Sebelum pergi dari area perkemahan pagi ini, Pak Teja menyuruh mereka untuk bersih-bersih dan membuang sampah yang terlihat di sekitar tenda mereka. Tanpa menunggu, satu persatu dari mereka mulai bergerak mengumpulkan sampah plastik dan semacamnya. Bahu membahu saling menolong satu sama lain.
"Kita nggak bakal pulang sebelum area ini bersih tanpa ada sampah satu pun." tegas Pak Teja.
"Yang bener aja, Pak!?"
Pukul delapan pagi, semua orang mulai menggendong tas mereka bersiap masuk ke dalam bus setelah menyelesaikan tugas dari Pak Teja. Mereka diabsen terlebih dahulu sebelum bus berangkat menuju Aksara Nusa. Sama seperti saat berangkat kemarin, Shanum kembali duduk bersebelahan dengan Aksa. Sepanjang perjalanan, Shanum lebih banyak diam. Selebihnya hanya menjawab pendek saat Aksa bertanya atau mengajaknya bicara.
Shanum menyenderkan kepalanya ke jendela, menatap kendaraan yang berlalu-lalang melewati bus yang dinaikinya. Diam-diam gadis itu melirik Aksa yang kini tertidur. Entah kenapa jantungnya berdebar saat melihat wajah damai Aksa yang tertidur pulas. Shanum meneguk ludah, kembali menerka-nerka perasaan apa yang ia rasakan sekarang.
...
Hari senin kembali datang.
Kali ini Aksara Nusa tidak melakukan kegiatan upacara bendera dikarenakan bel masuk yang berbunyi lebih cepat dari biasanya. Ya, benar. Minggu ini sudah masuk waktu ujian akhir semester.
Semua siswa menjadi lebih sibuk. Kantin pun terlihat sepi karena siswa lebih memilih belajar atau sekedar membaca buku di jam istirahat mereka. Sama halnya dengan Shanum. Gadis itu sibuk dengan buku-buku pelajarannya sejak satu minggu kemarin. Kali ini Shanum harus mendapat tempat pertama dikelas. Ia tidak boleh kalah dari Jeno untuk yang kesekian kalinya.
"Sha,"
Shanum menoleh mendengar suara Jeno yang memanggilnya. Tangannya yang sedang memasukkan alat tulis ke dalam tas jadi terhenti, mendongakkan kepala bertanya pada cowok didepannya.
Ujian hari pertama sudah selesai sejak lima belas menit yang lalu. Kini hanya ada Shanum dan Jeno di dalam kelas. Teman-teman sekelasnya yang lain sudah berhamburan keluar menuju parkiran.
"Lo belum pulang?" tanya Shanum.
Jeno menggeleng, "Lo balik naik apa?"
"Ehm... nggak tahu sih," gadis itu menaikkan kedua bahu, "Kayaknya gue pesan ojek online aja deh." ujarnya sembari menggendong tas.
"Bareng gue aja, mau?"
Shanum menggelengkan kepala, "Eh, nggak usah. Rumah kita kan nggak searah. Gapapa kok, gue naik ojek aja." tolaknya tersenyum canggung. Entah kenapa disaat seperti ini ia malah teringat Aksa. Apa yang akan Aksa lakukan jika ia tahu Jeno mengajaknya untuk pulang bersama? Shanum jadi menebak dalam hati.
"Beneran?"
"Iya," Shanum mengangguk, "Gapapa, santai aja."
Jeno diam sejenak sebelum kembali mengeluarkan suara, "Lo takut Aksa marah ya?"
Shanum mendongak, matanya mengerjap bingung tak tahu harus membalas apa, "Eh, enggak. Gue.. emang pengen pulang naik ojek aja. Lagian rumah kita nggak searah, 'kan?"
Lagi-lagi Jeno terdiam. Kemudian berdeham pelan kembali melanjutkan, "Lo tahu kan?"
"Hm?" Shanum menaikkan kedua alis, "Tahu apa?"
"Kalau gue suka sama lo."
Shanum tersentak, langsung mengalihkan pandangan tak berani menatap wajah Jeno, "Oh, itu... gue.."
KAMU SEDANG MEMBACA
Nevertheless
Fanfic[ ON-GOING ] Shanum pikir, pertemuannya dengan Aksa di jam sebelas malam itu adalah pertemuan yang pertama dan terakhir baginya. Tapi siapa sangka, Shanum malah menyeret Aksa yang tidak tahu apa-apa ke dalam masalah pribadinya. "Please, kali ini aja...