Hidup Aksa selalu berkecukupan sejak kecil. Ayahnya adalah seorang pengacara yang selalu sibuk setiap harinya. Sementara ibunya mempunyai toko kue yang lumayan besar di dekat rumah mereka. Aksa selalu merasa beruntung mempunyai orang tua sebaik Ayah dan Bundanya. Sungguh, Aksa merasa keluarganya adalah keluarga yang paling sempurna di dunia.
Sampai perempuan itu datang merebut sang ayah.
Aksa sama sekali tak tahu menahu apapun soal ayahnya dan perempuan tersebut. Sampai setahun yang lalu saat ia melihat sang ayah memberikan surat cerai pada bunda dengan begitu santainya.
Perempuan itu pun ikut serta.
Kaki penuh dosa perempuan itu memasuki rumahnya. Menginjak lantai rumah yang setiap hari dibersihkan oleh sang ibu.
Aksa tak terima.
Bagaimana bisa ayah mencampakkan bunda begitu saja demi perempuan tersebut? Bagaimana bisa ayah mencampakkan bunda yang sudah menemaninya selama belasan tahun demi perempuan yang baru ditemuinya beberapa bulan?
"Saya Lea. Salam kenal, Alaska."
Aksa jelas tahu perempuan ini terpaut jauh dari usia sang ayah. Senyumnya begitu manis namun membuat Aksa muak. Yang Aksa tahu, perempuan bernama Lea ini berasal dari keluarga kaya. Jadi.. ia mendekati ayahnya bukan karena uang? Lantas apa?
"Cinta?"
"Ya, lo pikir cewek cowok nikah tuh karena apa, anjing?" balas Eric emosi saat Aksa bertanya kenapa bisa lelaki dan perempuan menikah dan tinggal bersama untuk waktu yang lama.
Aksa tak percaya pada cinta. Kalau memang ayahnya mencintai bunda, kenapa ia pergi ke perempuan lain? Padahal bunda juga mencintainya kan? Apa cinta yang diberikan Lea jauh lebih besar daripada bundanya?
Aksa sama sekali tak mengerti.
Setelah resmi bercerai, ayah keluar dari rumah. Uang tetap di kirim setiap bulan untuk biaya sekolah Aksa dan Sila. Tidak untuk biaya keseharian mereka.
Bunda menjual rumah mewah mereka dan memutuskan untuk tinggal di apartemen. Toko kue bunda berjalan lancar sebagaimana semestinya. Sampai ia di vonis menderita leukemia.
Lutut Aksa lemas seketika mendengar penuturan dari dokter yang menangani ibunya tersebut. Bunda harus menjalani rawat jalan sampai sekarang. Beberapa minggu yang lalu, bunda sempat kambuh dan dilarikan ke rumah sakit.
Aksa frustasi memikirkan kehidupannya. Bunda memang punya tabungan yang cukup banyak. Namun, biaya rumah sakit itu sama sekali tidak sedikit. Ia berpikir keras. Dari mana ia harus mendapatkan uang?
"Mau join nggak? Lo cukup kasih ke kita sepuluh juta. Kalau lo menang, lo bisa dapat sepuluh bahkan dua puluh kali lipatnya."
Aksa menerima tawaran yang Rehan ajukan beberapa bulan yang lalu. Tak disangka, di pertandingan pertamanya, Aksa menang telak. Membuat Rehan bersorak bangga segera merangkulnya memamerkan cowok itu pada temannya yang lain.
Ini candu.
Aksa merasa bebas saat melakukannya. Lagi, ia mendapatnya uang dalam jumlah banyak hanya dengan memenangkan pertandingan ini.
Hari itu, Aksa mengendarai motornya dengan kecepatan cepat menuju arena yang seperti biasa mereka lakukan untuk pertandingan. Namun, kejutan datang tiba-tiba. Ada seorang gadis sedang berjalan santai tanpa tujuan di gelapnya malam. Terlebih lagi dengan seragam yang tak asing yang dipakainya.
"Woi! Minggir!"
Aksa tak sempat menekan rem. Ia membelokkan stir sampai terjatuh hampir menabrak tiang listrik disana. Cowok itu membuka helm dengan tergesa, segera menghampiri gadis yang hampir saja di tabraknya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Nevertheless
Fanfiction[ ON-GOING ] Shanum pikir, pertemuannya dengan Aksa di jam sebelas malam itu adalah pertemuan yang pertama dan terakhir baginya. Tapi siapa sangka, Shanum malah menyeret Aksa yang tidak tahu apa-apa ke dalam masalah pribadinya. "Please, kali ini aja...