EMPAT PULUH TIGA

88 6 0
                                    


"Perasaan dendam yang menghancurkan segalanya maka hanya dengan Iman-lah semuanya bisa diperbaiki."

_anonim_

🍁🍁🍁

Hari terus berganti, Yusuf dan Naifa telah kembali ke rumahnya dan mengawali aktivitasnya yang telah tertunda selama beberapa hari karena acara demi acara yang harus mereka datangi, di mulai dari acara resepsi pernikahan Alisha dan Haris juga acara anniversary pernikahan enin dan eyangnya.

Naifa tengah menyiapkan sarapan untuk dirinya dan suaminya. Karena Naifa memiliki jadwal siang membuat dirinya sedikit mempunyai waktu yang mumpuni untuk memasak makanan berat. Sudah lama Yusuf menginginkan ayam rica kemangi, namun Naifa selalu tidak sempat membuatkannya karena waktu yang begitu mepet.

Yusuf turun dari tangga, melihat ke arah dapur dimana istrinya tengah memasak.
Yusuf memeluk Naifa dari belakang dan menyimpan dagunya di bahu Naifa. Naifa tidak kaget lagi, karena sekarang dirinya sudah terbiasa dengan perlakuan romantis dari suaminya.

"Ayam rica kemangi?" tanya Yusuf.

"Iya, katanya Mas sudah kebelet makan ini," ucap Naifa yang terus menerus memutar spatula di atas wajan berisikan ayam rica kemangi yang sebentar lagi matang.

"Kamu kuliah jam berapa, sayang?" tanya Yusuf tanpa merubah posisi.

"Jam 2 Mas, tapi kayaknya cuma sejam aja. Soalnya tugas dari dosen satunya dikirim online dari rumah."

"Nanti malam kita dinner ya, sejak tiba di Jakarta kita belum menghabiskan waktu berdua loh."

Pipi Naifa bersemu merah mendengar ucapan Yusuf, "boleh aja, Mas"

"Mas pulang sebelum maghrib, insyaallah. Kita berangkat ba'da salat isya."

Naifa menganggukkan kepalanya, "tolong lepaskan dulu tangan kamu Mas, aku mau angkat dulu masakannya."

Yusuf menuruti perintah dari sang istri dan berjalan duduk ke arah meja makan. Naifa menghidangkan masakannya membuat Yusuf semakin tak sabar untuk mencicipi masakan kesukaannya itu.

Keduanya sarapan dengan begitu khidmat. Sesekali Yusuf bertanya tentang kuliahnya Naifa. Ditemani suara dentingan sendok dan garpu yang saling bersahutan.

Setelah selesai, Naifa membawa piring kotor  ke wastafel.

"Mas, kayaknya aku mau ke supermarket deh sebelum berangkat kuliah, bahan masakan sudah menipis," ucap Naifa sembari mencuci piring bekas makannya bersama suami.

"Mau mas antar?" tawar Yusuf.

"Gak usah Mas, nanti mas telat masuk kampus. Bukannya ada jam ngajar pagi ya?"

"Iya Dek, kamu gak papa sendiri?"

"Gapapa Mas."

Setelah selesai mencuci piring, Naifa mengantarkan Yusuf sampai ke depan rumah. Mencium takzim punggung tangannya dan dibalas oleh banyak kecupan di wajah oleh suaminya.

"Kamu berangkat pake mobil aja, gak usah pake motor, ya."

Naifa memberikan hormat membuat Yusuf terkekeh geli melihatnya dan mencubit gemas pipi istri tersayangnya itu.

Yusuf masuk kedalam mobil dan pak satpam membuka gerbang. Yusuf menekan klakson dan membuka jendelanya untuk melambaikan tangan kepada Naifa.

****

Hari ini, genap satu tahun dua bulan Naifa dan Yusuf membina rumah tangga. Naifa menatap buku bersampul biru muda ya g tergeletak di hadapannya. Naifa membaca setiap penggal kata yang terangkai dalam buku tersebut. Kata-kata itu Naifa tulis sendiri berupa novel dengan beberapa bagian termasuk prolog. Yusuf tidak mengetahui jika kisah rumah tangga mereka Naifa tuangkan dalam buku diary miliknya.

Diary Naifa [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang