"Senengnya Bunda hari ini pulang,"
Aksa tersenyum lebar kemudian memeluk sang ibu dari samping, "Kan Aksa udah bilang Bunda pasti sembuh, pasti bisa pulang."
Bunda ikut tersenyum, mengelus rambut anak sulungnya tersebut, "Hari ini Bunda mau masak spesial buat kalian."
"Noooo! Hari ini kita beli aja, okay? Bunda kan baru pulang. Nggak boleh capek-capek,"
Bunda mau tak mau mengangguk, lagi-lagi memuji putranya yang kini sudah tumbuh besar dengan wajah tampannya. Mereka sampai di parkiran rumah sakit. Aksa segera mengeluarkan ponsel untuk memesan taksi online. Ibu dua anak itu tiba-tiba teringat sesuatu.
"Bunda mau tanya,"
Aksa menoleh sepenuhnya, "Tanya apa?"
"Sebelum kamu datang tadi, bagian administrasi datang ke ruangan Bunda. Katanya.. kamu yang bayar semuanya?" tanya Bunda membuat Aksa jadi mengerjap sadar bersiap untuk mencari alasan yang tepat, "Kamu dapat uang dari mana, Aksa, sebanyak itu?"
"Kerja dong, Bunda!" jawabnya cepat, "Bunda tahu Jaffran kan? Temen Aksa yang tajir itu. Nah, Aksa minta tolong sama dia buat cariin kerjaan."
Bunda menghela nafas lega, "Bener nih?"
Aksa manggut-manggut.
"Tapi nggak ganggu kegiatan kamu di sekolah kan?"
"Enggak," balas Aksa kini merangkul sang ibu, "Bunda tenang aja. Selama Bunda sehat, semuanya bakal baik-baik aja."
...
Hari senin kembali datang. Sama seperti siswa lainnya, Shanum sangat membenci hari senin. Kenapa?
"Gue males banget upacara!!!!" seru Shanum melempar topi sekolahnya ke meja, "Gue mau ke UKS aja."
"Bu Yati keliling, Sha."
Kini Shanum terpaksa ikut berbaris di antara teman-teman sekelasnya. Gadis itu mengibas-ngibaskan topinya ke arah wajah. Panas.
"Lo tahu nggak kenapa matahari tuh panas?" tanya Caca tiba-tiba, "Soalnyaㅡ"
"Nggak usah ngelawak, nggak bakal lucu." potong Vio membuat Caca cemberut segera memukul bahunya.
"IPS 4! Ini siapa yang bertugas jadi pemimpin upacara!?" teriak Bu Yati di tengah lapangan.
Kebetulan, minggu ini adalah giliran kelas IPS 4 untuk menjadi petugas upacara.
Salah satu siswi IPS 4 menyahut, "Nggak ada yang mau, Bu!"
Bu Yati segera berjalan ke arah barisan kelas IPS 4. Guru BK satu itu menunjuk Aksa yang kebetulan baris di paling depan, "Maju kamu, Alaska! Jadi pemimpin upacara."
"Hah?" Aksa menunjuk dirinya sendiri, "Nggak. Jangan saya, Bu. Jaffran aja."
"Apaan lo, nyet!?" sahut Jaffran tak terima dari arah belakang, "Lo yang di suruh kenapa jadi gue?!"
"Cepat, Alaska! Upacaranya sudah mau dimulai!"
Aksa mendecak, mau tak mau keluar dari barisan menuju lapangan. Sorakan terdengar jelas dari teman sekelasnya membuat murid yang lain jadi menoleh ingin tahu. Shanum yang berdiri di barisan paling belakang mencoba berjinjit penasaran ingin melihat.
"Cowok lo jadi pemimpin upacara katanya," ucap salah seorang teman sekelas Shanum membuat cewek itu segera melebarkan mata kaget.
Sementara itu, Aksa menghampiri Cherry yang bertugas menjadi pembawa acara. Kebetulan gadis itu sedang mencoba memasang mic ke standnya untuk pembina upacara nanti.
KAMU SEDANG MEMBACA
Nevertheless
Fanfiction[ ON-GOING ] Shanum pikir, pertemuannya dengan Aksa di jam sebelas malam itu adalah pertemuan yang pertama dan terakhir baginya. Tapi siapa sangka, Shanum malah menyeret Aksa yang tidak tahu apa-apa ke dalam masalah pribadinya. "Please, kali ini aja...