Hujan turun.
Kegiatan literasi bersama yang diadakan Aksara Nusa setiap hari rabu terpaksa dibatalkan. Siswa diminta untuk melakukan kegiatan literasi mereka di kelas masing-masing. Mereka diperbolehkan untuk membawa novel, cerpen, dan buku apapun kecuali komik bergambar.
"Lo beli novel dimana, Sha?" tanya Vio membolak-balikkan buku tebal dengan sampul berwarna tersebut, "Tebel banget."
"Dibeliin Papa gue," jawab Shanum nyengir, "Ini hadiah ulang tahun gue yang ke dua belas."
Caca menyahut, "Lo mah seneng baca dari kecil ya," katanya manggut-manggut mengerucutkan bibir, "Emangnya gue."
Vio terbahak disampingnya.
"Eh, buku lo sama kayak punya Shanum!" Caca tiba-tiba beringsut menghampiri meja Jeno, mengambil buku cowok itu yang sama persis seperti milik Shanum, "Wah, murid pinter emang beda."
Caca membuka lembaran demi lembaran, menemukan beberapa ilustrasi bergambar disana. Vio yang penasaran jadi mendekat, sementara Shanum tetap betah duduk di kursinya.
"Kalian seleranya sama ya," celetuk Vio membuat keduanya menoleh, "Nggak heran."
Pandangan Shanum bertemu dengan Jeno. Gadis itu mengerjap berusaha mengalihkan pandangan dengan menatap ke arah Vio dan Caca.
"Kita kan temen," balas Shanum membuat Jeno jadi menoleh ke arahnya, "Kita punya selera yang sama, maka dari itu kita temenan."
Jeno sukses terdiam tak bisa membalas.
...
Shanum menenteng tas besar berwarna putih ditangan. Ia menggerutu, jelas kesulitan membawanya. Bahkan ia harus menitipkan barang tersebut di ruang piket selama pelajaran berlangsung. Beberapa orang yang lewat di koridor jadi melirik gadis itu tapi tak ada yang berniat membantu.
Entah apa isi tas tersebut Shanum pun tak tahu. Tas itu adalah pemberian Lea, wanita dua puluh delapan tahun tersebut menyuruh Shanum untuk memberikannya pada Aksa. Shanum jadi kesal sendiri mengingatnya, kenapa tantenya itu tidak memberikan secara langsung saja?
"Tante banyak kerjaan hari ini. Lagian itu dari ayahnya Aksa, jadi tolong kamu sampaikan ke Aksa dengan benar."
Gadis itu melengos, kembali menyeret kedua kakinya susah payah. Setelah sampai, Shanum akhirnya bisa bernafas lega. Melirik sana-sini ke sekitar memastikan bahwa tak ada orang disana apalagi mengikutinya.
"Dor!"
Shanum terlonjak kaget segera membalikkan badan dan mendapati Aksa yang tertawa senang karena berhasil membuat Shanum menjerit ketakutan.
"Nggak lucu tahu nggak!?" bentak Shanum marah, "Gue kira setan!"
"Mana ada setan ganteng," balas Aksa percaya diri. Cowok itu terkekeh, merengek minta ampun saat Shanum mengancam akan memukulnya menggunakan tumpukan kayu yang ada disana.
Aksa melipat kedua tangan, "Ngapain sih minta ketemu di tempat kayak gini?"
"Kalau kita ketemu di area sekolah, lo sama gue bakal di omongin lagi!" omel Shanum mendengus sebal. Ia tentu muak dengan para gadis di sekolah yang bergunjing tentangnya dan Aksa.
![](https://img.wattpad.com/cover/328806857-288-k658134.jpg)
KAMU SEDANG MEMBACA
Nevertheless
Fanfiction[ ON-GOING ] Shanum pikir, pertemuannya dengan Aksa di jam sebelas malam itu adalah pertemuan yang pertama dan terakhir baginya. Tapi siapa sangka, Shanum malah menyeret Aksa yang tidak tahu apa-apa ke dalam masalah pribadinya. "Please, kali ini aja...