"Sha, lo kenapa?" tanya Caca memandang wajah lesu Shanum, "Kayak nggak punya semangat hidup aja."
"Emang nggak punya," sahut Vio dari kursi belakang, "Udah diemin aja temen lo itu. Lagi galau,"
Caca mengernyit segera menghampiri Vio, "Dia galau kenapa?"
Yang ditanya mengangkat bahu, "Berantem sama Aksa kali."
Caca mendengus seolah marah mengetahui fakta tersebut, "Si Aksa emang harus ngerasain bogeman gue!"
"Nggak usah sok iye," Vio mengibaskan tangan, "Yang ada lo jadi rempeyek gara-gara si Aksa."
Caca menciut seketika.
Shanum menghela nafas untuk kesekian kalinya, kembali menidurkan kepala di atas meja. Membiarkan wajahnya tenggelam dibalik lipatan tangannya sendiri. Gadis itu masih saja memikirkan perkataan Aksa kemarin. Ia sama sekali tak mengerti apa maksud cowok itu.
Apakah Aksa menyukainya? Apakah kemarin Aksa sedang berusaha mengungkapkan isi hatinya?
"Shanum, Shanum, Shanum, Shanum!!!!!!!!"
Eric memasuki kelas IPS 1 dengan heboh meneriaki nama Shanum. Cowok pendek itu mengernyit heran melihat Shanum yang lesu tak bertenaga.
"Sha," panggilnya menyentuh lengan cewek itu, "Lo dicariin Aksa."
Shanum langsung mendongak, mata bulatnya menatap Eric yang mengerjap bingung. Ia mengibaskan tangan menyuruh cowok itu pergi, "Bilang aja gue nggak ada dan jangan sampai dia nyamperin gue kesini!"
"Tapiㅡ"
"Gue laporin ke Bu Yati kalau kemarin lo yang bikin papan tulis kelas gue jatuh!"
"Siap!"
Eric berlarian keluar, tak bisa menolak permintaan Shanum tadi karena ancaman gadis itu. Ia jadi menduga-duga sendiri. Ada apa ini? Apakah Aksa dan Shanum sedang bertengkar? Sepertinya mereka tidak terlihat baik-baik saja.
...
Jam istirahat pertama.
"Ada ibu negara," celetuk Rehan iseng saat melihat Shanum yang sedang memesan batagor bersama salah satu temannya.
Aksa yang mendengar itu jadi menoleh memerhatikan. Kemudian melangkah mendekati penjual batagor membuat Shanum tersadar segera menjaga jarak dari cowok itu. Aksa berhasil dibuat bingung olehnya. Ia kembali melangkah mendekat yang malah membuat Shanum pergi menarik temannya ke pedagang lain.
"Kita pesan bakso aja!"
Cowok itu termangu jadi bingung sendiri.
Jam istirahat kedua.
Aksa berpapasan dengan Shanum yang membawa tumpukan buku dari ruang guru di koridor sekolah. Dengan cepat ia memasukkan ponsel ke dalam saku hendak membantu. Shanum malah bergeser menjauh menabrak mading membuat buku-buku ditangannya jatuh berserakan.
Aksa refleks menunduk membantu memunguti buku juga kertas-kertas yang jatuh. Entah apa alasannya, Shanum memerhatikan Aksa sejak tadi membuat cowok itu mengernyit bertanya ada apa. Shanum menggeleng kuat-kuat, dengan cepat membereskan yang tersisa kemudian pergi dari sana tanpa sepatah kata apapun.
KAMU SEDANG MEMBACA
Nevertheless
Fanfic[ ON-GOING ] Shanum pikir, pertemuannya dengan Aksa di jam sebelas malam itu adalah pertemuan yang pertama dan terakhir baginya. Tapi siapa sangka, Shanum malah menyeret Aksa yang tidak tahu apa-apa ke dalam masalah pribadinya. "Please, kali ini aja...