Shanum sama sekali tidak dekat dengan kedua orang tuanya. Sejak kecil, orang tua Shanum jarang berada di rumah. Keduanya sibuk dengan urusan bisnis mereka masing-masing. Yang Shanum tahu, papanya adalah seorang lelaki yang dingin dan tegas. Karena kepribadiannya itu lah mama selalu tidak bisa menolak semua perintah papa. Mama juga selalu meminta persetujuan papa atas semua hal yang dilakukannya.
Entah hal gila apa yang membuatnya berani menjodohkan Shanum dengan anak salah satu sahabatnya tanpa memberi tahu sang suami.
"Batalin."
"Apa? Tapiㅡ"
"Shanum pergi dari rumah dan kamu tetap bersikeras untuk melakukan perjodohan tersebut!? Pikirin soal anak kamu, Tara!"
"Aku ngelakuin semua ini demi Shanum!"
Papa menghela nafas kasar, "Kamu sama sekali nggak berubah sejak dulu, Tara." ujarnya tajam, "Batalin semuanya atau aku ikut pergi membawa Shanum."
"Gitu, Non." Bi Hesti mengakhiri ceritanya, "Akhirnya Nyonya pergi deh nyusulin Non Shanum."
"Ah.. gitu ya.." Shanum mengolesi selai strawberry ke roti di tangannya, "Aku nggak tahu kalau Papa bakal pulang."
"Emang mendadak banget, Non. Nyonya juga kaget."
Shanum mendongak menatap Bi Heti dengan senyuman kecil di bibir. Gadis itu kembali fokus dengan dua buah roti didepannya. Ia tak menyangka papanya akan berbuat seperti itu demi dirinya.
"Morning."
Shanum menoleh kaget melihat papanya masuk ke dalam dapur, "Morning, Pa."
"You have had breakfast?"
"Yeah, an hour ago. But, aku lapar lagi jadi bikin roti aja."
Papa tersenyum, mengusap rambut Shanum pelan, "Oh ya, Bi, tolong buatin kopi ya."
"Siap, Tuan."
Lelaki itu mengangguk sekilas, kini mendudukkan dirinya di kursi samping Shanum, "Gimana sekolah kamu?"
"Everything went smoothly. Aku ikut olim seminggu lagi,"
"Congrats, dear. Papa bangga sama kamu." balasnya lagi-lagi tersenyum, "Semoga menang ya."
Shanum mengangguk kecil balas tersenyum. Ia melirik sang ayah yang sedang mengambil roti. Ternyata.. papanya tidak seburuk yang ia kira.
...
"Mbak, mau kemana?" Shanum bertanya pada Mbak Yuni yang terlihat berjalan keluar rumah.
"Mau ke supermarket, Non. Kenapa? Mau nitip sesuatu?"
"Eh, enggak." ia menggeleng pelan, perlahan kembali menuruni anak tangga, "Aku mau ikut. Boleh?"
"Kata Mama beli buah apa, Mbak?" Shanum memberhentikan troli yang didorongnya.
"Semangka, jeruk, anggur, sama.. apel, Non. Non Shanum kalau mau sesuatu beli aja katanya."
Shanum mengangguk, "Kalau gitu aku kesana ya,"
"Trolinya disini aja ya, Non. Biar nanti buahnya bisa langsung di taruh soalnya berat."
"Iya, Mbak."
Shanum berpisah dengan Mbak Yuni disana. Shanum memilih untuk membeli buah-buahan dengan Mbak Yuni yang entah membeli apa. Ia sempat melihat isi list belanjaan yang ternyata memuat banyak barang yang diberikan mamanya pada asisten rumah tangga satu itu.
KAMU SEDANG MEMBACA
Nevertheless
Фанфик[ ON-GOING ] Shanum pikir, pertemuannya dengan Aksa di jam sebelas malam itu adalah pertemuan yang pertama dan terakhir baginya. Tapi siapa sangka, Shanum malah menyeret Aksa yang tidak tahu apa-apa ke dalam masalah pribadinya. "Please, kali ini aja...