EMPAT PULUH ENAM

61 5 0
                                    

"Kata beliau, takdir milik Allah. Tapi do'a dan usaha adalah milik kita"

_anonim

🍁🍁🍁

Seperti yang telah di rencanakan, hari ini adalah hari dimana Yusuf dan Naifa akan melakukan program hamil di Rumah Sakit.

Setibanya di sana, Keduanya langsung masuk ke ruangan Haris, karena memang sudah membuat janji terlebih dulu.

Sebelum Naifa dan Yusuf masuk, ponsel Yusuf berdering, menandakan ada panggilan masuk dari seseorang.

"Dek, kamu masuk duluan ya!" titah Yusuf pada Naifa.

"Mas angkat telepon dulu, nanti Mas nyusul."

Naifa menganggukkan kepalanya. Setelah kepergian Yusuf, Naifa masuk ke dalam ruangan Haris setelah sebelumnya mengucapkan salam.

"Silahkan duduk, Nai," ujar Haris.

Naifa duduk berhadapan dengan Haris, sahabat suaminya dan suami dari sahabatnya.

"Dimana Yusuf?" tanya Harus, karena bingung dia hanya mendapati Naifa seorang saja.

"Mas Yusuf lagi angkat telepon dulu, katanya nanti nyusul," jawab Naifa dengan senyuman hangat.

Haris menganggukkan kepalanya.

"Apa saya bisa hamil, Dok?" tanya Naifa langsung kepada Haris.

Haris sebenarnya ingin menyampaikan hal ini pada Yusuf langsung, karena ia tidak tega jika harus mengatakan hal ini pada Naifa.

Haris menatap ke atas meja, di mana ada banyak berkas yang berserakan di sana. Haris masih diam, bingung ingin memulai pembicaraan dari mana.

Tak kunjung mendapatkan jawaban, Naifa bertanya sekali lagi.

"Maaf, Nai. Kemungkinan besar, kamu akan sulit hamil."

Duar.

Naifa kaget bagai di sambar petir di siang hari, otaknya masih mencerna ucapan dari Dokter Haris.

Dokter Haris menceritakan secara detail hasil dari pemeriksaannya beberapa waktu lalu. Semua berkas itu adalah riwayat penyakit Naifa dari 4 tahun yang lalu. Haris mendapatkan itu dari Yusuf, tanpa sepengetahuan Naifa.

"Saya sudah menceritakan ini pada Yusuf, Nai. Saya pikir, Yusuf sudah menceritakan segalanya padamu."

Naifa memegang dadanya. Rasanya sesak, amat sesak. Penantian selama ini terasa begitu hampa.

"Tapi Dokter Haris tidak memeriksa saya secara keseluruhan, apa ada kemungkinan saya bisa hamil? Tolong saya." suara Naifa mengecil di iringi dengan isakan tangis.

Haris tidak tega melihat Naifa. Akhirnya, Haris memeriksa ulang kondisi Naifa. Saat sedang dalam pemeriksaan, Yusuf membuka pintu ruangan di iringi salam.

Yusuf tersenyum kikuk saat melihat Naifa terbaring di brankar, Harus benar-benar memeriksa Naifa dengan bantuan perawat.

Setelah selesai, Naifa kembali duduk dan Haris menceritakan hasil pemeriksaannya.

"Qadarullah, ada 30 persen kesempatan kamu untuk hamil lagi, Nai. Itu memang terbilang kecil, tapi ini lebih baik"

"Kemarin, Yusuf membawa rekam medis kamu, dan saya menyimpulkan kamu hanya memiliki kesempatan 5 persen saja, tapi ini sebuah keajaiban," ucap Haris.

Naifa dan Yusuf mengucap kalimat Hamdalah secara bersamaan. Kabar baik ini seakan mengobati luka masalalu yang sering kali menghantui Naifa.

"Saya akan memberikan resep vitamin untuk Naifa." Haris mencatat semua vitamin pada selembar kertas dan memberikannya pada Yusuf.

Diary Naifa [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang