Jeno tak tahu semua ini berawal darimana. Jeno tak tahu perasaannya pada Shanum muncul sejak kapan. Apakah sejak mereka terpaksa melakukan piket kelas berdua karena teman-teman yang lain kabur? Atau sejak ikut olimpiade bersama tahun lalu? Atau malah.. sejak mereka resmi menjadi siswa Aksara Nusa? Yang Jeno tahu pasti, ia sudah lama menyukai Shanum. Dan sepanjang itulah Shanum tak mengetahuinya.
Apa yang membuat Jeno jatuh hati pada gadis itu?
Tentu saja gadis itu sendiri. Jeno menyukainya karena Shanum orangnya. Gadis itu lebih dari kata baik. Sampai Jeno tak mau merusak pertemanan mereka dengan perasaannya. Bagi Jeno, menjadi teman yang diandalkan oleh Shanum sudah lebih dari cukup baginya. Cowok itu hanya perlu berada dibelakang Shanum, memperhatikan tanpa harus memberi tahu perasaan yang sebenarnya.
Sampai berita Aksa dan Shanum yang katanya berpacaran menyebar ke penjuru sekolah. Aksa yang notabene nya murid bermasalah dan hobi mengoleksi wanita seperti kata Eric tentu saja dikenal oleh seluruh siswa Aksara Nusa. Bahkan mendengar namanya saja bisa membuat beberapa murid bergidik ngeri segera menjauh.
Awalnya Jeno tak percaya. Karena selama ini jangankan melihat Shanum dan Aksa mengobrol, melihat mereka saling lirik pun tak pernah. Walaupun berada di angkatan dan jurusan yang sama, Shanum tak mengenal banyak orang. Temannya pun tak banyak. Hal itulah yang membuat Jeno yakin bahwa berita di atas hanya rumor semata.
Nyatanya semua itu benar. Jeno mendengar jawaban itu langsung dari mulut Shanum sendiri.
"Iya, gue pacaran sama Aksa."
Jeno merasa marah dan tak adil. Bagaimana bisa Aksa yang tidak melakukan apa-apa tiba-tiba menjadi kekasih Shanum? Sedangkan dirinya yang selama ini ada di samping Shanum seolah terabaikan. Gadis itu sama sekali tak meliriknya, tak melihatnya lebih dari seorang teman.
"Lo berantem sama Aksa?" tanya Jeno di jam istirahat kedua saat Shanum sedang menghapus papan tulis.
Shanum mengernyit, "Enggak tuh. Kenapa?"
Jeno menggeleng pelan, menjawab pendek bahwa ia hanya ingin bertanya saja. Lama kelamaan, Jeno bisa menerima fakta bahwa kini Shanum berpacaran dengan salah satu teman dekatnya.
Saat mendengar Shanum diculik oleh kawanan pembalap liar penantang Aksa di arena, rasanya darah Jeno seolah mendidih. Entah kenapa merasa marah pada Aksa yang tak bisa menjaga gadisnya dengan benar. Bodoh. Kalau Aksa tak bisa, kenapa tidak Jeno saja?
Tidak. Jeno tidak boleh membenci Aksa.
Yang terpenting adalah Shanum. Jika gadis itu baik-baik saja, Jeno tak masalah dengan hal lainnya.
...
Lapangan terlihat ramai karena murid IPS 4 sedang berkumpul disana bersama Pak Teja. Mereka melakukan pertandingan bola voli antar regu sebagai pembelajaran olahraga hari ini. Beberapa siswa jadi mengintip melihat dari depan kelas, ikut menyemangati mereka.
Kelas IPS 1 sedang jam kosong. Guru kesenian mereka berhalangan hadir. Shanum memanfaatkan waktu tersebut untuk menghampiri Aksa di lapangan. Sudah mencari kesana kemari, cowok itu sama sekali tak terlihat batang hidungnya. Shanum memutuskan untuk bertanya pada Jaffran yang duduk di pinggir lapangan.
"Jaffran, lihat Aksa nggak?"
Yang ditanya menoleh, "Kayaknya tadi dia ke kantin deh. Lo coba kesana aja."
Eric disebelah Jaffran jadi ikut memperhatikan.
"Oh, oke. Makasih ya,"
Selepas kepergian Shanum, Jaffran menyeletuk pelan, "Dari deket beneran cakep banget ya."
KAMU SEDANG MEMBACA
Nevertheless
Fanfiction[ ON-GOING ] Shanum pikir, pertemuannya dengan Aksa di jam sebelas malam itu adalah pertemuan yang pertama dan terakhir baginya. Tapi siapa sangka, Shanum malah menyeret Aksa yang tidak tahu apa-apa ke dalam masalah pribadinya. "Please, kali ini aja...