ENAM BELAS

102 17 0
                                    


🍁🍁🍁

"Kita mau kemana sih Mas?." Tanyaku pada Mas Yusuf yang sedari tadi mengendarai mobilnya.

Karena setelah pulang dari hotel Mas Yusuf tidak mengemudikan mobil menuju rumah Abi Ali melainkan ke arah yang berbeda.

Mas Yusuf tidak menjawab pertanyaan dari ku. Ku pegang lengan pak Yusuf yang sedang mengemudikan mobil dengan begitu serius.

"Mas"

"Iya Dek."

"Kita mau kemana sebenarnya?."

"Jangan terus bertanya dek. Nanti sebentar lagi kita sampai kok." Jawab Mas Yusuf dengan kekehan di akhirnya.

Akhirnya akupun menuruti perintah Mas Yusuf.

Selama perjalanan aku hanya melihat ke arah luar jendela. Jakarta selalu macet di jam seperti ini. Mungkin karena hari Senin suasana sangat ramai.

Hening. Hanya itu yang tengah aku rasakan saat ini. Suara deru mobil dan klakson di mana-mana. Karena bosan akhirnya aku memutuskan untuk memutar musik yang berada di mobil.

"Putar sholawat dek." Ucap Mas Yusuf sambil tersenyum.

"Iya Mas."

Selama perjalanan tidak ada lagi keheningan yang menyapa. Lantunan sholawat mengiringi perjalanan kami hari ini. Sesekali aku dan Mas Yusuf mengikuti alunan sholawat yang sedang di putar.

Setelah beberapa menit akhirnya mas Yusuf menghentikan laju mobilnya. Mas Yusuf berhenti di sebuah perumahan yang dekat dengan persawahan dan perkebunan. Rumah minimalis dengan gaya klasik berlantai dua.

"Ini rumah siapa Mas?." Tanyaku dengan begitu penasaran.

"Rumah kita dek. Kita turun yuk!."

Aku dan Mas Yusuf pun turun dari mobil dan Mas Yusuf menyerahkan kunci pada satpam yang berada di depan rumah minimalis bertajuk modern ini.

"Masukin ya Mang Acep"

"Baik Mas. Alhamdulillah akhirnya Mas Yusuf benar-benar kembali ke rumah ini."

Ucapan orang yang Mas Yusuf panggil dengan sebutan 'Mang Acep' pun berhasil membuatku mengernyitkan dahi.

"Alhamdulillah Mang. Akhirnya saya juga bisa kembali ke sini."

"Ini istri saya Mang. Namanya Naifa." Ucap Mas Yusuf memperkenalkan diriku pada Mang Acep.

"Selamat datang di rumah ini ya Non." Ucap Mang Acep. Aku tersenyum sambil menelungkupkan tangan di depan dada.

Setelah berpamitan kepada Mang Ujang Mas Yusuf pun mengajakku untuk masuk ke rumah ini.

Setelah Mas Yusuf membuka pintunya aku sangat terkejut karena di dalamnya terlihat begitu rapih dan juga bersih.

"Kapan Mas beli rumah ini?." Tanyaku penasaran.

"Dua tahun yang lalu dek. Mas sengaja membeli rumah untuk masa depan Mas. Agar setelah menikah Mas tidak perlu tinggal di rumah Abi lagi."

Aku tersenyum mendengar ucapan dari Mas Yusuf.

"Rumah ini memang tidak sebesar rumah Abi maupun rumah kamu dek. Tapi insyaallah rumah ini muat untuk kita tinggali bersama anak-anak kita kelak."

"Kamar kita di atas dek." Ucap Mas Yusuf sambil menunjukkan tangannya ke atas.

Aku dan Mas Yusuf berjalan menaiki anak tangga menuju kamar utama yang akan kami tempati di lantai atas.

Diary Naifa [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang