TIGA PULUH SEMBILAN

80 4 0
                                    

"Aku tidak tahu, perasaan macam apakah ini? Aku mengikhlaskan apapun yang telah terjadi. Tapi jujur saja, aku tidak sanggup menatap matamu lagi"

_Naifa Hasna Zulaikha_

🍁🍁🍁

Hari ini adalah acara akad nikah Ustadz Nauval. Naifa sudah menolak ajakan dari Bu Lastri untuk ikut ke acara walimah ustadz Nauval. Namun, Bu Lastri tetap keukeuh ingin mengajak dirinya. Akhirnya dengan terpaksa Naifa mengikuti ajakan dari Bu Lastri.

Naifa sudah siap dengan gamis brukat berwarna hijau sage dan khimar pasmina berwarna putih. Naifa sangat cantik dan juga menawan. Namun, kecantikan itu Naifa tutupi dengan masker berwarna putih. Naifa tidak ingin ada yang mengenal dirinya. Apalagi jika benar disana ada suami beserta keluarganya. Naifa masih belum bisa untuk bertemu sekarang, sungguh.

Bu Lastri menghampiri Naifa yang tengah bercermin dan berkata, " Neng, kamu cantik pisan, hayu kita berangkat sekarang. Akad nikahnya akan segera dimulai," ucap Bu Lastri sambil tersenyum. Bu Lastri juga mengenakan gamis brukat berwarna hitam dan khimar berwarna mocca.

"Iya Bu," jawab Naifa.

Bu Lastri meninggalkan kamar Naifa. Setelah itu Naifa  menyambar tas selempang berwarna putih yang menggantung di belakang pintu kamarnya.

Naifa menghela nafas perlahan sebelum dirinya meninggalkan kamar.

****

"Selamat ya, Val," ucap Yusuf memeluk Nauval dengan sangat erat. Yusuf bahagia dengan sahabatnya itu.

"Do'ain ane ya, suf."

Yusuf melepaskan pelukannya. Tatapannya terus saja menyiratkan kebahagiaan. Entah bahagia karena pernikahan Yusuf atau pun tentang istrinya.

Setelah bersalaman dengan Nauval beserta istrinya, Yusuf dan keluarganya melakukan poto bersama dengan pengantin baru itu.

Di lain tempat, Naifa yang baru saja menginjakkan kakinya di halaman pondok pesantren An-Nur sangat bimbang. Pasalnya, raganya menolak, tapi hati kecilnya mengatakan "masuklah".

"Neng, hayu," ajak Bu Lastri menarik lengan Naifa.

Akhirnya, Naifa hanya pasrah dengan ajakan dari Bu Lastri itu. Di halaman pondok pesantren An-Nur sudah terlihat betapa megahnya acara walimah dari ustadz Nauval dan istrinya itu. Tepat di area parkir dan juga lapangan serbaguna itu sudah dipenuhi dengan deretan mobil dan motor, bahkan beberapa bis pun terlihat sudah terparkir dengan sangat apiknya.

Acara walimah di adakan di majelis besar, dimana biasanya tempat santri dan santriwati mengaji. Sebelum masuk kedalam majelis besar, Naifa dan Bu Lastri harus mengisi data tamu terlebih dulu sebelum masuk ke area pelaminan.

Naifa begitu syok, saat mengetahui orang yang menerima tamu adalah Nadya. Benar, ini adalah Nadya puteri dari Bu Lastri. Nadya yang sama dengan yang dirinya kenal.

Bu Lastri meminta Nadya untuk tetap mengemban tanggung jawab yang telah diberikan kepadanya. Nadya seolah bingung saat melihat Naifa, untungnya Nadya tidak mengetahui bahwa wanita yang bersama ibunya adalah Naifa, istri dari ustadz Yusuf.

Bu Lastri menganggukkan kepalanya. Untuk memberikan kode pada Nadya bahwa dirinya akan menjelaskan semuanya kepada dirinya.

Bu Lastri menulis nama dan alamat dirinya. Naifa ya gelagapan pun tidak menulis nama depannya melainkan nama belakangnya. Setidaknya untuk saat ini Nadya tidak akan kembali bertanya banyak hal padanya.

"Neng, ibu kesana dulu ya. Kamu bertugas yang baik, nanti ibu ceritain semuanya sama kamu." Nadya mengangguk paham.

Bu Lastri dan Naifa segera menuju pelaminan untuk mengucapkan selamat kepada kedua mempelai.

Diary Naifa [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang