EMPAT PULUH

87 5 0
                                    


"Ketika kecewa pun aku tak mampu melihat mu tak berdaya seperti itu"

_Naifa Hasna Zulaikha_

🍁🍁🍁

Suara riuh ambulance menggema membelah jalanan kota Bandung yang lenggang. Naifa memeluk Yusuf dan tak henti menangis sedari tadi. Dua orang perawat menempelkan beberapa alat medis pada tubuh Yusuf.

"Suster, tolong selamatkan suami saya," ucap Naifa di tengah isak tangisnya.

"Kami berusaha semaksimal mungkin, Bu, kami hanya bisa mencegah agar pasien tidak kehilangan banyak darah," ucap salah satu perawat.

20 menit perjalanan akhirnya ambulance tiba di rumah sakit kota Bandung. Naifa turun dari ambulance di susul dengan dua orang perawat yang berusaha mengeluarkan brankar dari dalam mobil.

"Ruang UGD, siap," ucap salah satu perawat.
Ruang UGD sendiri tepat berada di bagian depan area rumah sakit. Naifa mencoba untuk ikut masuk kedalam namun dihalangi oleh perawat itu.

Naifa mondar-mandir di depan ruang UGD, berpikir keras bagaimana jika terjadi sesuatu dengan suaminya itu. Salah seorang perawat menghampiri Naifa untuk mengisi beberapa formulir yang diperlukan. Naifa dengan cepat mengisi semua itu.

****

Andre berjalan kesana-kemari mencari keberadaan kedua orangtuanya. Andre cemas, pasalnya dirinya dihubungi oleh Naifa. Terlebih lagi dirinya mendapat kabar tak sedap mengenai kondisi kakaknya.

Setelah berjalan sedari tadi, Andre menemukan kedua orang tuanya yang tengah berbincang hangat dengan para sahabatnya.

Andre berjalan menghampiri Abi Ali dan Umi Indah. Andre mengucapkan salam terlebih dulu. Dan membisikkan sesuatu kepada Abi Ali untuk mengabari masalah Abangnya itu.

"Innalilahi." Abi Ali mengelus dadanya dan mengucapkan istighfar berkali-kali untuk menghapus rasa takutnya. Abi Ali diam sejenak, mencoba mencerna setiap kata yang di keluarkan oleh Andre, putera keduanya itu.

"Ada apa ini Bang?," tanya Umi Indah karena merasa aneh dan was-was.

"Yusuf mengalami kecelakaan Umi," ucap Abi Ali merangkul pundak istrinya itu.

"Bagaimana ceritanya Abi? Tadi Abang ada disini sama kita. Kenapa dia biasa mengalami kecelakaan?," tanya Umi Indah sambil menangis sesenggukan.

Andre sangat miris melihat kedua orangtuanya. "Mbak Nai yang kabari aku, Umi."

"Nai- Naifa maksud kamu?" tanya Umi Indah penasaran. Andre hanya mengangguk.

"Sebaiknya kita tetap tenang, Umi. Disini acara pernikahan belum selesai, baiknya kita tetap tenang dan jangan dulu memberitahu masalah ini pada kiyai Zainal," ucap Abi Ali memberikan sarannya.

Andre mengangguk paham. "Dre, kamu bawa Umi ke mobil terlebih dulu. Biar Abi yang bicara sama kiyai Zainal."

"Iya Bi, ayo Umi." Andre merangkul pundak Umi Indah dan memapahnya menuju mobil di parkiran. Sedangkan Abi Ali, beliau mencoba pamit sebentar kepada kiyai Zainal.

****

Kejadian tadi membuat Naifa hilang rasa beberapa saat. Dalam benaknya masih terbayang tentang kejadian yang menimpa suaminya.

"Ya Allah, kenapa aku sangat keras kepala. Andai aku tadi berhenti dan tidak berlari, mungkin kejadian ini gak akan terjadi," ucap Naifa di sela Isak tangisnya. Naifa merutuki sikap kekanak-kanakannya.

Gamis berwarna sage yang ia kenakan sudah terlumuri darah suaminya, bahkan dirinya tidak menyadari luka yang berada di lututnya yang cukup cukup. Naifa hanya bisa menangis tanpa tahu apa yang haru ia perbuat sekarang.

Diary Naifa [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang