13 : Ibu dan Anak

44 7 0
                                    

Hari ini hari ulang tahun kepala sekolah Aksara Nusa, Andrea Wulandari. Wanita berumur dua puluh delapan tahun itu memutuskan untuk merayakan ulang tahunnya di Aksara Nusa dengan mentraktir semua anak muridnya dengan makanan enak.

Lapangan terlihat ramai dengan siswa-siswi yang berkumpul. Kue besar bertuliskan 'Selamat Ulang Tahun Bu Lea' terlihat jelas di disana. Banyak dari mereka yang sudah tak sabar ingin mencicipi makanan gratis dari ibu kepala sekolah tersebut.

Sementara Shanum menjadi salah satu dari sekian banyaknya siswa yang berkumpul di lapangan. Ia memutuskan untuk menghampiri Lea untuk mengucapkan sepatah dua patah kata.

"Happy Birthday, Tante!" ucap Shanum tersenyum manis.

Lea terkekeh, memeluk keponakannya satu itu, "Thank you, Sayang."

Shanum mengobrol sebentar dengan Lea sampai akhirnya datang seorang pria yang Shanum kenali sebagai suami dari tantenya satu itu. Ia menunduk sopan menyapa ramah, "Halo, Om."

"Halo, Shanum. Udah lama nggak ketemu ya?" balasnya tersenyum kecil.

Shanum hanya mengangguk pelan sebagai jawaban. Gadis itu melirik Lea dan pria tersebut yang tengah berbincang entah membahas apa. Pandangan Shanum jatuh pada name tag milik pria berusia empat puluh dua tahun tersebut.

David Gilang Pranomo.

Mata Shanum berkedip beberapa kali baru menyadari nama belakang pria didepannya ini yang ternyata adalah ayah kandung dari Alaska Sauqi Pranomo. Ia segera menoleh kanan-kiri mencari keberadaan Aksa. Cowok itu sedang berdiri di pinggir lapangan seorang diri. Sementara temannya yang lain heboh berkumpul jauh darinya. Tatapan matanya jelas mengarah pada Lea dan sang ayah.

Shanum segera pamit pergi, "Ah, Tante, aku kesana dulu ya!"

"Okay, have fun!"

Shanum berlarian memecah kerumunan ramai di tengah lapangan. Ia berlari ke arah Aksa dan berhenti didepannya dengan nafas terengah-engah. Aksa yang melihat itu jadi mengernyit heran, "Ngapain lo?" tanyanya.

Shanum berusaha mengatur nafasnya, "Itu, gue..." berpikir keras mencoba mencari alasan yang tepat dan masuk akal, "Oh, gue mau minta nomor bunda lo!" pintanya semangat.

"Buat apaan?" tanya Aksa curiga.

"Buat.. itu.. gue... mau minta diajarin bikin kue!" jawabnya lagi-lagi berbohong, "Kalau nggak salah, katanya bunda lo punya toko kue?"

"Oh iya," balas Aksa seadanya. Kedua manik indah itu kembali menatap lurus ke depan. Shanum jadi menoleh mengikuti arah pandang cowok itu. Aksa menatap ayahnya yang sedang bercanda ria bersama Lea dan guru-guru lain. Entah kenapa hatinya terasa sakit. Padahal ini bukan kali pertamanya ia melihat pemandangan seperti itu.

Shanum yang menyadari hal tersebut segera memanggil nama Aksa sampai atensinya teralihkan.

"Kita ke kantin aja yuk?"

"Ngapain? 'Kan lo tadi minta nomor bunda gue, kenapa malah jadi ke kantin?"

"Eum, gue traktir! Karena kemarin lo udah nganterin gue pulang," jawabnya sambil menarik lengan Aksa menjauh dari lapangan, "Ayo!"

...

Shanum mengaduk kuah sotonya tak minat. Pandangannya kosong menatap ke depan. Entah apa yang ia pikirkan sekarang. Aksa berdehem pelan membuat gadis itu jadi tersentak sadar kembali menyuap makanannya ke dalam mulut.

"Lo.. udah tahu ya?"

"Hm?" Shanum mendongak kaget, "Tahu.. apaan?"

NeverthelessTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang