EMPAT PULUH SATU

96 5 1
                                    


"Yakinlah... Badai pasti akan berlalu. Cukup yakinkan dalam hati bahwa akan ada kebahagiaan setelahnya. Walaupun perkara memaafkan terkadang sangat sulit untuk dilakukan."

_aninuraeni_

🍁🍁🍁

"Sayang, bangun. Sudah subuh." Tangan Yusuf membelai lembut wajah sang istri. Naifa menggeliat dan hampir terjatuh dari sofa.

"Hati-hati sayang." Yusuf menahan tubuh Naifa yang hampir terguling.

Yusuf membantu Naifa untuk duduk dengan benar. Pasalnya kedua insan itu sepanjang malam bercerita tentang kehidupan masing-masing selama berjarak.

"Astaghfirullah, Mas. Kok kamu turun dari ranjang." Naifa kaget karena melihat suaminya sudah turun dari ranjang tanpa selang infus yang menempel di tangannya.

"Mas sudah baikan sayang. Kita salat subuh berjamaah ya." Yusuf tersenyum dan Naifa pun menganggukkan kepalanya.

Secara bergantian Yusuf dan Naifa membersihkan diri dan memakai pakaian yang suci.

Yusuf mengangkat kedua tangannya. Takbiratul ihram ia laksanakan dengan penuh khidmat. Setelah sekian lama kedua insan itu baru kembali melaksanakan salat secara berjamaah. Terlihat dari keduanya rasa penuh kebahagiaan. Entah Yusuf maupun Naifa keduanya meneteskan air mata tepat di penghujung sujudnya. Mereka mengucapkan syukur kepada Allah atas segala nikmat kebahagiaan yang telah menghampiri keduanya.

Setelah selesai melaksanakan kewajibannya, Yusuf mencoba bangkit namun rasa pening kembali menghampirinya.

"Mas? Mas gak papa?." Naifa sangat khawatir melihat kondisi suaminya.

"Gak papa sayang. Kita murojaah ya." Naifa menganggukkan kepalanya.

Yusuf mengawali dengan juz 30, "kamu sudah lancar sayang, hafalan kamu semakin matang." Yusuf mengelus pucuk kepala Naifa yang terhalangi oleh mukena putih.

"Sekarang giliran Mas ya, tolong sambung ayat yang aku bacakan,

يٰۤـاَيُّهَا النَّا سُ اتَّقُوْا رَبَّكُمُ الَّذِيْ خَلَقَكُمْ مِّنْ نَّفْسٍ وَّا حِدَةٍ وَّخَلَقَ مِنْهَا زَوْجَهَا وَبَثَّ مِنْهُمَا رِجَا لًا كَثِيْرًا وَّنِسَآءً ۚ وَا تَّقُوا اللّٰهَ الَّذِيْ تَسَآءَلُوْنَ بِهٖ وَا لْاَ رْحَا مَ ۗ اِنَّ اللّٰهَ كَا نَ عَلَيْكُمْ رَقِيْبًا
(QS. An-Nisa' 4: Ayat 1)
Coba sambung ayat itu, Mas."

Yusuf mengulang kembali ayat yang dibacakan oleh sang istri. Yusuf menutup matanya, "

وَاٰ تُوا الْيَتٰمٰۤى اَمْوَا لَهُمْ وَلَا تَتَبَدَّلُوا الْخَبِيْثَ بِا لطَّيِّبِ ۖ وَلَا تَأْكُلُوْۤا اَمْوَا لَهُمْ اِلٰۤى اَمْوَا لِكُمْ ۗ اِنَّهٗ كَا نَ حُوْبًا كَبِيْرًا‏

"Masyaallah Mas, itu benar." Yusuf tersenyum, namun kali ini pelipisnya mengerut, " Sayang, tadi kamu membaca ayat itu tanpa membuka Al-Qur'an?" Naifa tersenyum, "Alhamdulillah Mas, selama aku tinggal di sini. Aku sering ikut kajian, bahkan aku ikut acara hafalan Al-Qur'an target satu hari dua lembar, Alhamdulillah sekarang aku berhasil menghafal 8 juz." Yusuf menitikkan air matanya. Betapa bahagia sekaligus malu dirinya. Sebagai suami dan imam dalam rumah tangga, Yusuf tidak bisa apa-apa. Selama ini Yusuf malah hancur tak berkeping. Berbeda dengan Naifa, dia malah semakin mendekatkan diri terhadap sang pencipta.

Diary Naifa [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang