Setelah absen selama empat hari, Shanum kembali masuk sekolah. Keadaannya sudah lebih baik. Tak ada luka serius. Gadis itu berjalan gontai memasuki area sekolah setelah turun dari mobil supir. Di parkiran terlihat Aksa dan teman-temannya baru sampai. Shanum jadi berhenti memperhatikan mereka sebentar.
Shanum bisa melihat dahi, tangan, bahkan kaki Aksa yang dibalut perban. Ia kembali bisa merasakan sensasi takut, gelap dan dingin malam itu. Lalu menggelengkan kepala berusaha mengenyahkan pikiran tersebut. Shanum berniat untuk menghampiri cowok itu, ingin menanyakan bagaimana keadaannya. Karena sejak hari itu, Aksa tak sekalipun datang menjenguk.
Baru selangkah maju, Aksa berbalik berhasil melihat Shanum yang berdiri tak jauh darinya. Cowok itu diam lantas kembali membalikkan badan berjalan masuk ke dalam gedung sekolah. Temannya yang lain mengerutkan kening tak mengerti ada apa dengannya.
Shanum jadi termangu disana, baru sadar akan sesuatu. Apa.. Aksa sedang menghindarinya?
"Lo ngapain? Nggak masuk?" tanya Jeno mendekat membuat Shanum tersadar segera menjawab pendek.
Gadis itu berlari kecil menyusul Jeno yang berjalan dua langkah didepannya.
...
Shanum menidurkan kepalanya diatas meja, menunggu Caca dan Vio yang pergi ke kantin membelikannya makan siang. Kelas nampak sepi karena sekarang jam istirahat. Hanya ada Shanum dan dua orang lainnya yang sedang mengobrol di sudut kelas.
Pintu kelas sedikit terbuka membuat Shanum bisa melihat jelas Aksa yang baru saja lewat hendak pergi ke kelasnya. Shanum jadi beringsut berdiri, mengambil langkah cepat menghampiri cowok itu.
"Aksa!"
Mendengar namanya di panggil, Aksa menoleh. Matanya mengerjap kaget melihat Shanum disana. Ia segera berbalik kembali melanjutkan langkah namun ditahan oleh si gadis.
"Lo kenapa?"
Aksa melepas kasar cekalan tangan Shanum pada lengannya, "Apaan?"
Shanum meneguk ludah entah kenapa merasa takut, "Lo.. gapapa?" tanyanya menatap ngeri perban-perban yang ada di tubuh Aksa.
Aksa mengangguk singkat namun makah membuat Shanum mendecak merasa tak puas.
"Lo kenapa sih?" desis Shanum mengulang pertanyaan yang sama.
"Apanya yang kenapa?"
"Lo ngehindar dari gue kan?"
Seolah tepat sasaran, Aksa sukses terdiam dibuatnya. Ia mengeraskan rahang, mengibaskan tangan pura-pura tak mengerti apa maksud gadis didepannya.
"Lo nggak jenguk gue padahal Bu Lea nyuruh lo untuk dateng."
Aksa menghela nafas, "Gue jagain Bunda di rumah sakit."
"Waktu kunjung rumah sakit kan nggak dua puluh empat jam."
Aksa mendecak kehabisan kata-kata tak bisa membalas. Cowok itu mengacak rambut, "Ya, terus kenapa? Pengen banget lo gue dateng jenguk?"
"Nggak gitu maksud gueㅡ"
"Lo nggak marah?" potong Aksa bertanya, "Harusnya lo marah."
Shanum menggeleng tak mengerti, "Kenapa gue harus marah?"
"Lo diculik, Shanum." balas Aksa tajam, "Lo diculik, hampir dilecehin, hampir mati gara-gara gue!"
KAMU SEDANG MEMBACA
Nevertheless
Fanfiction[ ON-GOING ] Shanum pikir, pertemuannya dengan Aksa di jam sebelas malam itu adalah pertemuan yang pertama dan terakhir baginya. Tapi siapa sangka, Shanum malah menyeret Aksa yang tidak tahu apa-apa ke dalam masalah pribadinya. "Please, kali ini aja...