TUJUH BELAS

91 16 0
                                    

🍁🍁🍁

Pukul 02.30 dini hari Naifa mengerjapkan matanya. Saat terbangun ia kaget karena ia sudah tidur di kamar miliknya dan Yusuf. Da matanya juga terbelalak kaget saat melihat dirinya di pantulan cermin tanpa menggunakan khimar. Naifa melihat ke arah samping yang dimana sudah ada Yusuf yang tengah tidur dengan membelakangi dirinya. Suara dengkuran halus pun jelas terdengar di Indra pendengarannya.

Melihat Yusuf gadis itu mengingat tentang gambar yang di kirim oleh Alisha semalam.

"Siapa perempuan itu Mas?." Batin Naifa bertanya.

"Pukul berapa Mas Yusuf pulang?."

Masih banyak pertanyaan yang menumpuk di benaknya. Naifa ingin sekali membangunkan Yusuf dan bertanya tentang semua hal yang membuat dirinya risau.

Tak ingin larut dalam pertanyaan tanpa jawaban, akhirnya Naifa memutuskan untuk membersihkan diri dan berjalan ke arah kamar mandi.

Lepas membersihkan diri Naifa menggelar sajadah dan menunaikan salat malam.

"Assalamu'alaikum warahmatullah."

"Assalamu'alaikum warahmatullah"

Setelah mengucapkan salam Naifa menengadahkan kedua tangannya ke atas. Ia berdoa kepada Allah tentang rumah tangga yang baru ia bina. Mengharapkan semua kebaikan untuk keluarganya. Air mata mengiringi doanya.

Naifa melirik ke arah jam dinding sudah pukul 03.00 ia segera membangunkan suaminya untuk melaksanakan sholat tahajud. Ia tidak ingin lalai dalam tugasnya. Tentang isi pesan Alisha semalam ia akan kesampingkan terlebih dahulu. Biarlah itu menjadi rahasia antara dirinya, Alisha dan Allah yang tahu. Naifa takut jika ia bertanya kepada suaminya tentang semalam mungkin ia akan merasa bahwa Naifa tidak mempercayai ucapannya.

Karena suatu hubungan tidak akan berdiri kokoh jika tidak ada kepercayaan di dalamnya. Karena sang Ummah juga sudah berpesan jagalah aib suami jangan sampai ada sedikit berita keluar tentang dirinya. Naifa sadar bahwa ia kini harus lebih bersabar. Di matanya Yusuf adalah imam sempurna tidak ada cacat ilmu agama sedikit pun. Naifa harus belajar menjadi istri yang baik dan sholehah untuk suaminya.

Naifa menggoncangkan lengan suaminya menggunakan tangan yang ia balut dengan mukenah yang ia kenakan agar ia juga tidak perlu  mengambil wudhu kembali untuk melaksanakan sholat subuh.

"Mas, bangun."

"Allah sedang menunggu curhatan dirimu."

"Mas."

Yusuf melenguh panjang dan membuka matanya. Ia sangat senang karena di bangunkan oleh istri tersayang nya.
Naifa merasa salah tingkah karena suaminya terus saja memperhatikan dirinya. Dalam satu sisi ia juga berharap dirinya akan menjelaskan tentang perihal semalam. Bahkan Yusuf tidak menghubunginya sama sekali.

Naifa berharap suaminya berbagi semua kepadanya. Tapi itu semua harapan semua saja karena Yusuf tidak memulai percakapan ke arah tersebut.

"Mas bangun, nanti salatnya tertinggal."

Dengan senyuman Yusuf bangun dari tempat tidur dan berjalan ke arah kamar mandi.

Sepuluh menit berlalu Ysuuf telah selesai membersihkan diri. Naifa sudah mempersiapkan baju Koko dan sarung di atas ranjang. Naifa juga sudah menggelarkan sajadah tepat di depannya untuk suaminya.

"Makasih dek."

"Sama-sama Mas."

Yusuf memakai Koko dan sarung yang telah di sediakan oleh Naifa. Naifa berjalan ke arah lemari dan mengambil peci hitam untuk suaminya.

Diary Naifa [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang