warn!: long chapter, 2615 words...
Setelah menyelesaikan sarapan pagi dan membersihkan diri, seluruh siswa diminta untuk berbaris sesuai kelasnya masing-masing. Beberapa guru seperti Pak Teja, Pak Wira, Bu Yesi, Bu Ina juga Lea datang bergantian. Mereka memakai kaos olahraga Aksara Nusa yang di desain khusus untuk para guru. Sementara murid-muridnya memakai baju bebas.
"Tujuan kita kesini tentunya adalah healing sebelum ujian ya, anak-anak." Pak Wira berbicara menggunakan mic, "Dan kita juga harus menyatu dengan alam."
"Kita kan bukan anak IPA, Pak!" sahut Angga berteriak dari barisan belakang. Yang lain jadi tertawa mendengarnya.
Pak Wira berdeham sebentar sebelum melanjutkan, "Kita disini untuk bersenang-senang tapi nggak lupa untuk belajar. Banyak yang bisa di pelajari dari alam sekitar kita. Contohnya hal-hal kecil yang kadang sering di anggap remeh. Ada yang bisa kasih contoh?"
"Nggak ada!!"
"Capek, Pak, mau duduk!"
"Kita mau ngapain ini, Pak!?"
"Kalian ini.." Pak Wira geleng-geleng, "Masih pagi udah ngeluh capek. Kita tuh harus menikmati udara pagi, menikmati sejuknya udara Bandung."
"Pegel, Pak!!!!"
Guru-guru lain tertawa mendengar muridnya berteriak meminta Pak Wira menyudahi sesi ceramahnya. Mic diambil alih oleh Bu Ina, guru kesenian yang selalu tampak awet muda. Beliau menjelaskan bahwa mereka akan bermain sebuah games. Mula-mula salah satu guru disana akan mengambil acak sebuah gulungan kertas yang berisi nama-nama anak murid mereka. Lalu nama yang tertera disana akan disuruh maju dan diberi pertanyaan sesuai kertas yang dipilihnya.
Siswa-siswi diminta untuk duduk.
"Bu!" Eric mengacungkan tangan, "Guru-gurunya ikutan dong, Bu! Masa kita doang!"
"Setuju nggak nih, Bapak Ibu?" tanya Bu Lea sedikit terkekeh yang dibalas anggukan oleh guru-guru lain.
Permainan dimulai.
Bu Ina mengambil sebuah kertas secara acak dan membukanya, "Vanesha IPS 2!"
Sorakan langsung terdengar. Teman-teman sekelasnya mendorong-dorong gadis itu agar segera berdiri ke depan. Dengan langkah malu-malu, gadis bernama Vanesha tersebut mengambil kertas berisi pertanyaan yang langsung dibacakan oleh Bu Ina.
"Siapa guru yang paling ngeselin di Aksara Nusa?"
"WAHHHH!!!"
"Sebut, Nes, sebut!"
Bu Ina terbahak membacanya, "Siapa nih, Vanesha? Ada disini nggak orangnya?"
Dengan suara pelan Vanesha menyebutkan nama guru sosiologi Aksara Nusa. Kumpulan orang itu kembali bersorak, bahkan menyuruh Bu Ina untuk menelepon Bu Jule yang merupakan guru sosiologi mereka.
Permainan berlanjut. Kali ini nama Pak Wira yang disebut Bu Ina membuat semua murid bersorak senang meledek guru olahraga mereka satu itu.
"Pertanyaannya, siapa teman sekelas yang paling ngeselin," Bu Ina melipat kembali kertas tersebut, "Kita ganti aja ya pertanyaannya. Jadi siapa murid paling ngeselin menurut Pak Wira?"
Pria berumur tiga puluh sembilan tahun itu menggeleng pelan, "Nggak ada. Bagi saya semuanya anak-anak yang baik dan seru."
"Jangan bohong, Pak!"
"Sebut aja, Pak, namanya!!"
Mereka berteriak meminta Pak Wira untuk menyebutkan nama siswa paling menyebalkan menurutnya tersebut. Pak Wira menghela nafas, mengambil alih mic dari tangan Bu Ina.
KAMU SEDANG MEMBACA
Nevertheless
Fanfiction[ ON-GOING ] Shanum pikir, pertemuannya dengan Aksa di jam sebelas malam itu adalah pertemuan yang pertama dan terakhir baginya. Tapi siapa sangka, Shanum malah menyeret Aksa yang tidak tahu apa-apa ke dalam masalah pribadinya. "Please, kali ini aja...