuk itu, Naifa benar-benar memutuskan untuk pergi dari Jakarta.

Jika Ayna dan Gus Afif terhalang restu dan keadaan, dan meraih cinta Allah dengan jalan tak terduga, maka tidak dengan Naifa. Naifa memang ingin meninggalkan Yusuf karena telah berbohong dan mengkhianati kepercayaan dirinya.

Ketika Ayna menjadi Sinta dan Gus Afif menjadi Shri Rama. Maka berbeda dengannya, Naifa adalah sosok Naira dalam novel "Dear, Allah" karya Diana Febi. Seperti sosok Naira yang mengikhlaskan Wildan agar bersanding dengan cinta pertamanya, Naifa juga akan mengikhlaskan Yusuf agar bisa bersanding dengan bibinya. Naifa tidak ingin menjadi halangan untuk keduanya, Demi Allah, Naifa ridho jika keduanya menikah daripada menjalin hubungan di belakangnya. Cukup. Naifa ingin menyudahi semuanya.

______

Naifa pergi dari Ummah Azizah tanpa membawa kendaraan, Naifa pergi naik taksi untuk sampai di Bandung. Tujuannya adalah rumah Kawah Putih, Ciwidey. Tempat dimana dirinya dan sang suami saling membagi cinta. Rasanya ia masih tak percaya dengan perselingkuhan Yusuf dan Bibinya itu.

Diary Naifa [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang