Shanum menatap loker miliknya dengan tatapan kosong. Kemudian menghela nafas segera menaruh beberapa buku disana lalu menutupnya.
"Woi,"
Shanum terlonjak begitu menutup loker dan mendapati Aksa disampingnya tiba-tiba.
"Ngagetin mulu lo bisanya!" omel Shanum.
"Pinjem buku catatan geografi lo."
"Buat apa?"
"Ya, buat gue pinjem?"
Shanum memutar bola matanya malas. Tangannya kembali membuka loker biru itu. Aksa yang penasaran bergeser untuk mengintip. Cowok itu membelalak kaget melihat loker Shanum yang penuh dengan coretan.
"Kenapa lo nggak bilang?"
Shanum menoleh, "Bilang apa?"
"Itu," balas Aksa menunjuk, "Loker lo. Pasti gara-gara gue kan?"
Shanum menghela nafas untuk kesekian kalinya, "Biarin lah. Seperti kata lo waktu itu, gue yang memutuskan untuk manfaatin lo. Jadi ya, ini yang harus gue terima." ujarnya santai lalu menggelengkan kepala sambil menyerahkan buku catatannya pada Aksa, "Laku banget lo ya. Keren. Buaya nomor satu Aksara Nusa."
Aksa mendecak sebal, mengambil buku itu kasar lantas berkata, "Sorry. Nanti gue bersihin."
"Apaan?" Shanum mengerutkan kening.
"Loker lo."
"Oh, biarin aja," ia mengibas-ngibaskan tangan santai, "Mereka nyoretnya bukan di bagian depan kok."
"Tetap aja. Loker lo begitu gara-gara gue."
Shanum mengangkat bahu dengan kepala manggut-manggut, "Yah, jangan jadi playboy lagi dong makanya. Alaska kan cuma satu, masa ceweknya banyak?"
Aksa tersenyum miring mendengarnya, "Oh, lo mau jadi the one and only?" candanya.
Shanum langsung mendelik, kembali memutar bola mata segera berbalik pergi menjauh dari Aksa.
...
"Kak Aksa,"
"Oi!" Aksa menyahut santai saat seorang gadis memanggilnya di koridor sekolah, "Kenapa?"
Gadis itu mendekat melontarkan beberapa pertanyaan yang membuat Aksa memiringkan kepala untuk berpikir sebentar.
"Kenapa nggak bilang dari awal, Kak?"
Aksa mengernyit heran, "Gimana?"
"Kalau Kak Aksa emang pacaran sama Kak Shanum, harusnya bilang dari awal. Biar aku nggak berharap apa-apa sama Kak Aksa."
Aksa hanya bisa berdiri diam saat gadis itu berlalu meninggalkannya. Ia mengerjap-ngerjap masih merasa bingung sendiri.
Sejak dulu, Aksa sama sekali tidak tertarik dengan lawan jenis. Lebih tepatnya tidak mau tertarik karena Aksa pikir itu adalah hal yang merepotkan. Sampai ia tahu soal hubungan ayahnya dengan perempuan yang ternyata adalah kepala sekolahnya sekarang. Rasa sakit hati pada ayahnya membuat Aksa marah tak bisa berpikir jernih. Ia mulai mendekati teman-teman perempuan seangkatannya dengan alasan tak masuk akal.
Seperti yang diduga, bagaimana bisa gadis-gadis itu menolak? Aksa punya wajah tampan dan menawan walaupun jelas kabar betapa nakalnya ia sudah tersebar luas.
Kenapa? Kenapa Aksa mendekati semua siswi di Aksara Nusa dengan begitu gampangnya? Apa ia tidak pernah memikirkan perasaan gadis-gadis itu yang jatuh hati padanya?

KAMU SEDANG MEMBACA
Nevertheless
Fanfic[ ON-GOING ] Shanum pikir, pertemuannya dengan Aksa di jam sebelas malam itu adalah pertemuan yang pertama dan terakhir baginya. Tapi siapa sangka, Shanum malah menyeret Aksa yang tidak tahu apa-apa ke dalam masalah pribadinya. "Please, kali ini aja...