Setelah kejadian sore itu, Shanum dan Aksa akan saling membuang muka setiap kali berpapasan di sekolah. Bahkan wajah Shanum saat melihat Aksa seperti sudah benar-benar muak. Sampai Caca bingung ada apa dengan sahabatnya satu itu.
"Sha, lo di panggil Bu Yesi di kantor."
Salah satu teman sekelas Shanum memberi tahu hal tersebut. Ia segera beranjak dari duduknya dan pergi menuju kantor guru. Ternyata wali kelas dari IPS 4 tersebut memberi tahu Shanum untuk ikut berpartisipasi dalam sebuah olimpiade yang diadakan dua bulan lagi. Bu Yesi meminta Shanum untuk memikirkannya baik-baik.
"Oh iya, sama ini," Bu Yesi memberikan beberapa lembar kertas berisi materi dan soal-soal, "Tolong ya, kasihin ke Alaska IPS 4. Kamu IPS 1 kan?"
"Eh, iya, Bu."
"Nah, tolong ya, sekalian lewat."
Shanum mau tak mau mengangguk menyetujui. Di koridor gadis itu mencoba melihat apa isi kertas-kertas tersebut. Tampaknya Aksa disuruh mempelajari materi dan mengerjakan tugas yang tertinggal selama ia membolos kemarin.
Sebuah kebetulan, Aksa baru saja keluar dari kelasnya. Shanum dengan cepat menghadang cowok itu membuat Aksa membulatkan mata kaget bertanya ada apa.
"Ini, gue di suruh Bu Yesi," jawabnya memberikan lembaran-lembaran kertas tersebut.
"Oh, thanks."
Shanum memutar bola mata malas, segera bergeser kembali melanjutkan langkah menuju kelasnya.
"Woi, bentar!" Aksa berlari gantian menghadang cewek itu, "Ikut gue sebentar."
"Nggak!" tolak Shanum mentah-mentah.
"Bentar doang!"
"Ngapain? Nggak mau!"
Aksa menarik lengan gadis itu, menyeretnya entah kemana membuat orang-orang di koridor jadi menoleh memperhatikan mereka.
Mereka sampai di kantin. Shanum duduk di kursi dengan Aksa yang berdiri disebelahnya. Cowok itu memiringkan kepala lalu bertanya, "Lo suka apa?"
"Hah?" Shanum mendongak bingung, "Maksud lo apaan?"
Aksa mendecak, "Gue traktir cepet."
Lagi-lagi Shanum membuka mulut tak mengerti. Ia menjetikkan jari tersadar akan sesuatu, "Ah, gue tahu! Lo pasti mau nyogok gue kan biar gue nggak bilang soal lo ke Sila?"
"Sok akrab banget lo nyebut nama adek gue?"
Shanum mengumpat.
"Buruan, elah. Terserah lo mau anggapnya gimana. Mau anggap gue lagi modus juga gapapa,"
Shanum memasang wajah jijiknya, "Gue tahu disini ramai tapi please nggak usah sok manis kayak gitu gue nggak tahan mau nonjok!"
Setelah adegan adu mulut diatas, Shanum memutuskan untuk memesan mie ayam karena ia belum makan siang. Shanum pikir, ia akan makan sendirian dan Aksa pergi setelah membayar makanannya. Tapi ternyata ia malah ikut memesan makanan dan duduk di depan Shanum seperti sekarang.
Gadis itu memejamkan mata sambil menghembuskan nafas. Ia bisa merasakan tatapan orang-orang yang kini mengarah padanya. Dengan perlahan, Shanum mengangkat mangkuk mie ayam nya, hendak pindah ke meja yang lain.
Aksa melirik gadis itu, "Mau kemana lo? Duduk."
Shanum mendecak sebal, "Gue nggak mau duduk sama lo!"
"Duduk atau mie ayam lo nggak gue bayar!"
Sial. Shanum kembali duduk, memakan mie ayamnya dengan perasaan kesal. Bisa saja ia membayar mie ayamnya sendiri. Tapi sayangnya, uang sakunya tertinggal di dalam tas.
KAMU SEDANG MEMBACA
Nevertheless
Fanfic[ ON-GOING ] Shanum pikir, pertemuannya dengan Aksa di jam sebelas malam itu adalah pertemuan yang pertama dan terakhir baginya. Tapi siapa sangka, Shanum malah menyeret Aksa yang tidak tahu apa-apa ke dalam masalah pribadinya. "Please, kali ini aja...